Ny. Hera yang melihat Aby tersenyum senang di dalam dekapan nya, membuat dada nya terasa hangat sekali. Sebab sudah cukup lama senyuman itu tak terlihat untuk nya dan bagi panti itu sendiri.
Senyuman itu sangat indah. Sangking indah nya, mampu membuat Rafael melakukan apapun untuk nya. Termasuk mempertaruhkan nyawa nya sekali pun.
"Hera?!... Kenapa tidak bilang kalau dia datang? Ah... Kalau aku tau dari awal. Aku akan menginap disini semalam..." ocehan riang dari Aby membuat lamunan nya menghilang.
Seakan tau diri nya tak fokus, Rafael menggoyangkan tangan nya pelan... "Aku juga tak memberitahu nya kalau akan berkunjung. Ini hadiah untuk mu. Selamat untuk kelulusan nya. Dan maaf aku baru bisa mengucapkan nya sekarang" Aby langsung menggeleng tak terima.
"Tidak. Tidak. Itu tak masalah. Untuk ku, kedatangan mu saat ini lebih dari cukup. Terima kasih..." sungguh, Aby sangat bersyukur. Sebab, dia masih bisa meluangkan waktu nya untuk datang. Karena, Rafael tidak tinggal bersama nya lagi di Apore. Sejak diri nya menginjak usia delapan tahun Rafael pindah ke Jeju dengan keluarga baru nya.
Saat ini, bukan hanya Aby saja yang bahagia bertemu dengan nya. Tetapi Rafael pun sama bahagia nya, mungkin melebihi diri nya. Mata nya tak bosan menatap senyuman yang di tampilkan Aby saat ini. Dengan segera, dia langsung mendaratkan sebuah kecupan rindu di kening milik nya.
"Cup. Aku senang kamu hidup dengan baik"... Meskipun dia sering melakukan itu waktu dulu, tetap saja Aby masih tersipu malu dengan tingkah hangat nya.
Tanpa berkata apapun. Dia langsung memeluk tubuh nya sekali lagi. Seakan tak ingin melewatkan satu moment pun dengan nya. Rafael hanya dapat membalas tanpa berkomentar apapun.
Lagi dan lagi. Hera hanya bisa diam tanpa bersuara. Mata nya menatap tingkah mereka dalam. Tanpa di sadari nya, di saat dia asyik melihat mereka tatapan nya tak sengaja bertemu dengan Rafael. Dia hanya tersenyum pelan ke arah nya. Seakan mengatakan "Semua akan baik-baik saja"
Dia sedikit tak mengerti apa maksud itu semua. Tetapi di saat ingin menanyakan nya Rafael langsung menenggelamkan wajah nya ke dalam bahu milik Aby. Yang membuat nya tak dapat melakukan apapun.
Beberapa Tahun sebelum nya...
1214
Setelah mereka berdua kembali kerumah Aby segera menarik tangan Rafael untuk segera mengikuti nya. Ia sedikit terkejut dengan itu, tetapi belum sempat dia bertanya. Aby segera bersembunyi di samping sofa ruang tamu. Tak lupa, dia menempatkan Rafael di belakang nya.
"Ssttt!!!...." perintah nya dengan pelan dengan mata nya berpaling ke tempat lain.
Rafael yang belum mengetahui apa yang terjadi hanya diam dengan bingung... "Apa?" tanya nya tak sabar.
"Aku tidak tau. Tetapi kenapa mereka selalu datang kesini? Dan juga kenapa selalu memakai baju berwarna hitam?" ia berbicara setengah berbisik tanpa niat untuk menoleh.
Rafael mengerutkan dahi nya tak mengerti. Tapi sedetik kemudian, seketika mata nya membesar sebab terkejut dengan apa yang di lihat nya saat ini.
"Aby? Apa kamu pernah melihat mereka sebelum nya?" tiba-tiba nada bicara Rafael berubah menjadi datar.
Aby yang tak mengerti segera berbalik memandang lawan bicara nya. Dia masih belum mengerti dengan ekspresi yang di tampilkan nya saat itu. Dimiringkan nya kepala nya tanda tak paham.
Saat ini Rafael diam membatu, tatapan mata nya terlihat kosong. Tapi di satu sisi tatapan mata nya menjelaskan bahwa dia tak menyukai apa yang di lihat nya saat ini. Dengan perlahan, di alihkan pandangan nya ke arah Aby.
"Hm. Apa aku salah? Tetapi tidak..." ucap nya lagi, sembari tangan mungil nya di letakkan ke dagu runcing milik nya... "Aku juga pernah melihat dia berbicara dengan mu di kamar. Apa aku benar?" ia berbicara dengan nada riang.
Tetapi lain hal nya dengan Rafael. Mata nya seperti ingin keluar dari tempat nya karena terkejut. Dia sungguh tak menyangka Aby pernah melihat mereka. Kenapa selama ini dia tak pernah mengatakan itu? Padahal biasa nya dia akan mengoceh hal yang tak jelas kepada nya. Apapun itu. Banyak sekali pertanyaan yang ada di fikiran nya saat ini. Salah satunya, bagaimana dia bisa melihat mereka dengan begitu jelas? Bagaimana cara nya?
Tanpa sadar, dia menggenggam tangan Aby dengan kuat. Bukan nya merasa terganggu Aby membalas nya dengan ceria. Di saat dia ingin membuka mulut nya. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri mereka.
"Hayo!!! Kalian bersembunyi lagi ya???" ucap nya dengan riang.
"Ah... Hera. Apa aku tidak pandai bersembunyi?" Aby menjawab penuh semangat dengan ekspresi yang lebih ceria. Bahkan dia dengan santai mengatupkan kedua tangan nya ke pipi miliknya.
Itu membuat Hera tersenyum bahagia. Tapi di saat dia mengalihkan pandangan ke arah Rafael, ia mendapati hal yang berbanding terbalik dari semua nya. Di saat Aby membuka mulut mungil nya, Hera melakukan hal yang sama seperti apa yang Rafael lakukan.
"Apa mereka kenalan mu, Hera?" kali ini, dengan jelas Aby menunjuk ke arah belakang nya.
Apa yang di tanya kan nya saat in, sukses membuat semua diam membisu.
"Na... Hera? Apa aku salah bicara? Kamu terlihat seperti nya saat ini" Aby berbalik memandang ke arah Rafael yang masih setia dalam diam nya.
Yang di tanya tak bisa berkata apapun. Dan entah kenapa sedetik kemudian Aby tiba-tiba jatuh pingsan. Semua nya terjadi begitu cepat.
"Apa kau gila!!! Jangan sentuh dia!!!" hardik nya langsung tertuju ke satu orang di belakang Hera. Dan membuat nya segera batuk dan muntah darah.
Dengan seketika di sekitar Rafael segera keluar asap yang mengelilinya dan Aby. Tak ingin membuat nya lepas kendali, Hera segera mencari cara untuk menghentikan nya.
"Hai!!! Sadar lah. Saat ini Aby bersama mu" setelah mengucapkan itu, Rafael langsung tersadar.
Seseorang yang di buat nya muntah darah memandang marah kearah nya... "Jangan mencari masalah. Tuan hanya ingin dia kembali" ingat seseorang yang berada di samping nya. Ia langsung mendengus kesal. Dengan cepat dia membersihkan noda darah yang masih melekat di bibir dan tangan nya.