Malam Sebelum Nya....
Setelah apa yang terjadi barusan benar-benar membuat Lay marah. Dia tak habis fikir kenapa Aby bisa kenal dengan nya. Bukan hanya dia, bahkan Alban juga merasakan hal yang sama. Beda nya, saat ini Lay lah yang terbakar api kemarahan. Sedangkan Alban mencoba untuk menekan nya. Dia tak mau, membuat hal yang lain dari diri nya "Sadar" begitu saja.
Lantas bagaimana dengan Yun? Tentu saja, dia hanya bisa diam tanpa bisa berkata apapun. Fikiran nya pun entah kemana saat ini. Dia masih setia berada di dekat Lay. Tak ada niatan untuk pergi sama sekali.
-----
Saat ini mereka semua sedang berada di dalam mobil. Tetapi tak ada yang ingin berbicara sama sekali. Sang supir yang melihat tingkah tak biasa Tuan nya, hanya bisa melirik kecil di balik kaca tanpa ingin bertanya.
"Apa mereka bertengkar?" Ya. Memang terkadang baik Lay ataupun Alban terlibat sebuah perselisihan kecil. Yang tak ayal membuat mereka menjadi diam. Tapi, entah kenapa sekarang dia merasakan hal yang beda. Karena aura yang ada di sekitar Lay sangat berbeda dari biasa nya.
Sedetik kemudian kepala nya menggeleng pelan. Berusaha untuk membuang semua pemikiran yang tak penting itu. Dia mencoba untuk fokus ke jalanan. Supaya tidak terjadi apa-apa dengan mereka semua.
Di saat mereka semua fokus dengan fikiran masing-masing. Tiba-tiba suara sang supir memecahkan keheningan mereka.
"Maaf Tuan. Kita sudah sampai di tempat Nona Yun..." sebenarnya dia tidak mau menganggu mereka. Akan tetapi, mereka sudah sampai 10 menit yang lalu. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang menyadari nya.
Mendengar perkataan nya membuat mereka ber 3 langsung menoleh secara bersamaan tanpa bersuara. Lay dengan cepat membuang pandangan nya keluar. Benar saja, mereka saat ini sudah sampai ke tempat Yun. Cukup lama dia memandang bangunan berwarna putih bergaya minimalis itu. Yun yang ada di sebelah nya langsung menyadarkan nya.
"Aku pulang..." mata nya masih lekat menatap ke arah Lay, seakan tak ingin berpisah.
"Eum... Aku tau. Ayo, aku antar sebentar" Yun hanya mengangguk setuju.
Setelah itu, tangan Lay dengan santai meraih ganggang pintu dan segera membuka nya. Kaki jenjang milik nya melangkah keluar. Tak ingin menunggu lagi, kini badan nya sudah berada di luar. Dia segera berjalan ke sisi satu nya lagi. Berniat membukakan pintu untuk Yun. Meskipun, Lay seorang Tuan Muda. Tetap saja, di saat Yun bersama nya ia tak mengizinkan siapapun membuka kan pintu untuk nya. Dia meminta harus diri nya saja yang melakukan itu.
Klik... "Hati-hati"... tangan nya langsung menyentuh kepala Yun lembut. Agar tak terbentur bagian atas mobil. Itu merupakan salah satu perlakuan manis yang selalu Lay lakukan untuk nya.
"Terima kasih" Yun berusaha untuk tersenyum.
"Masuklah. Dan segera tidur. Jangan begadang ya" ini adalah kalimat yang ratusan kali Lay ucap untuk Yun.
Sekali lagi. Yun tersenyum. Kali ini, Lay menatap lekat ke wajah mungil milik nya. Tanpa sengaja, tangan nya menyentuh pipi nya pelan. Yun tak terkejut sama sekali. Bagi nya itu hal yang selalu Lay lakukan di saat diri nya tak sadar seperti sekarang.
"Apa yang di lakukan si Bodoh itu sekarang!!!" gerutu Alban pelan dari dalam.
Bukan hanya diri nya yang melihat kejadian itu. Bahkan sang supir pun ikut menyaksikan nya. Walaupun sudah lama dia bekerja dengan Lay. Tapi terkadang, dia tak faham hubungan yang di miliki nya bersama dengan Yun. Dia berfikir mereka berpacaran. Tetapi saat dia bertanya dengan yang lain nya, mereka memarahi nya habis-habisan. Dan mengingatkan untuk menjaga ucapan nya.
"Hm?!..." Yun menggenggam tangan Lay yang ada di pipi nya. Bahkan sekarang senyuman yang di tampilkan nya lebih alami dari yang tadi.
"Tidak. Hanya rindu masa lalu" meskipun suara nya pelan. Yun masih bisa mendengar nya. Dengan segera dia menggenggam tangan Lay lebih erat.
"Aku pun. Bahkan Alban pun sama..." Dia mengalihkan pandangan ke dalam sejenak... "Tapi, bukankah sekarang lebih baik. Kamu lebih bahagia dari sebelum nya. Bahkan kita punya Aby sekarang. Benar?" Yun segera menatap mata berwarna coklat milik nya. Mencoba menyelam ke dalam nya tanpa ingin membuat nya terluka.
"Ya. Dia sangat berarti buat kita" Lay membalas tatapan nya dengan tenang.
Tentu saja, Yun faham perkataan nya. Dia semakin melebarkan senyuman nya. Seketika angin malam segera berhembus pelan ke arah mereka. Cukup membuat sejuk sekitar nya.
Melihat diri nya yang tak ingin berbicara lagi. Yun berinisiatif untuk masuk lebih cepat. Dia tak mau membuat Lay semakin memikirkan hal yang tidak penting... "Aku minta jangan banyak fikiran. Aku akan masuk sekarang. Kabari aku kalau sudah di rumah" ia semakin menggenggam erat genggaman mereka. Dan setelah itu, Yun segera melepaskan secara perlahan.
"Baik. Good Night For you" ucap nya sedikit tersenyum. Kini genggaman mereka sudah terlepas dengan sempurna.
Yun berlalu sambil melambaikan tangan nya ke arah Alban yang ada di dalam mobil. Dia hanya membalas dengan tenang. Di saat sudah melihat Yun masuk ke dalam. Lay melangkah kan kaki nya menuju ke dalam mobil.
Setelah membuka pintu dan menduduk kan diri dengan tenang di jok belakang tak menunggu lama mobil dengan segera berjalan tanpa menunggu perintah. Kini mereka melaju pergi meninggalkan rumah Yun.
-------
Di perjalanan pun. Lagi-lagi sepi menggerogoti mereka ber 3. Tak ada percakapan sama sekali seperti tadi. Akan tetapi hawa nya sangat berbeda dari yang tadi. Sebab sekarang tinggal 3 orang Laki-laki yang membosankan.
Sesekali sepasang mata Alban melirik ke arah Lay dalam diam. Dapat di lihat nya, Lay sudah sedikit lebih tenang dari sebelum nya. Alban langsung mengarahkan pandangan nya ke atas. Melihat langit-langit mobil dengan tajam. Perlahan tapi pasti, Mata hitam pekat milik nya tertutup secara perlahan. Dengan perlahan, kantuk mulai datang tanpa permisi dari nya.
------
"Al??...Bangun!!!" dengan suara lembut nya, seorang gadis bertubuh kecil mengguncang seseorang yang sedang tertidur pulas.
Dia tak menyerah sama sekali. Dia semakin mengguncang tubuh nya kasar... "Al!!!... Bangun!!! Ah..."...
Seorang laki-laki yang duduk tak jauh dari mereka, tersenyum simpul karena tingkah nya... "Jangan menganggu nya. Atau nanti dia akan marah" ucap nya mencoba memperingati
Tak suka dengan perkataan nya. Dia mendengus kesal... "¹Ge... Aku mau Al bangun. Aku ingin bermain dengan nya" kali ini tangan nya memukul tubuh nya dengan keras.
Entah di sengaja oleh nya atau tidak. Itu sama sekali tak membuat nya terbangun... "Main saja dengan Lay. Bukankah dia bebas di sana?" ucap seseorang yang di panggil nya ¹Ge.
"Aku tidak mau. Yun selalu mengambil nya terus" Rengek nya.
"Al!!! Al!!! Al!!! Bangun!!!" sekarang dia sedikit berteriak membangunkan nya.
------
Dengan seketika tubuh Alban langsung bangun dari tidur nya. Dada nya berdegup tak menentu. Bahkan nafas nya terengah-engah. Lay yang melihat itu hanya diam tanpa ingin bertanya. Sebab dia sudah tau apa yang terjadi saat ini.
"Ah... Hah.. Hah.. Dia datang lagi" ucap nya sambil menekan kepala nya. Di sela-sela diri nya mencoba mengatur nafas nya. Bibirnya mengulas sebuah senyuman kecil. Lay yang melihat itu, hanya diam tanpa ingin berkata apapun.