Menggunakan sebuah perahu, Nahkoda Malin mengajak Cil, Tan dan Madi berkeliling di desa. Melihat sisa kejayaan Kesultanan Jambi di desa pelabuhan kecil, yang dulunya cukup besar.
Terlihat dari keberadaan rumah-rumah penginapan yang cukup banyak. Rumah yang sebagiannya sudah terbengkalai, ditinggalkan pemiliknya dan sebagiannya lagi ada yang masih terurus.
"Seramnya! Seperti rumah hantu!" gumam Cil melihat rumah yang tak terurus. Air sungai sudah menggerus tanggul, membuat halaman rumah yang telah rimbun oleh semak terkadang juga digenangi air pasang sungai.
Tan yang mendayung perahu di belakang tertawa mendengar ucapan Cil. "Apa Tuanku takut?"
"Tidak. Untuk apa takut rumah lapuk. Kita kan mempunyai Allah. Benarkan, pak cik?" Cil meminta persetujuan Madi yang duduk di belakangnya.
Madi tidak ikut mendayung perahu karena bahunya yang terkadang masih terasa ngilu. "Benar sekali!"
