Tidak berselang lama waktu memasak selesai. Cil yang asik main baling-baling di ambang pintu dipanggil Tan. "Tuanku."
Cil segera melihat pada sumber suara. Melihat Tan melambaikan tangan, Cil segera mendekat. "Ada apa pak cik?"
Tan berlutut di depan Cil, membisikkan sesuatu sambil menunjuk ke suatu tempat. Cil mengangguk patuh.
Cil segera mendekati Madi karena diminta oleh Tan untuk membangunkan Madi yang menyalurkan hobi tidur siangnya. Cil hampir saja ingin melompat naik ke perut Madi seperti kebiasaannya membangunkan Madi, tetapi begitu ingat bahu Madi belum terlalu pulih, Cil mengurungkan niatnya. "Pak cik, ayo bangun."
"Oh... Tuanku." Madi mengedipkan matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatan baru bangun.
"Ayo bangun. Makan siangnya sudah siap."
Madi segera duduk sebelum Cil naik ke perutnya lalu memaksanya bangun dengan melompat diperutnya. "Baik Tuanku."
"Cil tak kan lompat. Bahu pak cik bisa lama sehatnya nanti." Ucap Cil yang memahami kekhawatiran Madi.