[LUCY]
"Untung kami ada di dekat sini."
Ah, ternyata mereka berdua. Aku tertolong.
"Ayo bangun, kita selamatkan wanita itu."
"Oh, ternyata kalian berteman. Aku kira Hybrid tidak berteman. Karena, mereka haus akan darah."
Aku ingin sekali membungkam mulutnya itu.
"Tolong atasi mereka berdua selagi aku memulihkan tenagaku."
"Tidak masalah."
"Ayo, Rius. Kita beri orang ini perlawanan yang pantas."
Aku duduk dan bersemedi untuk memulihkan tenagaku.
***
[GOJILA]
Kami berdua melawan dua pemburu iblis ini. Rius mengatasi si tangan besi. Sedangkan aku, si mulut besar ini.
"Ternyata, kau lumayan juga."
"Sombong sekali kau, ya!"
Aku berhasil membuatnya terjatuh dengan pukulanku. Tapi, dia kembali bangkit dengan cepat. Lalu, menyerangku dengan sebuah pedang yang keluar dari lengannya.
"Apa kau bisa lebih cepat dari ini, mulut besar?"
"Dasar kau monster menjijikkan!"
"Uuh, ada yang marah."
Lagi-lagi dia tidak bisa mengenaiku. Karena, gerakanku lebih cepat darinya.
Payah. Serangan terakhirnya mengenai tanganku. Kenapa aku bisa lengah?
"Kenapa? Sakit?"
"Apa kau bercanda? Luka seperti ini..."
Apa? Kenapa tanganku terasa kebas dan mati rasa? Apa yang terjadi? Luka kecil seperti ini harusnya...
"Hah, efeknya mulai terasa ya?"
Apa pedang itu dilumuri racun?
"Kau benar, pedang ini dilapisi serum racun yang mematikan. Dan hanya akan berefek pada monster menjijikkan seperti kalian."
Kurang ajar.
"Gojila, kau kenapa?"
"Apa kau juga tersayat oleh pedang orang itu?"
"Tidak. Memangnya kenapa?"
"Hati-hati, pedang mereka mengandung racun."
"Baik."
"Percuma kau memberitahunya. Kalian tetap akan kalah."
Apa-apaan ini? Dari mana mereka datang? Jumlah mereka bertambah jadi 9 orang. Kacau!
"Sekarang, kalian menyerah saja."
"TIDAK AKAN!"
Lucy? Wujudnya berubah jadi monster. Ternyata dia...
***
[LUCY]
Sekarang aku bisa mengeluarkan kekuatanku secara penuh. Karena, Luna tidak ada di sini untuk melihatnya.
"MULAI SEKARANG, AKU TIDAK AKAN MENAHAN DIRI. AAAAAAAARRRRRRGGGGGGHHHH!!!"
Aku mengeluarkan auman yang memekikkan telinga. Lalu, aku menghajar mereka. Membanting salah satu dari mereka ke tanah dengan sangat keras dan menginjaknya. Sebagian lagi aku lempar mereka satu persatu hingga menghantam bangunan. Sisanya, aku patahkan tulang mereka. Namun, yang satu ini, dia bisa menghindari semua seranganku.
"Berubah wujud pun kau tidak akan bisa mengalahkanku."
"Hah, kau lengah."
"Apa?"
"Rasakan ini!"
Rius menendangnya dari belakang, lalu aku sambut dengan pukulan keras. Tepat di wajahnya. Dia pun tumbang.
"Dasar manusia lemah."
Aku kembali ke wujud manusiaku.
"Sekarang aku harus mencari orang yang membawa Luna. Apa kalian mau membantu?"
"Tentu."
"Kalian saja yang pergi. Tanganku masih tidak bisa aku gerakan."
"Baiklah. Kau tunggu di sini."
"Tunggu, apa kau tahu ke arah mana orang itu membawanya?"
"Ke sebelah sini!"
Aku langsung berlari ke arah yang aku maksud, disusul oleh Rius.
***
[LUNA]
Orang ini memborgol tanganku dan terus menyeretku ke suatu tempat.
"Komando, aku sudah di posisi. Lakukan penjemputan sekarang!"
"..."
"Cepat! Sebelum mereka menemukanku."
Ternyata dia meminta penjemputan pada pasukannya.
Lucy, apa kau berhasil mengalahkan mereka? Tolong aku! Aku tidak ingin berpisah darimu.
"Kau diam di sini."
Aku dibuat duduk oleh orang ini di sisi tembok. Kami berada di sebuah gang yang sepi.
"Aku tidak habis pikir, kenapa kau bisa dekat dengan makhluk menjijikkan itu?"
"Karena, dia lebih baik dari manusia biasa seperti kalian."
"Oh, rupanya kau sudah terkena rayuannya, ya. Pantas saja."
Aku benci orang ini. Seakan dia lebih baik derajatnya dari seorang Hybrid.
Aku mendengar samar-samar suara orang lain dari kejauhan.
"Apa kau yakin, dia membawa Luna ke sini?"
"Aku yakin, karena aku merasakan aura manusia murni dari Luna sekitar sini. Tapi, aku tidak tahu persis di mana tepatnya posisi Luna sekarang."
Itu Lucy.
"LUUCCYYY....! AKU DI SINI..."
"Diam kau, sialan."
"Awh, sakiiit."
Aku sedikit menangis karena tamparannya cukup keras.
"Hey, manusia lemah. Kau pikir, kau bisa seenaknya pada wanita ini."
"Sialan!"
Orang itu berbalik dan melayangkan pukulannya pada Lucy, tapi Lucy berhasil menahannya. Lalu, Lucy memutar tangannya hingga orang itu kesakitan.
"Ampun. Jangan bunuh aku, aku mohon!"
Lucy melepaskan genggamannya seraya mendorong orang itu.
"Hah, kau payah. Mudah sekali diperdaya. Hhaaakk, aaaghh, aaaakkh."
Rius menusuk orang itu dari belakang dengan sebuah besi.
"Kau pikir kau pintar, hah?"
Dan orang itu pun tumbang seketika.
"Kau baik-baik saja?"
"Harusnya aku yang bertanya."
"Lihat saja, aku datang menyelamatkanmu. Berarti aku baik-baik saja."
Syukurlah.
Saat Lucy sudah melepaskan borgol ini dari tanganku. Tiba-tiba cahaya putih menyorot dari langit.
"Jangan bergerak. Maka kami tidak akan menyakiti kalian."
"Sial, ternyata dia memanggil bantuan."
"Cepatlah pergi! Biar aku yang urus ini."
"Baiklah."
Lucy menggendongku, lalu bergegas pergi dengan berlari.
Aku melihat Rius ditembaki banyak peluru. Rius hampir tumbang, namun tiba-tiba ia berubah wujud dan mengamuk. Lalu, ia melompat ke helikopter tersebut dan membuat helikopter itu meledak.
"Sial, ledakannya keras sekali."
Aku dan Lucy berhasil lolos dari mereka.
***
[LUCY]
"Lucy?"
"Apa?"
"Tadi tubuhmu terlihat cukup banyak luka. Tapi, sekarang kau..."
"Baiklah waktunya aku mengaku."
Aku tidak boleh lama-lama menyembunyikan kebenaran ini darinya.
"Aku seorang Hybrid. Jadi, luka di tubuhku bisa sembuh dengan cepat."
"Begitu, ya."
"Apa kau tidak takut?"
"Untuk apa aku takut? Kau tidak seperti kebanyakan monster lain yang kutemui."
Aku lega mendengarnya.
"Bahkan, kau lebih baik dari manusia biasa."
Aku hanya tersenyum ke arahnya dan dia membalasnya dengan berlebihan.
"Oh, ayolah. Jangan senyuman itu lagi."
"Kenapa?"
"Aku muak dengan hal manis seperti itu."
Tapi, itu membuatku senang.
Tiba-tiba aku mendengar suara berisik dari belakangku.
"Kau berlindung di belakangku."
Dan ternyata, dari aura yang kurasakan, mereka berdua yang datang.
"Yo! Di sini kalian rupanya."
"Apa kau punya tempat berlindung?"
"Belum terpikirkan olehku."
***
Aku berjalan sambil menggendong Luna yang terlelap.
"Maaf, kita tidak bisa menggunakan kendaraan."
"Tidak apa-apa."
"Ya, ini biar kita tidak terdeteksi oleh orang-orang itu."
"Ternyata rumor yang beredar di kampus itu benar adanya. Kau itu seorang Hybrid."
"Begitulah."
"Sudah sampai."
"Ini tempatnya?"
"Ya, gedung tua bekas perkantoran."
***
"Kau tidurkan wanita itu di sofa ini."
Aku menurunkan Luna dan membaringkannya di sofa.
"Hey, kau sepertinya juga butuh tidur."
"Apa-apaan ini?"
Gojila menusukkan sesuatu ke tubuhku dan tubuhku langsung terasa lemah dan kesadaranku mulai menghilang.
"Apa yang kalian lakukan padaku?"
"Racun ini benar-banar ampuh."
"Saatnya aku bersenang-senang!"
Sial! Mereka menipuku.
"Hey, gadis manis. Bangunlah. Kita harus bersenang-senang malam ini."
"Lucy, jangan ganggu aku."
"Ini aku, sayang."
"Kau, kau mau apa?"
Sial! Dia mulai meraba-raba tubuh Luna dan menciumi wajahnya. Luna berusaha melawan.
"Henti...kan...! Tolong aku, Lucy."
"Lucy sedang tidak berdaya sekarang. Kau lihat saja dia."
"Lucy? Apa yang terjadi padamu?"
Siaaaal! Racun ini semakin membuatku lumpuh.
"Pergi kau dariku!"
Luna berhasil menendang si Rius. Lalu, Luna menghampiriku.
"Lucy? Kau kenapa?"
"Me..re..ka.. mem..beri..ku racun.."
"Hahahaha."
"Tidak! Lucy, bangunlah! Kau pasti bisa melawan racun itu."
"Diam. Biarkan saja dia terlelap. Dan kita bersenang-senang semalaman."
***
[LUNA]
"Kau memang busuk! Kau baik hanya untuk membuat kami lengah."
"Kau berharap apa pada kami? Hah?"
Dia memojokkanku di tembok. Mendekapku dan berusaha menciumku. Aku menggerakkan kepalaku ke segala arah untuk menghindar.
"Diamlah, kau jalang. Nikmati saja permainanku ini."
"Tidak akan!"
Tiba-tiba Rius menamparku.
"Awh!"
"Sakit, hah? Maka dari itu, diamlah!"
Lucy, aku mohon! Selamatkan aku.
"Kau, kenapa kau bisa bangun?"
Lucy? Aku lega dia bisa bangkit.
"Apa racun yang kau berikan cukup banyak?"
"Tentu saja."
"Kenapa bisa begini?"
"AAAAAAAAAARRRRRRRGGGGGHHHHH!"
Lucy berubah wujud dan mengaum sangat keras, sehingga seluruh gedung bergetar. Dan mereka berdua terlihat begitu ketakutan.
Lucy mencekik Rius dan mengangkatnya ke udara.
"MATILAH KAU MAKHLUK BIADAB!"
Seketika aku memejamkan mataku saat Lucy meremas leher Rius sampai putus.
Sekarang Lucy melihat ke arah Gojila.
"BERIKUTNYA KAU."
"Tidak. Jangan! Ampuni aku!"
Gojila kabur. Dan sebelum semakin parah, aku memeluk Lucy, lalu menyanyikan lagu untuknya.
"Tenang, tenanglah sayang! Kau tak perlu bersedih atau pun marah. Semua akan baik-baik saja. Yakinlah, kuatkanlah hatimu. Tenanglah, sayang!"
Wujud Lucy mulai kembali seperti semula. Dia tampak lemas dan kemudian jatuh pingsan.
"Lucy?!"
***
[LUCY]
Rasa sakit ini, kenapa menghampiriku lagi? Apa yang sudah aku lakukan?