[LUCY]
Rasa sakit ini, kenapa menghampiriku lagi? Apa yang sudah aku lakukan? Apa aku mengamuk lagi?
"YA, HAHAHAHA! KAU MENGAMUK DAN MEMBUNUH MONSTER KECIL ITU."
Apa Luna baik-baik saja?
"WANITA ITU YANG MENGHENTIKANMU."
Apa?
"DIA BERHASIL MENEKAN AMARAHMU DANGAN MENYANYIKAN LAGU YANG MENYEDIHKAN!"
Hah, begitu, ya?
***
[TAHUN 1970]
"Jangan menghalangiku jika kau tidak ingin mati di tanganku."
"Kau ini apa? Iblis, hah?"
Aku menusuk dadanya dan meremas jantungnya.
"Kau benar. Dan sampai jumpa di neraka."
"Mundur semuanya! Kita tidak bisa melawannya hanya dengan tangan kosong."
"Astaga. Ternyata benar mitos tentang iblis yang bangkit dari neraka itu."
"Kita harus bagaimana?"
"Lebih baik kita lari."
"Terlambat."
"Apa? Sejak kapan dia di belakangku? Aaaakkkhh."
"Sial. Dia memang tidak terduga."
Mereka semua berlari menyebar. Namun, aku dengan cepat menghalangi mereka dan membunuh mereka satu persatu.
"Tidak. Jangaaaannn!"
"Ampuni aku!"
"Penebusanmu ada di neraka."
"Tolong beri aku kesempatan untuk hidup."
"Aku bukan pemberi kehidupan."
"Siaal, semuanya dibunuh oleh iblis itu."
"Kau yang terakhir."
"Hhaaaakkkhh, akh, agh."
***
[TAHUN 1990]
"Sayang, aku ingin menikmati malam ini bersamamu."
Ya, dia kekasihku. Sama-sama merupakan seorang Hybrid. Dan kami saling mencintai.
"Baiklah. Kau akan kumanjakan malam ini dengan sepenuh hatiku."
Tiba-tiba bagian depan rumah hancur. Dan itu ulah hybrid sialan itu.
"Ternyata benar, kau yang merebutnya dariku."
"Bukan dia yang merebutku darimu. Tapi, aku yang berpaling darimu."
"Dasar sialan, kau iblis jalang."
"Kau sakit hati? Kasihan sekali. Ya sudah, biar aku tambah rasa sakitmu itu."
"Kemarilah kau pencuri!"
Kami saling baku hantam. Tumbukan kekuatan kami menimbulkan gelombang kejut yang menggetarkan seisi rumah ini.
Dia melompat menghancurkan atau rumah. Lalu, kembali menghantamku. Tapi, aku berhasil menghindar.
"Sayang, kau pasti bisa mengalahkannya. Dan aku akan menghadiahkanmu seluruh ragaku ini untukmu."
Aku tersenyum nakal padanya. Dan dia membalasnya dengan nakal pula.
"Kurang ajar kalian berdua."
Dia menerjangku, lalu aku bersiap menghajarnya.
"Apa?"
Namun, iblis ini berbelok ke arah kekasihku. Sial! Gerakannya begitu cepat, dan dia pun tidak bisa menghindarinya.
"Hahahahaha, jika aku tidak bisa memilikimu. Maka dia juga tidak boleh memilikimu."
"Lucy, bina..sakan dia untuk..ku! Aaakkhh."
Mulutnya mengeluarkan darah. Lalu, iblis ini mencabut tangannya dari perut kekasihku. Darah keluar dengan cukup banyak, dan kekasihku pun langsung tumbang.
"AAAAAAAAAAARRRRGGGGHHHHH!"
Tiba-tiba aku kehilangan kendali dan aku mengamuk. Tapi, kesadaranku masih bisa aku rasakan. Aku masih bisa melihat, mendengar dan merasakan semua yang terjadi.
Aku mencabik-cabik iblis ini. Mencabut satu persatu bagian tubuhnya itu, dan darahnya menyembur ke mana-mana.
"AAAAAARRRRGGGGHHHHH!"
***
Kenapa rasa sakit ini masih kurasakan? Bukankah aku sudah membunuhnya? Apa aku harus membinasakan mereka semua, baru rasa sakit ini akan hilang?
"YAAA, KAU HARUS MEMBINASAKAN MEREKA SEMUA!"
***
Aku melompat keluar, mencari mangsa yang lain. Nafsu membunuhku terus bergejolak tidak bisa aku tahan.
Ah, aku menemukan dua iblis kecil yang sedang berjalan.
"Kau merasakan sesuatu tidak?"
"Merasakan apa?"
"Malam ini tiba-tiba terasa mencekam."
"Hahaha, kau ada-ada saja. Bukankah setiap malam selalu mencekam? Lagi pula kita ini iblis."
"Kau benar."
Aku menghadang jalan mereka.
"Sial, ternyata ini yang kau rasakan itu."
"Kita lawan atau kabur?"
"Kau bercanda? Kita la..."
"BERISIK!"
Aku memukulnya sampai kepalanya pecah.
"Ampuni aku! Kita sama-sama iblis kenapa kau menyerang kami?"
"KARENA, AKU BENCI KALIAN SEMUA."
***
Aku terus mencari mangsa untuk kubinasakan. Manusia biasa pun jadi sasaranku.
"Tiddaaaakk."
***
[TAHUN 1995]
Bahkan, iblis-iblis lain ada yang memburuku. Tapi, mereka selalu berakhir binasa di tanganku.
"Sial! Ternyata dia kuat juga."
"Padahal kita sudah menyerangnya berkali-kali. Tapi, tidak sekali pun membuatnya goyah."
"Monster apa dia ini?"
"AKU ADALAH KEMATIAN!"
Aku menerjang mereka dan menusuk mereka tepat di jantung mereka.
"Aaakkhh, aakh!"
Mereka tumbang saat kuambil jantung mereka. Lalu, aku memakan jantung mereka dengan sekali lahap.
***
Aku membabi buta sebuah perkebunan kecil. Membunuh setiap manusia yang ada di sana sampai tak tersisa. Dan semua tampak berserakan di mana-mana.
Aku berlutut dan melihat ke atas.
"Langit yang cerah."
Sungguh, bagaimana langit bisa secerah ini sedangkan di sekelilingku begitu banyak darah yang berceceran.
"Kenapa aku melakukan ini?"
Rasa sakit ini masih membekas di seluruh tubuhku, bagaimana cara menghilangkannya? Aku malah semakin tersiksa dengan ini. Membunuh mereka hanya menambah rasa sakitnya.
***
"Hentikan! Aku tidak ingin membunuh lagi."
"KAU SENDIRI YANG MEMUTUSKANNYA, AKU HANYA MENGIKUTI KEMAUANMU."
Monster sialan. Kau hanya membuatku menderita.
"Mereka. Mereka orang-orang yang tidak bersalah."
"KAU PIKIR MEREKA TIDAK BERSALAH? YANG KAU BUNUH ITU KEBANYAKAN ADALAH SESAMA MONSTER SEPERTIMU BUKANKAH KAU MEMBENCI MEREKA SEMUA?"
"Tidak. Aku bukan monster. Kau yang monster. Kau yang merasuki tubuhku."
"TAPI, KAU YANG MENGINGINKANNYA."
***
"AAAAAAAARRRRRRRGGGGGGGHHHHHH!"
Teriakanku mengguncang tanah yang aku pijak ini. Aku kembali ke wujud manusiaku, lemas lalu tumbang.
***
[WULAN]
"Lihatlah, mayat-mayat ini. Banyak sekali. Dan kondisi mereka sangat mengenaskan."
"Apa semua ini perbuatan hybrid-hybrid itu?"
"Siapa lagi kalau bukan mereka."
"Kau benar."
Aku melihat ada yang bergerak di sekitar mayat-mayat ini.
"Lihat! Di sana masih ada yang bergerak."
"Tunggu, siapa tau itu..."
"Tapi dia tampak lemas."
"Kau ini."
Keadaannya benar-benar tidak berdaya.
"Bangunlah. Apa kau bisa mendengarku?"
"Jangan pedulikan dia. Ayo kita pergi!"
"Aku tidak tega."
"Dasar wanita."
***
"Di mana aku?"
"Akhirnya, kau bangun juga. Kau ada di rumahku."
"Kau siapa?"
"Aku Wulan, diambil dari kata bulan. Kau siapa?"
"Aku... Lucy."
"Hmm... Terdengar seperti nama iblis."
Aku memberinya makanan.
"Ini makanlah."
***
Hari demi hari kondisinya semakin membaik. Syukurlah!
"Ngomong-ngomong kenapa kau bisa ada di antara mayat-mayat itu?"
Dia tertunduk dan terdiam.
"Eh, lupakan saja. Maafkan aku, aku malah mengingatkanmu pada kejadian itu lagi. Kau pasti sangat terluka."
***
[LUCY]
"Sejak seringnya terjadi kejadian mengerikan, yang diakibatkan oleh Hybrid-hybrid itu. Aku dan keluargaku pindah ke dataran tinggi ini. Ayah dan Ibu berkebun, sedangkan kakakku berburu. Aku sesekali suka ikut dengannya."
Wanita ini...
"Apa kau tidak merasa takut, jika sedang ikut berburu bersama kakakmu itu?"
"Tentu saja. Tapi, kakakku selalu bisa menjagaku. Lagi pula, Hybrid-hybrid itu tidak berkeliaran di hutan sekitar sini."
Wanita ini tidak boleh tahu siapa aku yang sebenarnya.
"Kakak!"
Wanita ini langsung menghampiri kakaknya yang baru saja pulang membawa hasil buruan.
"Yeeey, makan daging kelinci lagi malam ini."
"Hahaha, kau ini tidak bosan-bosan makan daging kelinci."
"Mana bisa aku bosan. Ini yang selalu kakak bawa."
"Kau ini. Ya sudah, bawa ke ibu dan langsung dimasak."
"Baik. Aku masak dulu, ya, Lucy!"
Aku hanya mengangguk menanggapinya.
"Sepertinya, adikku menyukaimu."
"Mana bisa, aku kan..."
Hampir saja aku mengatakan yang sebenarnya.
"Kau apa?"
"Tidak. Tidak jadi."
"Katakan! Apa yang kau sembunyikan dari kami?"
Tiba-tiba muncul satu manusia iblis yang pernah bertarung denganku.
"Ternyata kau di sini, Lucy."
Entah dari mana dia bisa tahu aku di sini.
"Kau. Apa letak tempat kau menemukanku jauh dari sini?"
"Tentu saja. Itu terhalang satu gunung."
"Sial!"
"Memangnya kenapa? Siapa dia?"
"Dia iblis!"
"Dari mana kau bisa tau?"
"Dia juga sama sepertiku."
Sial!
"Apa itu benar, Lucy?"
Apa boleh buat.
"Iya. Dan sekarang lebih baik kita urus dia dulu sebelum yang lainnya datang."
Kami menyerang manusia iblis ini secara bergantian. Sampai dia cukup terpojok.
"Lebih baik kau pergi dari sini."
"Tidak akan. Sebelum aku membunuhmu."
Sial! Dia berubah wujud, dan tampak tulang-tulang yang tajam bagai tombak keluar dari punggungnya. Wujudnya itu sangat menjijikkan.
"Lucy, menghindar!"
Dia melemparkan tulang-tulang yang dia cabut dari punggungnya ke arah kami. Tapi, kami berhasil menghindar.
"Kakak!"
Kami berdua sangat terkejut melihat pemandangan ini. Salah satu tulang tersebut mengenai badan wulan, dan dia langsung tumbang.
Kenapa ini terjadi lagi?
***
[KAKAK WULAN]
"AAAAAARRRRGGGGGHHHHHH!"
Lucy berubah jadi monster dan langsung menghajar hybrid itu sampai tewas. Sangat mengerikan!
"Kakak..."
Wulan? Aku menghampirinya dan memangkunya ke dalam pelukanku.
"Bertahanlah. Kau pasti selamat."
"Selamat tinggal!"
"Tiidddaaaakkk....!"
"Wulan?! Apa yang terjadi dengan wulan? Kenapa bisa begini?"
Ibu melihat ke arah Lucy yang masih dalam wujud monsternya.
"PERGILAH KAU MAKHLUK HINA! JANGAN GANGGU KAMI!"
Lucy mundur perlahan, wajahnya tampak bersalah. Lalu, melompat pergi dengan cepat.
***
[KAPTEN RAFAEL]
[MASA KINI]
"Kapten, kami sudah menemukan koordinatnya."
"Segera kirim tim serbu ke sana."
"Siap, laksanakan!"
Sekarang dia tidak boleh lolos lagi.