[LUCY]
"Kau mau apa lagi sekarang?"
"APA KAU LUPA DENGAN TUGASMU?"
"Aku sudah berhenti! Aku tidak mau melakukannya lagi."
"KALAU BEGITU, TERIMALAH KEMARAHANKU INI..."
Dengan cepat, aura hitam itu membentuk sosok manusia, dan langsung menerjang ke arahku. Sangat cepat. Dia pun berhasil memukul perutku dengan sangat keras.
"Aagghh..."
Tubuhku menghantam tanah dan terpental ke belakang. Bekas benturannya tampak cukup dalam dan luas.
"Sakit sekali."
"Kau pikir, untuk apa Ayah membangkitkan para Iblis itu ke dunia? Dan memberikan kekuatannya padamu?"
Dia kembali terbang setelah mengatakan hal itu.
"Tentu saja, untuk menunjukkan kepada dunia. Bahwa ada kekuatan yang sangat dahsyat, yang melebihi apa pun di muka bumi ini!"
"Sebenarnya apa tujuanmu melakukan hal itu?!"
"Apalagi, kalau bukan untuk menguasai dunia."
Sekarang aku tahu, alasannya menjadikanku manusia Iblis, tujuh puluh tahun yang lalu.
***
[TAHUN 1950]
"Hey lihat, itu anak si penyembah Iblis."
"Jangan mendekatinya, nanti kau dibunuh oleh Iblis. Hahahaha."
Mereka selalu saja menghina Ayahku dan menertawaiku.
"Ayahku bukan penyembah Iblis."
"Lalu, apa yang dia lakukan setiap malam di halaman rumahmu?"
"Benar. Ayahku sering melihatnya membawa patung Iblis, dan patung itu selalu disembahnya setiap malam."
Perkataannya itu membuatku jadi terisak dan marah.
"Itu tidak benar!"
Aku mencoba memukul salah satu dari mereka. Tapi, dia berhasil menghindar.
"Oh, kau berani pada kami, ya? Rasakan ini!"
"Aw!"
Ah, bahuku sakit.
"Dasar lemah!"
"Payah!"
"Anak Iblis!"
Mereka bergantian memukul dan menendangku. Lalu, mereka tertawa puas ketika aku mulai menangis. Aku benci... situasi ini.
***
"Ayah, apa itu benar?"
"Apa anakku?"
"Ayah menyembah iblis."
Ayah terdiam sejenak.
"Tidak nak, itu tidak benar."
"Tapi, kenapa mereka selalu mengejekku dengan sebutan 'anak si penyembah Iblis', Ayah?"
"Jangan dengarkan mereka. Kamu sekolahlah dengan baik."
"Tapi, aku benci mereka. Aku tidak mau sekolah lagi."
"Ini, sayang. Susu hangatnya."
"Aku tidak mau!"
Aku pergi saat Ibu menaruh segelas susu di meja. Aku benci anak-anak itu. Lihat saja, suatu saat akan aku balas mereka. Dendam ini akan terus ada dalam hatiku sampai mereka binasa.
***
"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba malam ini terasa mencekam."
Aku turun dari tempat tidur dan melihat ke luar jendela. Langit terlihat lebih hitam dari biasanya, tertutup oleh awan yang sangat pekat.
"Ada apa ini?"
***
Ayah dan Ibu tidak ada di kamar. Sudah selarut ini Ayah dan Ibu pergi ke mana? Isak tangis?
"Ibu!"
Suaranya dari halaman belakang rumah.
***
"Jangan kau lakukan! Aku mohon! Ini hanya akan memberimu siksaan abadi."
"Aku tidak peduli! Asalkan aku mendapat kekuatan yang luar biasa dari mereka."
Sebenarnya, apa yang Ayah dan Ibu ributkan?
***
Aku tidak mengerti apa yang sudah terjadi di sini. Kenapa Ibu terbaring di tanah dan tampak tidak sadarkan diri? Sedangkan Ayah, hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"Ayah! Apa yang terjadi dengan Ibu? Kenapa Ibu terbaring di tanah?"
Ayah tidak menjawab pertanyaanku. Aku menghampiri Ibu dan aku langsung melotot melihat kondisi Ibu yang mengenaskan. Terdapat luka tusukan di dadanya dan darah yang keluar cukup banyak.
"Ibu? Ibu! Ibbuuuuuu!"
Aku benar-benar tidak percaya, Ayah melakukan hal sekeji ini pada Ibu.
"Kenapa Ayah membunuh Ibu?"
Lagi-lagi Ayah tidak menjawab pertanyaanku. Sekarang, Ayah melafalkan kosa-kata yang tidak aku mengerti sambil berlutut di depan patung Iblis. Lalu, tiba-tiba malam terasa semakin mencekam. Aku melihat ke atas, awan hitam yang tadinya menutupi langit, sekarang membentuk bulatan yang sangat banyak. Kemudian, menyebar ke segala arah dan salah satunya mengarah padaku.
***
Apa yang terjadi? Aku ada di mana? Kenapa semuanya tampak gelap?
"Hah! Si-siapa kau? Kenapa kau mirip sekali denganku?"
Tapi, aku tidak mengerti, kenapa matanya tampak berwarna merah menyala. Gigi taringnya juga tampak keluar.
"AKU ADALAH KAU. TAPI, KAU BUKANLAH AKU."
Suaranya juga berat dan menggema.
"Apa maksudmu?"
Lalu, wujudnya berubah jadi monster mengerikan. Aku melotot dan ketakutan melihat sosoknya itu.
"A-apakah kau...?"
"YAAA, AKU ADALAH IBLIS YANG DISEMBAH OLEH AYAHMU. AKU DIMINTA OLEHNYA UNTUK MEMBERIMU KEKUATAN."
"Kekuatan? Untuk apa?!"
"MESKI HANYA SEDIKIT, TAPI AKU BISA MERASAKANNYA. KAU MEMBENCI MEREKA, BUKAN? ANAK-ANAK YANG SELALU MENGGANGGUMU ITU."
"Ah, mereka. Ya, itu benar."
"KAU JUGA INGIN MEMBINASAKAN MEREKA, BUKAN?"
"Itu juga benar."
"KALAU BEGITU, TERIMALAH KEKUATANKU INI DAN HABISI MEREKA SEKARANG!"
***
Aku membuka mataku dan langsung pergi ke tempat anak-anak itu tinggal.
***
"Apa yang terjadi saat ini, Ibu, Ayah?"
"Ibu tidak tahu, nak."
"Ini pasti perbuatan 'si penyembah Iblis' itu."
"Lalu, kita harus bagaimana?"
"Kita pergi saja dari sini."
Saat mereka berbalik, aku sudah berdiri menghadang mereka.
"Ayah, kenapa dia terlihat menakutkan?"
"Suamiku?"
"Tenang saja. Aku akan mengusirnya. Hei, kau. Pergi sana!"
"Aku tidak akan pergi sebelum anak itu mati."
"Ibu, aku takut."
"Berlindunglah di belakang Ibu, nak."
"Jangan coba-coba kau sentuh anakku."
Aku meruncingkan semua kuku tanganku dan langsung menusuk dada kirinya.
"Aaakkhhh!"
"Suamiku!"
"Ayah!"
Orang itu langsung tumbang ketika aku mencabut jantungnya. Lalu, aku melemparkan jantungnya ke hadapan mereka berdua. Mereka tampak ketakutan, tapi si Ibu seakan tidak terima dengan yang sudah aku lakukan.
"Ibuuu..."
"Kau benar-benar anak Iblis!"
"Sekarang aku tidak peduli, kau mau menyebutku apa. Karena, kalian akan mati sebentar lagi."
"Larilah anakku. Lari!"
Aku menusuk perut si Ibu sampai tewas. Lalu, aku mengejar anak menyebalkan itu, dan dia terjatuh saat aku tiba-tiba menghalangi jalannya.
"Jangan bunuh aku, aku mohon! Aku hanya ikut-ikutan saja."
"Percuma kau memohon padaku."
Aku mencekik lehernya sampai ia tewas.
***
Satu demi satu, aku membunuh anak-anak yang menggangguku itu.
"Tolong, ampuni aku!"
"Pengampunanmu ada di neraka."
***
"Jangan sakiti anakku, biarkan dia hidup! Dia tidak bermaksud untuk mengejek Ayahmu."
"Kalau begitu, kau saja yang aku bunuh."
"Ibuuuu!"
Anak ini menangisi ibunya.
"Kau pergilah! Sebelum aku berubah pikiran. Berdoalah, agar Iblis yang lain tidak membunuhmu."
Dia lari terbirit-birit dengan masih terisak tangis.
***
Beberapa saat kemudian kota jadi tampak kacau. Iblis-iblis yang merasuki tubuh manusia, semuanya mengamuk. Begitu juga denganku. Kami menghancurkan seluruh kota.
Aku melihat Ayah melayang di langit diselimuti oleh energi hitam. Lalu, di belakangnya muncul bola energi hitam yang besar.
"Anakku, kau sekarang mempunyai kekuatan yang dahsyat. Dan akhirnya, kau bisa melawan orang-orang yang mengganggumu itu. Bahkan, kau bisa membinasakan mereka."
"Dan Ayah, apa yang terjadi pada Ayah?"
"Ini adalah perjanjian yang ayah buat dengan iblis yang ada di dalam dirimu. Ayah akan tinggal di neraka. Kau teruslah hidup dan singkirkan semua yang menghalangimu. Itu adalah tugasmu. Dan mulai sekarang namamu adalah Lucy."
***
[MASA KINI]
"Aku tidak akan membiarkanmu menguasai dunia ini."
Kami saling serang dan menimbulkan lonjakan energi yang membuat area sekitar kami bergetar.
Bukankah dia tidak dirasuki oleh iblis mana pun? Kenapa kekuatannya begitu besar?
"Kau terkejut? Ayah memiliki kekuatan yang sama sepertimu?"
Cih, dia tau isi pikiranku. Sial!
"Ayah tidak hanya menyembah satu iblis, itu mengapa Ayah punya kekuatan yang menyamai kekuatanmu. Meski Ayah tidak dirasuki oleh iblis-iblis itu. Setiap dari mereka memberi Ayah separuh kekuatan mereka."
Hah? Sejak kapan ayahku ada di belakangku. Sial!
Dia mendorongku dengan satu tangannya. Aku terpental hingga membentur tembok penghalang dengan begitu keras.
Aaakkhh, sakit sekali. Kenapa..., tubuhku..., terasa lemah? Apa yang terjadi padaku? Aah, aku lupa.
"Ke mana perginya kekuatanmu itu? Kau sekarang terlihat lemah."
"Lucy, ada apa? Kenapa berisik sekali di luar?"
Sial! Luna terbangun.
"Wanita ini. Apa wanita ini yang membuatmu lemah? Katakan padaku! Kau jatuh cinta pada wanita ini?"
"Dia siapa, Lucy? Kenapa tubuhnya diselimuti energi hitam?"
"Kalau begitu, aku harus membawamu ke neraka."
"Lucy, tolong aku!"
Sial! Dia menangkapnya. Lalu, Luna dia buat tidak sadarkan diri.
"Lucy..."
"Datanglah ke neraka, jika kau ingin dia selamat."
"Tidaaakk, jangaaaann! Aaakkkhh!"
Sial! Siaal! Energi hitam ini mencegahku melalukan apa pun. Tubuhku terasa lemah dan lemas. Agh!
"Aku menemukannya, Kapten. Dan dia tengah diselimuti semacam energi hitam."
"Waspada, prajurit. Jangan sampai kau lengah."
"Tunggu, jangan tangkap aku! Aku harus menyelamatkan wanita itu."
"Memangnya dia dibawa oleh siapa dan ke mana?"
Aku ingin sekali menjawab, tapi tubuhku tiba-tiba kehilangan tenaga.
"Ayo, tangkap dia! Selagi monster ini dalam keadaan lemah."
Sial! Aku gagal lagi.
***
"Di mana aku?"
Aku mencoba mendobrak pintu ruangan ini yang terbuat dari kaca. Namun, seketika ada lonjakan energi yang membuatku terpental.
"Apa-apaan ini? Ruangan macam apa ini?"