Tess! Tess! Tess!
Air alam kiriman Tuhan itu mulai turun membasahi tubuh wanita yang berdiri membatu. Di hadapannya, seorang laki-laki berstatus suami resminya itu sedang berpelukan dengan mantan istrinya. Julia menangis, meski air matanya tersamarkan oleh tetesan air hujan.
Seperti ada palu besi seberat puluhan kilogram yang menghantam dadanya. Hatinya remuk redam melihat pemandangan di hadapannya. Tidak ingin percaya, tapi adegan itu terlihat jelas di depan matanya.
Sekeras apa pun ia mencoba menyangkal, kenyataannya kejadian itu memang terjadi. Bahu Julia turun naik seiring isak pelan tangisan kesakitan. Kali ini, hatinya benar-benar terluka.
Sopir taksi itu keluar membawa payung. Ia tidak tega melihat Julia menangis sambil hujan-hujanan. Ia memayungi wanita itu.
"Kamu bisa sakit kalau hujan-hujanan malam-malam. Setidaknya, kalau kau ingin hujan-hujanan, besok siang saja," kelakar sopir taksi itu. Ia mencoba menghiburnya seperti terakhir kali. Sayangnya, ia gagal.