Gadis itu merebahkan kasar tubuh pria berbadan kekar yang ada di dalam dekapannya. Membantingnya tepat di atas ranjang sebab ia sudah tak kuasa lagi untuk menahan semuanya. Tubuh Tuan Ge seperti yang ada di dalam bayangannya, lebih berat dari tubuh kekar milik sang kekasih. Selepas turun dari taksi, Luna menolak bantuan si pria tua berbadan kerempeng yang sudah baik memberi tumpangan padanya juga Tuan Ge. Luna mengatakan bahwa ia bisa mengurus boss-nya itu dengan baik. Tak perlu mengkhawatirkan apapun, meskipun terlihat begitu payah dengan tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Tuan Ge, namun setidaknya Luna sudah biasa mengatasi pria yang sedang mabuk berat seperti ini.
Matanya kini mengudara. Menatap langit-langit kamarnya sembari berbaring di ujung ranjang. Di sisinya, ada Tuan Ge yang tak kunjung sadarkan diri. Pria itu masih saja terlelap dalam halusinasi bodohnya. Luna tak menyangka jikalau pembawaan yang tenang dan menguasai keadaan tak mampu membendung rasa stress yang dialami oleh pria tampan ini. Tubuhnya yang kekar pun tak mampu menahan rasa sakit atas apa yang dilakukan oleh sang istri.
Luna kini bangkit, kembali ia melirik Tuan Ge dan mendesah kasar. Haruskah ia melakukannya? Melepas sepatu itu. Melepas jas yang ia kenakan dan melepas dasi yang melekat membatasi gerak lehernya sekarang ini? Luna biasa melakukan itu untuk membuat William nyaman dengan tidurnya. Merapikan segala yang dipakai sang kekasih, bahkan terkadang Luna mengganti pakaiannya. Banyak yang gadis itu lakukan untuk William, akan tetapi ia tak bisa melakukannya untuk Tuan Ge. Pria itu sudah beristri. Bahkan putri cantiknya hampir setara usia dengannya.
Gadis itu bangkit. Berniat untuk meninggalkan Tuan Ge dan menunggu pria itu sadarkan diri nantinya. Di luar ruang kamar, Luna akan menunggu. Entah berapa lama mungkin saja sampai fajar menyapa. Tak peduli, ketimbang harus berada di dalam satu ruangan dengan pria yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.
"Argh!" Tuan Ge mengerang ringan. Menjejakkan kakinya dengan kasar. Tentu, pria mana yang nyaman tidur dengan pakaian formal seperti itu? Tidak ada. Bahkan pria yang sedang mabuk berat seperti ini. Luna paham akan hal itu. Ia kembali mengembuskan napasnya. Menundukkan sejenak pandangan matanya untuk menatap pantulan bayangan tubuhnya di atas lantai ber-ubin putih yang menjadi pijakannya sekarang ini. Langkah kaki itu kembali mendekat pada Tuan Ge. Mulai berjongkok di sisi ranjang dan melepas satu persatu sepatu yang melekat di kedua ujung kakinya.
Luna melirik. Bahkan dalam keadaan tidur seperti ini, Tuan Ge terlihat begitu tampan dan berwibawa. Ia sudah melihat Wajah Elsa Valencia, wanita beruntung yang hidup nyaman sebagai istri dari seorang pemilik gedung besar pencakar langit di pusat kota. Elsa adalah wanita yang paling cocok untuk Tuan Ge, begitu juga sebaliknya. Keduanya sama-sama 'keren' dalam menyikapi dunia. Hanya saja, Tuan Ge sekarang ini sedang terlihat aneh dan tak seperti biasanya. Di dalam hatinya seakan-akan tersimpan sebuah luka yang tak diketahui banyak orang. Pria ini pandai memakai topeng rupanya.
Luna kembali bangkit. Sigap tubuhnya mendekat sedikit condong untuk meraih leher pria yang ada di bawahnya sekarang. Embusan napas dengan bau khas alkohol kini merambah masuk ke dalam lubang hidungnya selepas Luna memutuskan untuk mencoba melepas dasi yang Tuan Ge kenakan. Ia tak ada maksud lain selain mencoba untuk menjadi gadis yang baik dan hangat malam ini. Membantu orang yang sedang dalam kesusahan bukanlah sebuah dosa bukan? Ya, meskipun posisi yang keduanya ambil sekarang ini bisa saja menumbuhkan sebuah dosa layaknya perselingkuhan yang terjadi di antara hiruk-pikuk hubungan rumah tangga seseorang.
"Stop it!" Suara berat itu menghentikan aktivitasnya. Luna yang baru saja ingin menarik dasi selepas yang melingkar di atas leher milik Tuan Ge menatap pria itu dengan tegas. Sejenak ia membulatkan matanya kala Tuan Ge mulai membuka sepasang netra indah itu. Manik mata keduanya bertemu dalam satu titik. Sejenak, namun rasanya detak jantung milik Luna mulai terpicu hebat. Alunannya tak lagi bisa dikatakan biasa. Detakkan jantung itu seakan meronta untuk segera lepas dari tempatnya.
Jika Luna tak pernah menatap pria lain selain William dengan posisi se-intim ini, maka malam ini semuanya sirna. Tatapan dengan jarak intens yang mempertemukan kedua ujung hidung lancip mereka saat ini sukses membuat Luna menghentikan segala aktivitasnya. Jari jemarinya melunak. Merasakan tubuhnya mulai ada di atas ambang batas kesadaran. Bibir merah muda nan tipis itu sangat menggoda dirinya. Manik mata indah nan teduh itu lamat-lamat menatap setiap inci bagian wajah Luna. Perlahan senyum manis mengembang di atas paras tampan nan awet muda milik Tuan Ge. Sukses! Luna terpikat.
Perlahan gadis itu memiringkan kepalanya. Mendekatkan bibirnya pada pria yang baru saja ikut merapatkan kembali kedua mata tajamnya. Tuan Ge pasti akan menerima apapun yang Luna lakukan, sebab sekarang ini ia bukanlah pria waras yang ada di atas tingkat kesadaran 100 persen. Dirinya hanya pria mabuk yang tak bisa mengingat apapun selepas malam ini berlalu.
Luna menghentikan gerak tubuhnya. Menarik kembali wajahnya lalu mengembuskan napasnya kasar. Samar kepala itu menggeleng ringan. "Tidak! Apa yang aku lakukan?" gumamnya mencoba untuk kembali menyadarkan dirinya sendiri. Luna teringat, bahwa bukan hanya Tuan Ge yang meminum alkohol sebelum ini. Melainkan juga dirinya. Ya, Luna pasti sedang mabuk ringan dan terbawa suasana sekarang ini.
Gadis itu kembali ingin bangkit. Tak lagi menindih tubuh tuan Ge dan membiarkan dasi itu tetap melekat di atas leher milik pria tampan itu. Luna tak ingin mengambil risiko atas apa yang dilakukannya sekarang. Cukup sampai di sini! Ia memang sedang kesepian sekarang, namun melakukan hal ini dengan pria lain hanya akan mempersulit keadaannya saja.
Gadis itu bangkit. Memutar tubuhnya dan berniat untuk berjalan pergi meninggalkan Tuan Ge, namun naas! Pergelangan tangannya tertarik. Membuat tubuh Luna kembali berputar dengan kasar dan terpental hebat di sisi ranjang. Tuan Ge mengunci posisinya. Pria itu bangkit dan menindih tubuh Luna dengan kasar. Paha gadis itu berhimpit. Kuat kuncian Tuan Ge memblokir seluruh pergerakannya. Luna berada di bawah sekarang, tak lagi di atas dengan posisi memimpin permainan.
Gadis itu meneguk kasar salivanya. Tidak! Ia tak ingin bersenang-senang dengan pria lain. Tubuhnya hanya untuk William saja!
Samar Tuan Ge menatapnya. Tersenyum aneh dan mulai membelai setiap helai rambut pendek milik Luna. Telapak tangan besar itu memegang sisi pipi gadis yang hanya bisa terdiam memaku. Bergerak pun tak akan ada gunanya sekarang. Tubuh dan tenaga Tuan Ge terlalu besar untuknya.
"Very beautiful!" Kalimat itu membuka adegan. Luna hanya bisa tersenyum aneh. Ya, Tuan Ge pasti mengira bahwa ia adalah istrinya.
"Do you want to play a game with me?"
Sial! Kalimat itu sangat menggoda! Ekspresi wajah Tuan Ge bersama dengan sentuhan itu memicu segalanya. Napsu dan gairah mulai menguasai diri Luna sekarang. Haruskah itu bermain malam ini?
... To be Continued ...