Warning Mature Content!
Bab ingin mengandung adegan dewasa 18+
Harap bijak dalam membaca. Jika tidak berkenan, silakan pergi ke bab selanjutnya ^^
Xoxo and Happy reading!
"Aleta masih mencintaimu," ucapnya membuat sang suami tak lagi bergeming. Tatapan Ge menajam bersama ekspresi wajahnya yang menegang. Elsa tak sedang mencoba mencari-cari alasan bukan? Ya, tentunya bukan.
Tuan Ge menaikkan kedua sisi alis tipisnya. Merentangkan tangan tanpa mampu berucap apapun lagi sekarang ini. Elsa sungguh mengejutkan dirinya. Wanita itu ambisius dalam mengejar pembanguan gedung baru di belakang sekolahnya. Menjadikan bangunan itu menjadi satu-satunya sekolah swasta terbaik yang ada di Amsterdam adalah cita-cita Elsa tahun ini. Ge tak tahu, kalau sang istri masih bisa menyempatkan waktu untuk menyelidiki kehidupan pribadi orang lain. Aleta Britt misalnya.
"Kau tak percaya padaku?" Elsa menegaskan. Matanya memincing bersama dengan bibir merah meronanya yang kini tegas tertarik di ujung sisinya. Senyum seringai penuh ketidak percayaan ada selepas sang suami memilih menepuk-nepuk kasar pahanya sendiri. Ia paham, Ge tak mempercayai ini semua dengan reaksi seperti itu. Elsa hapal semua arti gerak gerik sang pria tercinta.
"Aleta sudah menikah dengan seorang pengusaha yang lebih kaya dariku, Elsa. Meskipun bercerai dua tahun sesudahnya, namun tetap saja alasan-alasan itu tak akan pernah masuk akal." Tuan Ge memprotes. Tegas menghela napasnya untuk menutup kalimat sedikit panjang yang dilontarkannya untuk sang istri.
"Satu minggu setelah perceraian itu, kau datang ke apartemennya, Ge." Elsa menyahut. Tak bisa menerima elakan dari sang suami sekarang ini. Posisinya benar, dan ia akan mempertahan itu. Memang semua risiko buruk yang sedang terjadi saat ini diluar dugaan dan kendali Elsa Valencia. Jujur Elsa tak tahu jikalau tim yang dibuat sang suami untuk mengembangkan ranah dan jangkauan bisnisnya belum resmi mendapat perijinan. Ia tak tahu juga kalau Ge belum memperbarui semua sistem yang ada di dalam perusahaannya sekarang ini. Elsa bersalah untuk itu, maka dari itu semua ia ingin menebus dosanya. Mengalihkan media dengan menuding Aleta sebagai tersangkanya. Membersihkan nama sang suami tanpa ada lagi desas desus dan berita miring yang menerpa kariernya.
Ge tak menyetujui itu tentunya. Alasan hanya berdasar rasa cemburu adalah hal yang paling 'kekanak-kanakan' untuk bisa diterima orang dewasa seperti Ge Hansen Joost juga sang istri sendiri, Elsa Valencia.
"Aku datang ke sana untuk menghantarkan obat milik ibu Aleta. Ia menderita kanker rahim. Haruskah aku diam ketika seseorang meminta bantuan padaku?" Ge menyahut. Sedikit dongkol selepas mengetahui tindakan ceroboh sang istri kali ini.
Ini bukan Elsa. Seperti orang lain yang sedang berhadapan dengan dirinya. Elsa bukan wanita yang akan mudah goyah dan termakan rasa cemburu hingga membabi buta seperti ini. Melakukan kesalahan fatal yang sudah membuat posisi Ge semakin terpojok setiap detiknya.
"Aku akan menemui Aleta nanti malam." Pria itu mengimbuhkan. Mulai menyeka mulutnya dengan tisu makan yang selalu disiapkan tak pernah absen tepat berada di sisi mangkok sup kesukaan Ge kalau pagi datang seperti ini.
"Jangan bertingkah lagi. Biarkan aku yang menyelesaikan semuanya."
Pria itu bangkit. Lagi-lagi menghela napasnya kasar sesaat selepas tatapannya beradu dengan sepasang netra cokelat muda milik sang istri. Ia tahu, Elsa begitu mencintainya dalam keadaan seperti ini. Wanita itulah yang membantu dan mendorong dirinya hingga naik ke permukaan seperti sekarang. Menjadi seorang Tuan Ge yang paling dihormati sebab kedudukan, pangkat, kuasa, dan segala prestasi yang ditorehkan olehnya untuk dunia.
Ge juga manusia, sama halnya seperti pria lainnya yang kadang terkecoh dengan riuhnya dunia luar yang lebih menyenangkan. Pernikahan terkadang terasa membosankan dan membuat dirinya jenuh sebab hanya itu-itu saja yang bisa ia rasakan. Ge pun yakin benar bahwa Elsa terkadang juga merasakan hal yang sama. Ingin sesekali keluar dari zona ini dan sejenak mendapat kenikmatan yang luar biasa tiada tandingnya.
Kembali lagi, Ge dan Elsa adalah sepasang suami istri dengan satu putri cantik yang ada untuk mempererat hubungan mereka. Jika ia menuruti napsunya, maka Amanda yang akan hancur hatinya. Ia menang terkadang bosan dengan ambisi Elsa yang terbilang suka berlebih dan keluar dari batasannya. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Menikah dengan Elsa bukan berarti hanya menikmati malam dan berpesta di atas tubuh wanita itu, menikah dengannya berarti Ge harus mulai menerima segala kekurangan seorang Elsa Valencia.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Elsa mencegah kepergian sang suami. Menarik pergelangan tangan pria berjas mewah itu untuk membawa tubuhnya mendekat pada Elsa. Ge menunduk seiringan dengan tatapan Elsa yang baik mengudara. Tepat dalam satu titik mereka saling menatap satu sama lain. Ge melepas genggaman tangan itu. Memindahnya untuk menyangga tubuh kekar yang kini membungkuk untuk mendekati sang istri.
Tahapan Ge sangat mempesona. Tajam dan memukau. Penuh arti dan makna jikalau benar ditelisik masuk ke dalam. Ge masih sama seperti kala 22 tahun silam bertemu dengan dirinya pertama kali. Masih dengan wajah tampan, mempesona, dan menggoda.
"Lakukan seperti saat aku memaafkan dirimu kali ini," ucap Tuan Ge melirih. Ia tersenyum manis pada Elsa. Menghilangkan kesan aneh yang baru saja tercipta di antara mereka berdua. Wanita itu ikut mengembangkan senyumnya. Perlahan kepalanya mengangguk sering dengan bibirnya yang melengkung indah.
Ge mengecup bibir sang istri. Perlahan ia menggerakkannya. Membuat lumatan kecil nan sederhana yang terbalas oleh gerakan bibir sang wanita. Gairah masih ada di dalam diri seorang Elsa Valencia maupun Ge Hansen Joost. Meskipun usia tak lagi remaja yang patut dikata sedang berapi-api kalau pasal cinta, keduanya tetap 'kuat' untuk merasakan getaran dan gejolak itu.
Ge semakin kuat melumat habis bibir sang istri. Kini semakin memperdalam dengan menekan tengkuk leher milik Elsa. Pria itu tak berhenti begitu saja. Kini jari jemarinya mulai nakal dan ganas. Melepas satu persatu kancing milik sang istri untuk membuka mantel tebal yang dikenakan Elsa pagi ini.
Tak ada yang bisa menghalangi kalau Ge sudah masuk ke dalam gairahnya. Panas mulai menguasai dalam diri pria itu. Dewasa adalah kesan yang tercipta kala ia mulai masuk mendalami birahi nafsunya pagi ini. Elsa merasakan itu. Jari jemari milik sang suami mulai masuk ke dalam celah kemeja yang ia kenakan. Menyentuh dua 'mahkota' yang ada di atas dadanya dan meremasnya perlahan.
Elsa mendesah. Tidak, ia tak bisa melakukannya sekarang. Tiga puluh menit lagi, ada meeting penting yang harus dihadiri olehnya.
"Cukup," sela Elsa membuat gerakan sang suami berhenti. Ge menatapnya aneh. Tunggu, lagi? Elsa menghentikan napsunya yang baru saja ingin sampai pada klimaksnya? Ah, sial!
"Aku harus meeting tiga puluh menit lagi. Kau bisa melakukannya nanti malam, Ge." Ia tersenyum. Kembali merapikan kemeja dan merapatkan mantelnya. Menepuk dada sang suami dan mulai bangkit untuk pergi meninggalkan Ge bersama gairahnya.
Pria itu menyeringai. Persetanan, selalu saja seperti ini.
... To be Continued ...