"Kak, udah gue siapin nih. Di depan meja televisi. Gue nyiapin buku gue dulu habis itu nyiapin motor, lo kalau udah selesai langsung kedepan ya. Jangan lama-lama!!! Gue tunggu di depan. Jangan lupa kunci rumah!" teriak Nica yang baru saja menyiapkan sarapan sang kakak dan berjalan menuju lantai atas, segera mengambil barang-barang yang akan di pakainya ke sekolah.
"Oke Nic, makasih sarapannya," teriak Rahel yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
Rahel menepuk jidat, "lah, baju gue kan di kamar. Masa iya gue naik cuma pakai handuk. Emang di rumah cuma sama Nica, tapi kan pintu depan pasti ke buka. Panggil si tuyul aja deh. Nica!!! Tolong ambil seragam kakak yang tadi kakak minta tolong buat siapin!!!" kata Rahel dan diiringi dengan teriakan.
"Udah ada di meja depan televisi kak... Deket sarapan lo..!" teriak Nica dari kamarnya.
"Oke, jangan lupa motornya tolong siapin...!" sahut Rahel lantang.
"Iya, buruan gantinya sekalian makan ngebut!" jawab Nica yang sudah siap dengan jaket,tas dan helm yang ia bawa dari kamarnya menuju teras rumah untuk menyiapkan motor yang akan dia pakai ke sekolah bersama sang kakak.
"Iya," jawab Rahel seadanya karena sibuk membenarkan ikat pinggangnya lalu berlari ke ruang televisi untuk memakan sarapan yang sudah adiknya siapkan.
Selesai memakan sarapannya, Rahel mengambil tas, jaket, dan helm yang sudah disiapkan Nica di sofa ruang tamu. Tak lupa ia juga memakai sepatunya yang berada di rak dekat pintu depan rumahnya. Ia melihat Nica yang sedang duduk di kursi teras sambil memainkan ponsel miliknya.
"Ayo,buruan. Gue udah kelar, lo yang nyetir apa gue?" tanya Rahel.
"Lo aja, Kak. Gue pulangnya aja. Gue mau nebeng lo, males naik angkot. Nanti gue tunggu sampai lo kelar mapel tambahan, yuk berangkat. Nih kuncinya," jawab Nica sambil memberikan kunci motornya kepada sang kakak.
"Oke, tapi pulang sore enggak papa lo?" tanya Rahel.
"Iya, besok kalau udah kelas dua belas gue juga bakal pulang sore kayak lo. Buruan deh, telat ntar..." jawab Nica kesal karena melihat jam yang sudah pukul 06.30 di layar ponselnya.
"Iya," jawab Rahel singkat. Segera menaiki motor kesayangannya itu. Disusul Nica yang sudah tidak sabar ingin cepat sampai kesekolah karena takut terlambat.
*****
Sampai di sekolah mereka bingung. Tidak ada murid di lapangan yang melaksanakan upacara seperti hari senin biasanya. Mereka memutuskan untuk pergi ke ruang guru, karena jika ada murid yang terlambat ia harus mengisi buku keterlambatan.
Beruntunglah mereka karena hari ini adalah kali pertama mereka terlambat masuk sekolah, sehingga mereka bisa masuk setelah mengisi buku absen keterlambatan.
Jika sudah kedua kalinya seorang murid terlambat, maka tidak akan di perkenankan masuk ke kelas. Murid yang terlambat itu, boleh masuk jika jam pertama sudah berakhir.
Nah... Bagi anak yang sudah terlambat untuk ketiga kalinya, ia akan mendapat surat panggilan yang ditujukan untuk orang tua. Gunanya agar menemui kepala sekolah. Namun, siswa itu di suruh membersihkan halaman sekolah lebih dulu, barulah masuk ke kelas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
"Hel, nggak biasanya deh lo telat, kenapa emang?" tanya Rika pada Rahel yang baru saja masuk di dalam kelasnya dengan napas ngos-ngosan.
"Bentar, gue napas dulu-hhh... mending lo perhatiin Pak Santo aja deh, ntar gue pinjem catetan lo kalau udah pulang sekolah," jawab Rahel sambil mengatur napas dan mencari buku catatan Bahasa Indonesia yang ada di dalam tas sekolahnya.
"Iya, tapi kalau ada PR gue nggak mau minjemin, gue nggak ada paketan buat searching," jelas Rika.
"Yaudah... kalau misal, ehm... Ada PR lo kerumah gue belajar bareng, gimana?" ucap Rahel sambil mencatat tulisan yang ada di papan tulis dengan napas yang masih memburu karena benar-benar kelelahan.
"Oke, boleh juga usul lo, tapi kan... Ntar ada mapel tambahan, pulang udah jam lima sore. Tidur rumah lo nggak papa kan?" tanya Rika
"Boleh kayaknya, coba ntar gue chat mamah, kebetulan mamah juga belum pulang tadi," jawab Rahel yang sesekali melihat Rika dengan sedikit kesal karena sahabatnya yang satu ini terus mengajaknya untuk mengobrol.
"Yaudah, ntar mampir rumah gue dulu sama ijin karena nginep di rumah lo, nyiapin mapel buat besok juga... Emang orang tua lo pergi?" sahut Rika dan di akhiri dengan tanya penuh keingintahuan.
"Iya. Belum tahu juga pulang kapan," jawab Rahel seadanya.
"Oooh, ya udahlah penting nanti ke rumah gue dulu," ujar Rika mengingatkan.
"Iya bawel," balas Rahel ketus.
"Idihh. Nggak usah nyol-" ucapan Rika seketika terputus karena Rahel.
"Diem dulu. Dari tadi gue lo ajak omong terus deh perasaan. Kapan napas gue bisa ke atur?" potong Rahel karena napasnya masih tersengal-sengal dan ditambah dengan emosinya yang sudah di ubun-ubun akibat sahabatnya itu.
"Gitu aja nyolot!" ucap Rika kesal.
"Biarin..!" jawab Rahel tak kalah kesal.
"Iyain," balas Rika masih tak mau kalah.
"Tolong diam sebentar. Pelajaran masih berlangsung. Jika ingin mengobrol silahkan keluar kelas...!" sela Pak Santo mengingatkan dengan melihat ke arah Rika dan Rahel berada.
Mereka berdua yang sadar akan peringatan dari Pak Santo segera menunduk.
"Maaf pak," jawab mereka serempak.
Teeettt!
Jam istirahat yang ditunggu akhirnya berbunyi. Rahel segera menata bukunya yang baru saja ia gunakan untuk mencatat mata pelajaran biologi dan memasukkannya kedalam tas sekolahnya. Ia mengambil buku sejarah karena setelah jam istirahat selesai, mapel tersebutlah yang akan ia pelajari.
"Ayok, kantin nggak kalian berdua?" tanya Puspa tiba-tiba yang ternyata sudah berdiri didepan meja Rahel dan Rika.
"Iyalah, gue belum sarapan tadi, lo gimana? Mau disini aja? Atau mau titip?" tanya Rika ke Rahel.
"Titip aja deh, jajanan sama air mineral 1 botol. Nih uang nya," jawab Rahel dengan cengiran dan tak lupa uang sebesar sepuluh ribu rupiah ia sodorkan.
"Yaudah tunggu dulu. Yuk Puspa, bye Hel...!" ajak Rika serta lambaian tangan untuk Rahel.
"Oke, makasih...!" sahut Rahel sedikit teriak karena sahabatnya sudah berlari keluar kelas.
Setelah lima menit berlalu, kedua sahabatnya masuk. "Nih punya lo. Oh ya, gue mau tanya kenapa lo tadi bisa telat? Tumben amat, Hel," ujar Rika sambil memberikan jajanan dan minum yang tadi sudah di pesan oleh Rahel padanya.
"Makasih. Iya, tumben banget tadi gue bangun kesiangan, gue padahal cuma belajar sebentar," jawab Rahel singkat.
"Belajar apaan emang? Buat nanti mapel tambahan?" tanya Puspa penasaran.
"Kimia, ulangan," balas Rahel singkat.
"Lupa gue!!!" ucap Rika dan Puspa bebarengan.
"Yaudah, nanti belajar dulu pas istirahat kedua," Rahel menyarankan.
"Sial, kok gue bisa lupa ya?! Lo juga kenapa nggak ngingetin di chat?" tanya Puspa sama Rahel.
"Kemaren gue lupa mau on. Maaf deh," jawab Rahel seadanya.
"Contekin dikit ya, Hel..." pinta Rika dengan memohon. Kedua tangannya menggenggam tangan Rahel erat.
"Tau sendiri Bu Anya gimana matanya. Ogah kalau gue katahuan nyontekin, nilai gue yang langsung nol. Bukan lo." jawab Rahel takut. Menyingkirkan tangan Rika.
"Ya udahlah, masih ada jam istirahat kedua. Lo bantuin kita belajar ntar ya, Hel..." sela Puspa menengahi dan memohon supaya Rahel nanti mau membantu mengajari dia dan Rika pas jam istirahat kedua.
"Oke deh, yaudah buruan habisin. Mau bel nih," sahut Rahel dengan senang hati.
"Siap, makasih," jawab Puspa dan Rika dengan anggukan, mengiyakan kata Rahel.
*****
"Adek gue mana, ya...? tadi bilangnya mau nunggu di parkiran. Kok belum nongol..." tanya Rahel pada Rika yang sudah siap untuk pulang.
"Emang dia bareng lo? biasanya kan naik angkot," tanya Rika.
"Iya, dia tadi bilang pengin nebeng. Tadi waktu di kelas juga dia ngechat gue, bilang bakal ketemu diparkiran," jelas Rahel.
"Ayok, keburu malem. Udah capek gue kak...!" suara Nica yang tiba-tiba sudah berada diparkiran.
"Kayak setan deh adek lo, Hel. Hahaha," ujar Rika dengan tawa yang tak kunjung usai.
"Emang, hehe..." jawab Nica asal.
"Idih. Ngaku lo? Sinting!" sahut Rahel dengan heran.
"Ngakulah, lo kan nenek lampir. Gue kan adek lo, otomatis gue setan, kan? Karena kakaknya juga setan," jelas Nica yang diakhiri dengan cengiran.
"Serah lo," ucap Rahel singkat karena sebenernya ia malas membalas perkataan sang adik.
"Hahaha. Yaudah yuk, kerumah gue dulu. Pamit sama nata mapel buat besok," sela Rika pada mereka berdua.
"Ayok!!!" ajak Nica semangat. Sedangkan Rahel hanya melihat adiknya dengan tatapan malas.
Merekapun menaiki kendaraan sedikit ngebut karena melihat langit yang sudah mulai gelap.
*****