Setelah itu Dewa angin pun langsung menyudahi munajatnya itu.
"Bagaimana Dewa angin ... sudahkah kebodohanmu itu tersingkap?" tanya Raja iblis lagi-lagi dengan gaya sombongnya.
"Baiklah, aku sudah mendapatkan apa yang memang belum aku ketahui kebenarannya, silahkan .. lakukan apa yang memang telah dikuasakan kepadamu Raja iblis .. bersuka cita lah .. sebelum kuasa itu diambil lagi oleh Sang Hyang Widhi Wasa pada saatnya nanti," balas Dewa angin dengan bijak, dan bersamaan dengan itu pula Raja iblis pun langsung meludah ke arah bumi, dan dari ludahnya itu terbentuklah sebuah bola api sebesar genggaman meluncur ke arah dimana Sanjaya atau Sabrang itu sedang berada.
Sementara itu Sabrang sudah berada di Padepokan Padangkarautan milik Dewa Ndaru, rupanya bocah itu diizinkan untuk bermalam di kediaman Ayahanda dari bocah yang baru saja berseteru dengannya, akan tetapi bukannya ditempatkan di dalam rumah atau ruang tamu bocah malang itu rupanya disuruh tidur di sebuah gudang tempat penyimpanan bahan makanan.
"Oh ... kenapa malam ini terasa begitu panas? Aneh, padahal diluar langit nampak begitu cerah, hoh ... tubuhku sampai berkeringat seperti ini," ujar Sabrang sambil menyeka keringat dari dahinya, dan tidak lama setelah itu dari arah atas terdengar ada sebuah benturan keras yang menjebol atap ruang gudang itu, Sabrang tidak sempat menghindar hingga akhirnya benda yang tidak lain adalah bola api perwujudan dari ludah Raja iblis itu benar-benar tepat menghantam kepalanya dan kemudian langsung lenyap masuk ke dalam tubuh bocah sakti itu.
Duorr ...
"Ah ...!" bocah itu berteriak dan kemudian langsung tergeletak pingsan di antara tumpukan untaian padi dan jagung, dalam pingsannya itu terlihat tubuh Sanjaya nampak membujur dan kaku, seluruh tubuhnya nampak berkeringat hingga membuat bajunya sampai basah kuyup, lalu tidak lama kemudian tiba-tiba saja tubuh bocah sakti itu nampak mengeluarkan sinar kemerah-merahan dan juga suara yang mendesing diiringi dengan hembusan angin yang sangat menyejukkan, bahkan karena saking ademnya sontak seluruh keringat yang telah membasahi sekujur tubuh dan bajunya itu seketika langsung asat.
Wuing, wing, wing ...
Whuus ... whuus ... whuus ...
"Oh ... dimanakah aku ini ...?" nampak Sabrang mulai tersadar dari pingsannya, lalu bocah itu pun langsung duduk untuk beberapa sesaat, dan kemudian segera berdiri.
"Oh iya, iya ... aku baru ingat, semalam aku disekap oleh Dewa Ndaru dalam gudang ini."
Lalu bocah itu nampak mengintip dari celah dinding gudang.
"Hoh ... rupanya hari sudah mulai pagi, tidak lama lagi sang surya akan segera muncul, hoh ... ada apa dengan tubuhku? Kenapa tubuhku tiba-tiba berubah menjadi kekar seperti ini?"
Yah memang benar, tiba-tiba saja tubuh bocah itu berubah menjadi kekar dan berotot, bahkan saat ini dia sudah terlihat seperti pemuda berusia tujuh belasan tahunan. Sabrang nampak meraba-raba seluruh bagian tubuhnya.
"Aku sekarang sudah menjadi seorang pemuda yang gagah dan kekar, uhuuy ... dan aku juga merasa tenagaku semakin kuat, hmmm ... celana dan bajuku nampak robek di beberapa bagian."
Memang benar, saat ini baju yang dipakai oleh Sabrang itu telah robek dan terlihat compang-camping karena sudah tidak muat lagi akibat perubahan dari bentuk tubuhnya yang terjadi secara tiba-tiba itu, Sabrang sekarang benar-benar telah berubah, bahkan perubahannya itu tidak hanya terjadi pada bentu fisiknya saja akan tetapi dari perilakunya pun juga ikut berubah, Sabrang yang sekarang bukanlah Sabrang yang kalem dan sopan namun telah menjelma menjadi sesosok pendekar muda yang berwatak keras dan beringas.
"Kurang ajar! Berani-beraninya menyekap aku di dalam gudang seperti ini!"
Gubrak ...!!
"Aku akan cari dua bocah dan bapaknya semalam itu, akan aku hajar mereka semua! Hmmm," ujarnya sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.
Kemudian Sabrang melangkah melewati lorong samping gudang untuk menuju ke arah depan rumah, namun baru saja melangkah tiba-tiba saja pemuda itu menghentikan langkahnya itu.
"Hoh rupanya mereka sedang melakukan latihan kanuragan, bagaimana ini? Haruskah aku menunggu sampai mereka selesai? Atau langsung saja aku ke sana?" ujarnya sambil mengatupkan mulutnya dan manggut-manggut.
"Hah, persetan dengan mereka, aku akan langsung menyatroni mereka saja." Lalu pemuda itu pun langsung bergegas menuju ke halaman Padepokan Padangkarautan yang memang sangat luas itu.
"Satu ...!" terdengar seruan Dewa Ndaru memberi aba-aba pada murid-muridnya.
"Heyaa!" sahut para murid-murid padepokan Padangkarautan sambil memperagakan gerakan jurus yang telah diajarkan oleh gurunya itu.
Plok, plok, plok ...
"Hebat ... hebat ..." seru Sabrang yang tiba-tiba saja muncul, lalu begitu melihat ada pemuda gagah dan kekar yang tiba-tiba muncul mereka semua pun langsung kaget dan serentak menghentikan gerakan-gerakan jurus yang sedang dipelajarinya tersebut.
"Hoe! Siapa kau? Berani-beraninya masuk ke mari tanpa permisi!" teriak Dewa Ndaru.
"Oh .. oh .. oh .. rupanya matamu sudah rabun Dewa Ndaru? Tatap aku!" bentak Sabrang sambil memelototi pimpinan Padepokan Padangkarautan itu.
"Memang siapa kau sebenarnya?" tanya balik Dewa Ndaru terlihat masih bingung dengan tamu yang tidak diinginkannya itu.
"Aku adalah bocah yang semalam kalian tangkap dan kalian kurung di dalam gudang!" jawab Sabrang dengan tegas, dan terang saja itu membuat Dewa Ndaru makin tidak percaya dengan apa yang didengar dan dilihatnya itu.
"Apa? Benarkah kau itu adalah bocah Gembel yang semalam itu?"
"Yah benar, dan sekarang aku akan menghajarmu dan juga kedua anakmu itu juga, sekarang dimana mereka berdua?!"
"Kenapa tubuhmu bisa berubah seperti ini?" nampak Dewa Ndaru bertanya dengan penuh rasa keheranan.
"Kamu tidak perlu bertanya kenapa aku bisa berubah seperti ini, tapi yang jelas sekarang aku merasa lebih kuat dan siap menghajar siapa saja yang berani menentang dan melawanku, terutama kau Dewa Ndaru!" kembali Sabrang membentak keras sambil memelototi pimpinan Padepokan Padangkarautan itu, sorot mata Sabrang sungguh sangat mengerikan karena mengeluarkan sinar kemerah-merahan.
'Siapakah sebenarnya pemuda ini? Benarkah dia itu bocah Gembel yang semalam? Tapi kenapa tiba-tiba dia bisa berubah menjadi seperti itu? Ini benar-benar sungguh luar biasa, baru pertama kali ini aku melihat pemuda yang memiliki aura kesaktian yang diluar nalar, dan sepertinya ini bukanlah tipuan, aku benar-benar harus berhati-hati menghadapinya,' ujar batin Dewa Ndaru.
"Lalu sekarang apa yang kau inginkan anak muda?" lanjut tanya Dewa Ndaru.
"Aku ingin kau dan semua murid-murid yang ada di sini taat dan tunduk kepadaku."
"Tunggu dulu, kenapa bisa begitu? Dan tidak semudah itu anak muda ...!" jawab Dewa Ndaru nampak memprotes.
"Hey Dewa Ndaru ... apakah kau budeg?! Bukankah tadi aku sudah mengatakan .. bagi siapa saja yang berani menentang keinginanku maka aku tidak segan-segan akan meremukkannya, camkan itu!"