"Nggak kok. He he…" cengir Feri. "Daripada itu, kamu lapar nggak?" tanyanya. "Aku iya."
Kana gemas mencubit hidung Feri. "Iya lah. Masak nggak. Kamu pikir tadi kita udah sarapan?"
Mereka pun saling membagi senyuman sebelum bangkit dari sana. Anehnya, Kana dan Feri sama-sama tidak merasa kehilangan apapun sore itu. Semuanya benar-benar baik. Mereka bahkan merasa semakin sempurna ketika menyadari ada satu sama lain. Meskipun senam jantung tetap saja ada waktu Kana ditelfon oleh Papanya.
DEG
"Umn, gimana?" tanya Kana sambil memperlihatkan layar ponselnya. "Udah siap ketemu Papa atau aku matiin aja sampai besok pagi?"
Tak diduga, Feri justru meminta ponsel itu kepadanya. "Boleh aku bicara langsung sama Om?" tanyanya. "Nanti kita pulang abis makan malam."
"Eh?" kaget Kana. "Yakin?"
"Kana, you're not a joke for me, please," kata Feri dengan wajah tak terima diragukan. Melihatnya, Kana pun terkekeh kecil dan memberikan benda itu kepadanya
"Oke, maaf."
