"Kamu oke?" tanya Feri. Begitu dia mengakhiri pijatannya, Kana sudah berkeringat dan terengah-engah waktu itu. Dia mengangguk, pelan. Tatapannya seperti memohon untuk dicumbu lagi, namun Feri justru tidak mengusik lingrie-nya kembali. Semuanya masih menempel di tubuh indahnya. Rapi. Hanya beberapa bagian saja yang basah namun itu tak akan mengubah apapun.
"Of course. Why?"
"Nggak kok," Feri justru melepaskan ikatan Kana dan memeluknya. "Aku takut kehilangan kontrol, tahu. Aku nggak mau nyakitin kamu." Dia mencium pergelangan tangan Kana yang sudah memerah meski baru diikat beberapa menit.
"Apa? Astaga... it's okay. Bukannya ini cuma permainan?"
"Iya sih, tapi... Pernah denger kalo main nggak boleh keterlaluan?" kata Feri. "Nanti nangis, hm?"
"Ahahah... unbelievable!" tawa Kana. "Itu kan kata Mama jaman kanak-kanak. Kamu ini kenapa sih? Ini bukan yang pertama kan?"