"Tapi kamu akhir-akhir ini banyak ngasih hadiah ke aku," bantah Kana. "Boros ih. Yakin enggak nguras dompet kamu?"
Feri kembali tiduran di pangkuan Kana. "Nguras ya nguras. Tapi kan seneng," katanya. "Lagian, aku dapet cewek cantik, pinter, gemesin, pandai dandan, bucin, setia, dan sayangnya enggak nawar-nawar—apa lagi yang kurang? Ini kan Cuma ekspresi syukur."
Feri memejamkan mata, dan Kana pun mengelus-elus bahunya sayang. "Harusnya aku yang bilang gitu."
"Thanks ya udah milih aku jadi cowok kamu," kata Feri. Sang kekasih tampak ingin tidur dengan tenang, dan dia memeluk pinggang Kana perlahan. "Padahal dulu kita enggak ada rasa. Tapi, kalo mikir kamu pernah naksir Arial ... Entah kenapa aku kayak ketiban hoki aja bisa sama kamu."
Seketika ingatan Kana pun melesat saat dia di UKS. Kira-kira apa yang dipikirkan Feri waktu itu? Kana saja merasa bersalah meskipun tidak ada niat berduaan dengan Arial. Karena itulah, dia refleks mengecup bibir Feri dengan raut sok biasa saja.