Kinn dan Porche berpandangan lekat.
"Kau bukan orang lemah yang tidak terlatih," bantah Porche. "Jangan sok minta simpatiku."
"Dan aku sedang berhadapan dengan klasemen Taekwondo nasional pada masanya," kata Kinn. "Si Phoenix. Petarung bawah tanah yang menawan. Kira-kira keberadaanku di sini bisa sepenuhnya aman?"
Porsche tidak tahu kenapa, dia kini tertawa lepas. "Ha ha ha! Gila! Coba cari cara lain untuk memujiku!"
Kinn pun berebah di sebelah sang kekasih baru, memeluknya erat di dada, lalu mengelus punggungnya seperti bayi. "Baik, baik. Aku paham," katanya. "Maaf selalu memaksamu. Seks-nya bisa ditunda sampai besok cincin itu benar-benar kau pakai dariku."
Seketika, bayangan Porche tentang jari mereka yang dihiasi berterbangan di kepala. "ARRRRGHHH! Seriusan?!" tanyanya nyaris tak percaya. Dia bahkan mendorong Kinn hingga pria itu duduk lagi menghadapnya.
Kinn malah tampak kaget. "Apa aku harus memukulmu biar sadar?"