Chapter 21 - Bab 21

"Lalu Refan pun pulang hingga iya lupa membeli obat untuk Ragil, sampai di rumah dia pun langsung bercerita kepada kedua orang tuanya dan Ragil bahwasanya teman kakak nya itu baru saja di pukuli oleh preman.

"Lalu mereka semua pun bertanya kondisi Kevin sekarang seperti apa kondisinya apa baik-baik saja atau tidak

mah pah tadi aku baru aja nolong temannya mas Ragil sih Kevin itu dari palakan preman, "ucap Refan."

ha kok bisa dia di pukuli gitu gimana ceritanya, "jawab kedua orang tua."

dia di mintain duit tapi Kevin gak kasih makanya dia di pukuli sama preman-preman itu, "ucap Refan."

owalah terus gimana kondisi dia sekarang dek, "jawab Ragil."

Alhamdulillah gak apa-apa, cuman luka dikit aja tapi kalau gak ada aku dan warga bisa mati juga dia itu, "ucap Refan."

astaghfirullah yauda kau lain kali pun kalau mau pergi hati-hati ya, "jawab kedua orang tua."

iya mah pah, insyaallah aku akan lebih waspada dengan kejadian ini, "ucap Refan."

jadi mana obat mas mu, adakan obatnya, "jawab papah Ragil."

astaghfirullah lupa aku, yauda ntar aku beli lah obatnya, "ucap Refan."

owalah yauda ntar kamu belinya sama papah aja biar lebih aman, "jawab mamah Ragil."

yauda terserah aja, "ucap Refan."

"Pada sore harinya tanpa di sengaja tanpa mimpi apa secara tiba-tiba dosen Annisa pun datang ke rumah Ragil untuk sekedar melihat kondisi Ragil.

"Dosen Annisa datang bersama keluarga untuk menjenguk Ragil yang baru beberapa Minggu kecelakaan pesawat dan baru 2 Minggu kemudian di menjenguknya.

silahkan masuk pak bu Nisa, "ucap papah Ragil."

"Lalu mamah Ragil pun membuat kan makanan dan minuman untuk keluarga dosen Annisa dan Ragil tampak dari raut wajahnya sangat senang sekali karena dosen Annisa mau melihat dan datang ke rumahnya bersama keluarganya.

"Setelah mereka masuk Ragil mengajak dosen Annisa untuk mengobrol berduaan akan tetapi dosen Annisa menolak itu karena di hatinya iya masih kesal dengan perbuatan Ragil.

"Lalu bapaknya dosen Annisa menasehati anaknya itu pada akhirnya dosen Annisa pun akhirnya mau mengobrol berdua dengan Ragil

Nisa aku mau ngobrol berdua sama kamu yok kita ngobrol di ruang TV aja, "ucap Ragil."

maaf Gil gak bisa aku di sini cuman mau menemani orang tua aku, "jawab dosen Annisa."

sekali ini aja habis itu kalau kamu gak mau ngobrol sama aku lagi gak apa-apa, "ucap Ragil."

sudah lah Nisa kasihan Ragil dia Uda sakit gini kamu masih aja kayak gitu sama dia, ntar kamu nyesel baru tau, "ucap bapak Annisa."

iya ya aku mau, "jawab dosen Annisa."

"Akhirnya mereka ngobrol berduaan di ruang TV mereka ngobrol dengan serius lalu adik Ragil mendengarkan pembicaraan mereka berdua atau nguping.

"Setelah mereka ngobrol selama 30 menit dan membicarakan tentang hubungan mereka berdua Ragil sempat bertanya hal penting kepada dosen Annisa apakah iya masih cinta sama Ragil atau gak dosen Annisa tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ragil itu.

"Ragil pun terus bertanya dan bilang apa bila dosen Annisa tidak mencintai dirinya lagi dan tidak mau tau hubungan ini maka lebih baik putus kata Ragil.

nis aku mau tanya kamu masih cinta apa gak sama ku jawab jujur ya, "ucap Ragil."

maaf ini bukan waktu yang tepat untuk saya jawab, "jawab dosen Annisa."

loh apa susahnya jawab, aku pengen tau aja jawaban dari kamu, karena kamu sudah 1 bulan gak pernah menghubungi saya, membalas SMS saya dan tidak mau melihat saya sakit jadi saya pengen tau jawabannya, "ucap Ragil."

sekali lagi gak bisa ku jawab sekarang, "jawab dosen Annisa."

yauda kalau kamu gak mau jawab, mending kita selesaikan hubungan kita ini kita putus aja , "ucap Ragil."

loh kenapa gitu kan saya belum jawab pertanyaan tadi di tambah aku belum mau putus Kenapa ngambil kesimpulan sendiri, "jawab dosen Annisa."

iya percuma aja kalau kita masih pacaran kalau kekasih kita gak pernah respon kita, untuk apa kita pacaran kalau pacaran buat sakit hati dan tidak saling peecaya lagi, "ucap Ragil."

intinya saya gak mau putus, "jawab Annisa."

terserah kamu yang penting hubungan ini Uda aku akhiri, "ucap Ragil."

"Setelah itu Ragil pun pergi meninggalkan dosen Annisa dan Ragil segera menuju kamar nya lantaran iya sedih dan iya pun menangis di kamarnya karena baru putus dengan dosen Annisa setelah mereka pacaran kurang lebih 1 tahun.

"Dosen Annisa pun hanya bisa terdiam melihat ini semua dan dia masih berada di ruang TV dan sangat terpukul dengan apa yang di bicarakan oleh Ragil dan kecewa dengan keputusan dari Ragil tanpa memikirkan dirinya.

"Lalu ibunya dosen Annisa memanggil dia untuk di ajak pulang karena hari sudah semakin malam

nis mari kita pulang Uda malam ini, "ucap mama Annisa."

iya ma sebentar ni mau ke sana, "jawab dosen Annisa."

"Dosen Annisa beserta keluarganya pun akhirnya pulang dan mereka berpamitan dengan kedua orang tua Ragil saat mereka mau pamit dengan Ragil dosen Annisa pun bilang kepada orang tuanya bahwasanya Ragil sudah beristirahat di kamarnya dan kirim salam sama mereka.

"Mereka pun pergi dan pulang ke rumah setelah keluarga dosen Annisa sudah pulang adiknya Ragil pun bilang kepada kedua orang tua bahwasanya hubungan mas Ragil dengan dosen Annisa sudah berakhir alias putus.

mah pah sini lah aku mau ngomong serius penting nih, "ucap Refan."

mau ngomong apa, "jawab kedua orang tua."

tadi aku sempat mendengar obrolan mas Ragil dan kak Annisa bahwasanya mereka berdua sudah resmi putus, "ucap Refan."

ahh yg bener aja kau ref, "jawab papah Ragil."

iya loh pah mah serius Refan, memang sudah berakhir baru aja mas Ragil yang putusin kak Annisa, "ucap Refan."

Hem yauda lah kalau itu mau Ragil, papah dan mamah gak bisa berbuat banyak, "jawab kedua orang tua Ragil."

sedih aku pah denger mereka putus, "ucap Refan."

ya sama papah juga sedih, tapi ya mau gimana lagi kalau itu keputusan dari ragil kita mau ngomong apa, "jawab papah Ragil."

iya sih bener papah, "ucap Refan."

yauda kamu doakan saja yang terbaik buat mas kamu itu semoga dia mendapatkan jodoh yang baik dan seiman dengan dirinya, "jawab papah Ragil."

Amin aku selalu mendoakan yang terbaik untuk keluarga pah, "ucap Refan."

yauda tidur sudah malam juga, besok aja kita tanya sama mas kamu besok, "jawab mamah."

iya mah pah, "ucap Refan."