Chapter 22 - Bab 22

"Pada pagi harinya dosen Annisa enggan keluar dari kamarnya lantaran iya masih syok dengan kejadian tadi malam yang di mana telah mereka putus hubungan atau sudah resmi putus dari Ragil.

"Lalu dosen Annisa pun di bangunkan oleh mama nya ternyata pintu kamarnya masih terkunci lalu mamah Annisa mengetuk pintu dan di buka lah pintu kamar dosen Annisa

nis kamu gak ngajar apa kok Uda siang gini belum pergi, "ucap mama."

gak ma kepala ku agak pusing, tapi aku sudah kabari pihak kampus kok, "jawab dosen Annisa."

oh ya sudah istirahat lah jangan banyak gerak dulu biar cepat sembuh, "ucap mama Annisa."

iya ma, "jawab dosen Annisa."

"Setelah itu mama Annisa pun mengasih tau ke bapak Annisa bahwasanya iya tidak bisa ngajar pada hari ini lantaran iya sedang sakit.

pak Nisa gak ngajar hari ini lantaran iya tiba tiba sakit, "ucap mama."

oh ya sudah suruh banyak istirahat dia ma, yauda bapak kerja dulu ya assalamualaikum, "jawab bapak Annisa."

iya wa'alaikumsallam, "ucap mama Annisa."

"Lalu mama Annisa pun bingung kenapa anaknya itu tiba-tiba sakit padahal sebelumnya dia dalam kondisi yang baik-baik saja tanpa ada tanda-tanda sakit.

"Lalu mama dosen Annisa pun kepikiran apakah gara-gara Annisa ngobrol berdua dengan Ragil tadi malam makanya dia sakit dan apakah gara-gara Ragil iya sakit ntah lah?

"Pada siang harinya temen kampus Annisa

datang melihat dosen Annisa, mereka mengetahui dosen Annisa dari biro kampus dan dari dosen senior di tempat dosen Annisa mengajar.

assalamualaikum tok tok, "ucap temen kampus Annisa."

wa'alaikumsallam wr, WB silahkan masuk, "jawab mama Annisa."

iya bu terimakasih, "ucap temen kampus."

ini temen-temen ngajar kampus Annisa ya, "jawab mama."

iya bu, Annisa ada di dalam kan bu, "ucap temen kampus Annisa."

ada kok, langsung aja kalian masuk ke kamar itu di sebelah kanan kamarnya, "jawab mama."

iya makasih bu, "ucap temen kampus."

"Mereka pun masuk ke kamarnya dosen Annisa dan bertanya kepada dosen Annisa bagiamana kondisinya sekarang dan dosen Annisa pun menjawab

nis gimana kondisi mu, "ucap temen kampus."

Alhamdulillah sudah agak lumayan, "jawab dosen Annisa."

oh jadi besok sudah bisa ngajar kembali lah ya, "ucap temen kampus Annisa."

insyaallah tergantung kalau sudah fit bisa, "jawab dosen Annisa."

"Secara tiba-tiba salah satu dari temennya itu bertanya tentang hubungan dirinya dengan Ragil apakah masih baik-baik saja atau sudah selesai.

"Dosen Annisa pun tidak bisa menjawab pertanyaan temennya itu dan mengalihkan pembicaraan mereka, lalu temen yang lain pun menasehati rekan nya itu agar tidak ikut campur dalam hubungan percintaan Annisa dengan kekasihnya itu.

"Setelah mereka puas mengobrol kurang lebih selama 1,5 jam akhirnya temen kampus Annisa pun berpamitan pulang kepada dosen Annisa dan mama nya Annisa.

"Sebelum mereka pulang salah satu temen yang datang itu mengasih sesuatu kepada Annisa yaitu sebuah jam dan sebuah tulisan di dalamnya.

Nisa kami pamit pulang dulu ya, semoga kamu lekas sembuh, "ucap temen kampus."

iya makasih sudah mau berkunjung ke sini, "jawab dosen Annisa."

iya sama-sama, Bu kami pulang dulu ya, "ucap temen kampus Annisa."

iya Makasih sudah mau ke sini, "jawab mama Annisa."

iya sama-sama Bu yauda kami pulang assalamualaikum, "ucap temen kampus."

wa'alaikumsallam, wr, WB , jawab mama."

"Pada sore harinya Ragil pun mencoba untuk mengasih surat yang telah iya buat kepada adiknya Refan untuk di kasih kan ke dosen Annisa.

"Akan tetapi Ragil masih bingung apakah surat itu harus di titipkan kepada adiknya atau dia sendiri yang mengantarkan langsung ke rumah dosen Annisa .

"Tidak lama adiknya pun masuk ke kamar Ragil dan bertanya kepada Ragil apakah Ragil dan dosen Annisa hubungannya telah berakhir atau tidak.

mas boleh aku tanya sesuatu, "ucap Refan."

ya silahkan saja, "jawab Ragil."

Hem mas beneran sudah putus ya dengan kak Annisa, "ucap Refan."

kenapa kau tanya itu, "jawab Ragil."

ya aku tadi malam gak sengaja denger obrolan kalian berdua, betulkah?."ucap Refan."

Hem ya gitulah, "jawab Ragil."

ohyaya, mas di panggil mamah itu di ruang tamu, "ucap Refan."

yauda ntar mas ke sana, "jawab Ragil."

"Ragil pun shalat terlebih dahulu sebelum dia bertemu dengan mamah nya, selesai shalat dia langsung ke ruang tamu untuk menjumpai mamah.

ada apa mah tumben manggil gini, "ucap Ragil."

iya ada hal yang serius yang ingin mamah tanya, "jawab mamah."

"Lalu mereka semua pun berkumpul di ruang tamu seperti papah,mamah dan Refan untuk membahas hubungan Ragil dan Annisa.

Gil jawab jujur ya, apa benar kamu sudah resmi putus dengan Annisa, "ucap mamah."

Hem iya mah, "jawab Ragil."

kenapa kalian putus, apa alasannya, "ucap papah."

karena Annisa sudah tidak percaya lagi sama aku sudah sebulan kami gak ada berkabar dan kontekan, "jawab Ragil."

oh memang apa permasalahan awalnya, "ucap orang tua."

panjang ceritanya, intinya dia gak percaya lagi sama ku, dia lebih percaya sama orang lain ketimbang sama ku padahal aku gak pernah pacaran sama cewek lain selain dia, "jawab Ragil."

oh gitu ya sudah mamah dan papah terserah kamu aja mana baiknya menurut kamu kami ikut aja, tapi kami masih berharap kalian bisa balikan lagi, "ucap kedua orang tua."

iya bener tuh, aku mau kok membantu kalian menyelesaikan hubungan kalian dan mempersatukan kalian lagi, "jawab Refan."

ya ya terserah semuanya aja, aku sih sudah pasrah aja, "ucap Ragil."

"Setelah mereka sudah berdiskusi satu keluarga mereka pun sepakat akan ngobrol langsung dengan dosen Annisa dan keluarga dosen Annisa untuk mempersatukan mereka kembali.

"Ragil hanya bisa berdiam sambil kebenaran akan terungkap dan dosen Annisa mau di ajak balikan oleh Ragil dan pada akhirnya mereka pun bisa resmi menikah.

"Namun Ragil belum bisa percaya apakah dosen Annisa mau memaafkan dirinya karena dia sendirilah yang sudah membuat putus kekasihnya itu, dan apakah Annisa masih mau dan menerima dia lagi atau tidak Ragil belum yakin dosen Annisa mau menerimanya lagi.

"Setelah itu keluarga Ragil pun berencana untuk mengunjungi rumah dosen Annisa pada malam hari, tetapi mereka hanya bertiga saja sedangkan Ragil tidak mau ikut lantaran iya masih takut bertemu dengan dosen Annisa dan tidak mau membuat dosen Annisa sedih.

"Mereka pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah dosen Annisa dan mereka pun membawa bingkisan parsel buah-buahan untuk keluarga dosen Annisa.

"Akhirnya mereka pun sampai di rumah dosen Annisa dan mereka pun mengetuk pintu rumah dosen Annisa.