Chereads / Kesempatan kedua / Chapter 7 - PENCARIAN

Chapter 7 - PENCARIAN

Kekesalan Marvel tidak bisa disembunyikan lagi, anak buah yang dia beri tugas untuk mencari Violet sama sekali tidak memberikan hasil. Violet sama sekali tidak diketemukan.

Violet berhasil bersembunyi dari Marvel, kedua orang tuanya juga tidak tahu dimana Violet berada. Marvel langsung terbang ke LA setelah kejadian malam itu, tapi kedua orang tua Violet mengatakan jika putrinya belum kembali setelah pamit pergi ke Seattle.

Marvel tahu dia salah, Violet sudah memberinya kesempatan berkali - kali untuk tidak lagi bermain dengan wanita lain. Tapi hasrat yang dimiliki oleh Marvel lebih besar dibandingkan dengan kesetiannya.

Marvel tidak bisa menahan semua keinginannya untuk bisa menuntaskan nafsu kejantanannya. Marvel masih belum berani menyentuh Violet karena Marvel takut akan menyakiti Violet.

Marvel memilih melakukan dengan para wanita jalang itu daripada dengan Violet, Violet adalah harta yang dimiliki oleh Marvel meski sekarang hilang seperti ditelan bumi.

Usaha Marvel untuk menemukan Violet sudah sepenuhnya, bodyguard yang dia sebar juga tidak sedikit. Marvel sangat yakin jika Violet mempelajari situasi saat dia bersamanya.

"Aku tidak tahu sampai kapan bisa bertahan." kata - kata dari bibir Violet ini selalu terngiang - ngiang di kepalanya.

PRAANNGGG.....

Marvel menyapu semua barang yang ada di atas meja sampai jatuh semuanya dan tidak tersisa.

Penyesalan diri Marvel datang disaat tidak tepat, penyesalan itu datang setelah semuanya hancur berkeping - keping tak tersisa.

Marvel merasa kepalanya pecah memikirkan semua masalah ini, daddy nya sudah menemuinya mengenai masalah Marvel dengan Violet. Semua ancaman susah Marvel dengan dari mulut orang tuanya membuat kepala Marvel semakin meledak.

"BRENGSEK!" maki Marvel dengan penuh emosi dan amarah.

Marvel sudah tidak tahan lagi, dia memutuskan untuk pergi saja ke klub malam. Dentuman musik yang keras membuat perasaannya terwakilkan, Marvel merasa sudah tidak bisa lagi menahan emosinya saat ini karena laporan kegagalan.

Marvel mengambil kunci mobil yang akan dia pakai untuk pergi ke tempat hiburan malam, tempat Marvel menghilangkan kepenatan yang ada di kepala.

Marvel melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata - rata, semua yang sedang berpapasan dengannya banyak yang mengumpat karena Marvel melajukan kendaraannya dengan sembarangan.

Mobil sport warna hitam yang dipakai Marvel memasuki area parkir dari klub yang menjadi tempat Marvel bersenang - senang.

Marvel ingin melepaskan semua emosi kepada para jalang yang sudah membuat hubunganku hancur.

"Kalau aku tidak bisa mendapatkan Violet kembali, maka aku akan membuat siapa saja yang sudah ikut andil di dalamnya menderita!" teriak Marvel di dalam mobil penuh ancaman.

Marvel merasa jika hilangnya Violet ada yang mendalangi, ada orang yang menyembunyikan Violet darinya.

Marvel memasuki pintu masuk klub malam yang selalu menjadi tempatnya saat dia stres dan banyak pikiran.

"Hallo Bos! Ada barang baru disini, mau mencoba?" sapa bartender yang bernama Roy, pria yang selalu melayani semua keinginan Marvel saat pria itu sedang berada di sini.

"Baru? Cantik atau tidak?"

"Disini memangnya ada yang tidak cantik Bos? Barang baru ini aku jamin sangat bagus." jawab Roy dengan jempol yang terangkat.

"Boleh, buatkan aku minuman. Aku mau brandy," perintah Marvel lalu matanya kembali melihat kesekeliling.

Lantai dansa sudah dipenuhi dengan orang - orang yang mencoba melepaskan penat mereka. Marvel menerima uluran gelas dengan cairan berwarna coklat di dalamnya lalu meneguknya.

"Bos pasti akan menyukai barang yang satu ini, body nya mulus dan man-" Marvel menghentikan cerita Roy saat merasakan getaran di saku celananya.

"Aku angkat panggilan ini dulu," ucap Marvel sambil meninggalkan meja bartender, mencari tempat yang tidak terlalu bising.

"Ya. sudah ada kabar?" tanya Marvel tanpa basa - basi. Marvel melakukan banyak cara untuk bisa menemukan dimana keberadaan Violet.

Penyesalannya sangat besar saat dia tidak langsung mengejar Violet saat itu, ini sudah lebih dari satu bulan dan Marvel belum mendapatkan kabar sama sekali tentang keberadaannya.

"Belum Bos, ada kabar kalau nyonya Berlian orang asli Indonesia. Besar kemungkinan nona Violet pergi ke sana, bagaimana menurut anda Bos?" tanya orang yang menelepon Marvel.

"Dengarkan baik - baik ya, Markus yang sangat pintar. Aku tidak mau tahu kamu mau mencari kemana saja, yang aku inginkan hanya kamu yang memberitahuku dimana Violet saat ini berada." geram Marvel penuh tekanan.

Marvel cukup kesal dengan anak buahnya ini, semua harus ditunjukkan baru dia tahu apa yang harus dilakukan.

"Jadi kita ke Indonesia ini Bos?"

"Terserah kamu mau kemana, mau ke Indonesia, Jepang, Singapura atau mau menghilang sekalipun aku tidak akan perduli! Sialan!" teriak Marvel merasa kesal.

Markus selalu membuat Marvel kesal, keluguannya kadang membuat kepala Marvel terasa ingin pecah saat mendengar pertanyaan - pertanyaan yang dilontarkan dan tidak berbobot.

"Ingat, jangan menghubungi aku sebelum kamu menemukan dimana keberadaan Violet. Paham?!"

"Paham Bos!" Marvel langsung memutuskan sambungan telepon dengan Markus tanpa menunggu Markus mengatakan hal tidak penting lainnya.

Seandainya tidak mengingat kebaikan apa yang pernah dilakukan oleh pria itu, mungkin Marvel sudah menenggelamkan Markus di lautan.

Marvel berhutang nyawa kepada pria itu, saat Marvel mendapat serangan dari orang tidak dikenal dan menyebabkan dia tersungkur dan bersimbah darah, Markuslah yang sudah bersusah payah membawanya mencari pertolongan. Andai saat itu Markus tidak melewati daerah itu mungkin Marvel kini hanya tinggal nama saja.

"Awas kalau sampai menelepon dan mengatakan hal tidak penting lainnya!" ancam Marvel sambil melihat pada ponselnya sebelum dia memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku celananya.

Marvel kembali masuk ke dalam klub, bunyi musik yang keras menyambut langkah kakinya yang kembali duduk di depan meja bar.

Mata Marvel memicing saat melihat ada seorang wanita yang duduk di tempat yang dia tinggalkan tadi.

"Hai tampan! Perlu teman?" sapa wanita dengan pakaian khas wanita malam dengan menggoda.

"Kamu siapa?"

"Dia yang aku katakan tadi Bos!" jawab Roy sambil kembali mengulurkan gelas berisi brandy, sama dengan apa yang diminta Marvel di awal.

"Ini yang kamu katakan baru? Tampilannya saja sudah terlihat sangat mahir, kamu yakin kalau dia benar - benar baru?" tanya Marvel sambil menilai wanita di depannya ini dari atas sampai bawah.

"Baru disini maksudku Bos," jawab Roy meringis, dia tahu kalau Marvel tidak bisa di bohongi. Matanya sangat jeli jika berhubungan dengan wanita malam.

"Sialan kamu!" umpat Marvel membuat Roy merasa takut.

"Jangan marah kepada dia tampan, dia hanya menjalankan perintahku saja," ucap wanita yang berada di depannya dengan manja, tangan wanita itu mulai merambat menyentuh dada bidangnya.

"Kamu yakin akan melakukan semua ini denganku? Yakin tidak akan menyesal?"