Violet dan Marvel sudah berada di mobil sekarang menuju butik Violet, kejutan sudah menunggu mereka berdua karena sesampainya mereka di butik dia sudah disambut seseorang dengan tatapan marah.
Violet yang keluar dari mobil Marvel semakin membakar emosi wanita itu dan dengan langkah kaki panjang dia berjalan menuju Violet.
"Dasar bitch!! Jalang seperti kamu yang merebut calon tunangan ku? Aku akan membuat wajahmu menjadi sangat buruk!" Teriak wanita itu mendekati Violet dan dengan cepat menampar pipi putih Violet.
PLAK!!!
PLAK!!!
Violet yang mendapat serangan tiba - tiba tidak bisa mengelak. Tamparan wanita yang sebentar lagi menyandang status sebagai tunangan mantan kekasihnya itu berhasil membuat kedua sisi pipinya memerah.
"Apa tidak ada pria lain sehingga kamu mencuri pasanganku?" Teriak wanita itu sekali lagi.
Violet meneteskan air matanya. Dia merasa seperti jalang saat ini. Dipermalukan di tempatnya sendiri dan juga di depan para pelanggannya yang dengan terpaksa melihat pemandangan itu.
Violet tidak bisa melakukan apa - apa sebagai pembelaan, dia mengaku bersalah. Sangat bersalah kepada wanita tadi. Wanita yang juga pelanggan di butiknya.
"Ada apa ini Vio? Kenapa wanita itu meneriaki kamu seperti itu?" Tanya Laura yang baru saja tiba.
"Ceritanya sangat panjang, nanti aku ceritakan kepada kamu."
"Bawa dia keluar dari sini dan jangan biarkan dia kembali kesini lagi!" Perintah Marvel sambil menunjuk ke arah Rosi yang masih tidak terima dengan kenyataan yang dia terima.
"Kamu tega sekali kepadaku Sayang? Sebentar lagi kita akan bertunangan dan kamu lebih memilih wanita jalang yang baru kenal beberapa dua hari ini?" Tanya Rosi tidak percaya.
"Satu hal yang harus kamu tahu, dia adalah tunangan ku jauh sebelum aku mengenal kamu dan mamaku yang buta dengan semua keburukan mu memaksakan kehendaknya karena frustasi kehilangan calon menantunya. Bukankah kedua orang tuaku sudah membatalkan rencana pertunangan ini?" Tanya Marvel dingin.
"Tapi kamu tidak bisa melakukan pembatalan ini seenak kamu. Aku tetap tidak terima!"
"Tidak terima tapi kamu menerima semua kompensasi dari keluargaku, lucu sekali kamu?"
"Bukannya memang semua itu sudah menjadi hak ku? Kamu tidka mungkin mengambilnya kembali bukan?" Tanya Rosi ketakutan.
Marvel berdecih, inilah yang paling tidak dia sukai dari seorang wanita seperti Rosi ini.
"Kamu mau tahu bedanya kamu dengan dia? Dia wanita terhormat yang tidak pernah mengemis harta dari laki - laki. Kamu dan keluargamu bisa dikatakan sebagai pencari harta tapi bukan dengan keringat sendiri melainkan keringat orang lain."
"Maksud kamu apa? Aku tidak tahu arah pembicaraan kamu Sayang."
"Mulai detik ini jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu lagi. Aku mual mendengar sebutan itu dari bibirmu yang busuk itu. Bawa dia keluar dari sini dan jangan sampai dia kembali terlihat di sini!" Teriak Marvel memerintahkan dua satpam yang tadi sempat dia panggil
"Kalian mau apa? Jangan pernah menyentuh tubuhku dengan tangan busuk kalian itu! Jangan!"
Rosi terus berteriak saat security menyeretnya keluar.
Rosi berteriak tidak terima dan dia juga mengancam akan membunuh Violet. Violet yang mendengar semua itu merasa semakin bersalah. Semua terjadi karena dirinya.
Violet masuk ke dalam kantornya dan mengunci dirinya di ruangannya. Dia sama sekali tidak ingin diganggu siapapun.
Pipinya masih terasa panas sisa dari tamparan yang dilakukan oleh pelanggannya dan juga sebagai calon tunangan dari Marvel.
Rasa malu yang dia rasakan benar - benar membuat dia tidak berani menampakkan wajahnya di depan karyawannya sekalipun.
Tok... Tok... Tok...
"Vio... buka pintunya! Ini aku, Laura." Panggil Laura dari balik pintu ruangan Violet.
Violet kembali menangis, dia meninggalkan semuanya setelah Rosi pergi. Violet tidak mau bertemu dengan siapa - siapa dulu sebelum hatinya kembali tenang.
"Queen... buka pintunya! Jangan seperti ini, atau aku dobrak pintunya kalau kamu tidak mau keluar." Panggil Marvel bergantian dengan Laura.
Violet semakin menenggelamkan kepalanya, dia tidak mau bertemu dengan siapapun terlebih dulu.
"Kalian keluar saja! Aku tidka mau bertemu siapapun dan juga kamu Marvel, selesaikan urusanmu dengan wanita mu. Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi kepadaku!" Teriak Violet dari dalam ruangannya.
"Queen! Kita bicarakan baik - baik. Jangan seperti ini, kamu membuatku takut untuk kedua kalinya."
"Takut apa kamu? Seharusnya yang takut itu aku, bukan kamu!"
Violet tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Marvel. Hatinya sudah terlalu sakit karena kejadian hari ini. Apa yang terjadi dalam hidupnya bagaikan rollercoaster yang naik dan turun secara tiba - tiba.
"Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Aku merebut milik orang lain." Tanya Violet pada dirinya sendiri lirih.
Hatinya kembali terluka karena masalah ini. Dia pikir dia sudah bahagia tapi kedatangan Marvel kembali di hidupnya kembali membuat harinya memburuk.
"Tidak salah kalau aku dikatakan oleh wanita itu. Aku jalang yang sudah merebut calon tunangannya meskipun aku belum benar - benar melakukan hal itu. Mommy... kenapa hidupku kembali merasakan sakit ini? Aku sudah pergi jauh agar luka ini terobati dan sekarang luka ini kembali terbuka dan dalam."
Air mata Violet terus mengalir. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Marvel sudah membuat hidupnya berantakan tidak terbentuk.
Violet bimbang dengan keputusan yang akan dia ambil. Haruskah dia melepaskan Marvel atau dia kembali menerima pria yang sudah membuat hatinya terluka berkali-kali dengan kesalahan yang sama?
Semua pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang akan dia lakukan berkumpul jadi satu di kepala cantiknya.
"Queen, please... buka pintunya dan kita bicara berdua. Semua ini harus segera kita selesaikan dan mommy dan juga daddy sudah dalam perjalanan kemari. Mereka sudah tidak sabar bertemu dengan kamu."
Jantung Violet seakan - akan berhenti berdetak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Marvel dari balik pintu.
Cobaan apalagi yang harus dia terima hari ini? Setelah tamparan maut itu dia terima kini orang yang paling tidak bisa dia temui datang kemari? Apa yang mau dia katakan nanti setelah mereka bertemu?
"Kalau kamu tidak mau membuka pintu ruangan kamu ini, aku akan terus menunggu kamu di sini. Aku tidak peduli menjadi tontonan karyawan dan pelanggan kamu. Aku akan menunggu sampai kamu keluar."
Violet memejamkan matanya, dia sudah tidak tahu lagi bagaimana menghadapi pria keras kepala ini. Marvel yang selalu mendapatkan semua yang dia inginkan semakin membuat Violet kesal.
Violet mengenal Marvel luar dan dalam sehingga dia hafal dengan kekeraskepalaan pria itu. Dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan dengan keras Violet bejalan menuju pintu.
Dengan kasar dan kesal dia membuka pintu sehingga orang - orang yang berada di sana melihat kearahnya penasaran.
"Kamu maunya apa? Urus dulu urusan kamu setelah itu kamu bisa menemui aku!"
BLAAAMMM!!!!