setiap orang yang mengenal Rei tahu tampilan dari raja iblis sesungguhnya. seorang raja iblis yang menggunakan wajah malaikat. semua orang akan merasa tergoda dengan dirinya, dan juga takut akan kemarahan nya.
Rei bukan lah orang yang sering marah, tapi disaat dia marah tidak akan ada orang yang bisa menghentikan nya. dia kecil? tak berotot? hanya punya otak yang bagus?.
semua itu anggapan yang salah. orang hanya harus ingat dia itu kembaran Reo, pria yang memiliki stamina dan tubuh yang kuat. walau tubuhnya lebih kecil, kekuatan nya jauh lebih besar dari Reo, hanya saja dia tidak suka dengan hal-hal yang berbau fisik.
Rei sangat benci berkeringat, itu lengket dan menyebalkan. Rei juga benci kelelahan karena waktu membaca nya bisa berkurang. tapi ada kalanya Rei sangat suka hal fisik, itu saat dia kesal. cukup dia kesal, jangan sampai dia marah jika tidak ingin melihat raja iblis sesungguhnya.
tapi kali ini sepanjang perjalanan Rei menuju bar, kekesalannya makin menumpuk satu persatu. selangkah demi selangkah dia merasa sesuatu berkumpul dikepalanya.
"ah.. melelahkan"
"ah.. kenapa rumah kami harus terpencil"
"ah.. seberapa jauh aku harus berjalan untuk menemukan jalan raya"
"ah.. mungkin kedua bajingan itu bagusnya di ikat dan di seret saja"
"ah.. mungkin aku harus memotong mereka perlahan lahan agar mereka sadar"
awal desahannya hanya tentang betapa lelahnya dia, kesalnya dia, betapa waktu membacanya mulai berkurang karena masalah ini.
lama kelamaan otaknya mulai memutar nada yang indah. seperti menyeret mereka, memotong mereka, mempertontonkan mereka, mengurung mereka dan semua hal yang tak bisa dibayangkan lagi oleh manusia. dan semua hal itu membuat senyumnya sangat indah bagaikan malaikat yang datang ke dunia.
setelah menempuh perjalanan, Rei akhirnya sampai ke bar terbuka. senyum di wajah Rei sangat menggoda, sehingga semua orang yang berada di bar, ingin mendekati nya.
disaat Rei duduk di depan bartender, semua orang mulai berjalan kearah nya.
"halo" Rion yang melihat nya duduk menyapa Rei yang penuh dengan senyum.
Rion agak terkejut dengan orang yang terlihat seperti Reo tapi memiliki aura yang berbeda. disaat dia ingin bertanya apakah ini pertama kalinya Rei ke sini tapi hal itu di dahului dengan balasan Rei yang membuat semua orang terkejut dan duduk kembali tempat mereka semula.
"halo juga half-beast yang lucu. aku butuh bantuanmu, untuk memanggil dua bajingan kecil yang perlu di beri sedikit pelajaran. Orang itu Micel Azelta dan Reoji Albert"
ucapan Rei yang masih dengan senyuman tetapi mengandung kekejaman yang bahkan sekarang terlihat diwajahnya membuat Rion merinding.
'kenapa Fiki harus ganti jadwal paginya dengan ku, aku sudah bekerja dari malam dan mendapatkan musibah selama 24 jam'
rion hanya bisa memikirkan hal itu di dalam hatinya dan berpikir tidak akan pernah mau membantu Fiki dengan shift paginya lagi.
"baiklah, tolong tunggu sebentar. hmm.. dengan tuan?"
"Reiki Albert" balas Rei dengan senyum manis nya semula.
"baiklah tuan Rei, harap tunggu sebentar"
Rion dengan pasti mulai mencoba pergi ke lantai atas
"Ah.. tuan half-beast katakan kepada mereka kalau dalam waktu 3 menit mereka tidak sampai, ucapkan selamat tinggal pada hidup mereka"
Rion yang sedang menaiki tangga, mulai berlari karena dia pikir Rei tidak bermain-main dengan ucapannya.