~ satu hari kemudian ~
~Nordia~
"Trpak...Trpak....trpak!!", suara larian kuda.
"sedikit lagi sampai", kata Lardan saat melihat pintu gerbang masuk kerajaan Nordia.
"lihat itu Lardan!", ujar sang penjaga memberitahu penjaga yang lain.
para penjaga segera menghadang pintu gerbang dengan membawa persenjataan, siap untuk menangkap Lardan. para penjaga menunggu Lardan mendekat ke arah mereka. pada saat Lardan sudah sangat dekat dengan mereka.
"CRRAT!", kuda Lardan di tombak oleh satu penjaga.
"Brukk!", terjatuhlah Lardan dan kudanya.
di saat ia kembali berdiri, para penjaga sudah menyodorkan senjata mereka ke arah Lardan.
Lardan menghunuskan pedangnya dan mulai bertarung melawan penjaga. Lardan menyerang penjaga yang bersenjata tombak lebih dahulu dan berhasil memotong pergelangan tangannya. lalu ia di serang oleh satu penjaga di sampingnya. ia menangkis serangan itu dengan pedangnya, lalu Lardan dengan tepat dan cepat menyayat perut penjaga itu. secara beruntun penjaga yang lainnya menyerang Lardan. namun dengan lihainya, Lardan mampu mengalahkan semua penjaga. setelah dia berhasil membunuh semua penjaga di situ, ia pun berlari menuju istana. ia tidak bisa menggunakan kudanya lagi, karena kudanya sedang sekarat.
orang-orang di kota melihat Lardan berlari, dan segera melaporkannya kepada penjaga kota dengan tujuan agar Lardan di tangkap. semua penjaga kota pun segera berlari mencari Lardan di mana-mana bagaikan sekelompok singa memburu mangsanya.
"itu dia!", ujar salah satu penjaga menunjuk ke arah Lardan yang sedang berlari.
Serentak semua penjaga pun segera mengepung Lardan.
"menyerahlah kau dasar pengkhianat!", ujar satu penjaga ke arah Lardan.
"aku bukan pengkhianat. aku datang ke sini untuk memberi kabar penting!", bantah Lardan.
"kami tidak akan percaya kepada seorang pengkhianat sepertimu!", balas penjaga itu.
"aku tidak bohong. kerajaan ini akan di serang oleh kerajaan Kwurse. kalian semua akan dibantai!", ujar Lardan.
"kami tidak akan percaya dengan ocehanmu itu!", balas si penjaga.
"aku harus buat apa agar kalian bisa percaya kepaku?!", kata Lardan.
"kau tidak perlu berbuat apa-apa", balas si penjaga.
"seraaang!", semua penjaga pun menyerang Lardan.
"DASAR PERSETAAAAN!!!", teriak Lardan sembari menghunuskan pedangnya.
"CRAT... CRAT....TANG....TING", suara benturan pedang dan suara sayatan tubuh, satu demi satu Lardan berhasil membunuh para penjaga, Hingga pedangnya di lumuri darah.
Tiba-tiba Albanos datang berlari ke arah Lardan. Lardan pun menjadi bingung, ingin membunuhnya atau tidak. dan di saat Lardan didalam kebingungannya, Albanos menjatuhkan tubuh Lardan ke tanah. Lardan memberontak, dan berhasil kembali berdiri.
"aku tidak ingin melawanmu kawan", ucap Lardan kepada Albanos.
"aku juga tidak ingin menyakitimu. tapi kau harus menyerah, dan berserah diri", balas Albanos
"tapi aku tidak akan berserah diri karena aku tidak bersalah", kata Lardan.
"kalau begitu kita duel tanpa senjata. jika kau menang kau bebas, tapi jika aku menang kau ditangkap dan di eksekusi", kata Albanos
"tapi kau hanya memiliki satu tangan, bagaimana kau bisa bertarung dengan lihai?", kata Lardan.
Albanos sangat tersinggung mendengar perkataan Lardan tadi. tapi sebenarnya Lardan tidak bermaksud meremehkannya, hanya saja dia khawatir kepada Albanos yang akan kesulitan berduel dengannya. Lardan pikir itu sesuatu yang tidak adil atau tidak seimbang.
"aku berubah pikiran. aku akan memotong lehermu, akan ku cincang tubuhmu, dan akan ku pajang kepalamu sebagai hiasan dikamarku. dan setiap aku melihat wajahmu yang terpangpang di dinding kamarku, aku senantiasa akan meludahi dan menertawakan wajahmu itu. hingga kulit diwajahmu membusuk dan hanya menyisakan tulang tengkorakmu!", kata Albanos dengan serius
"apa maksudmu?", kata Lardan dengan ekspresi wajah yang kebingungan.
Namun Albanos tidak memperdulikan Lardan, lantas ia pun mencabut pedangnya dari sarung pinggangnya. Dengan amarah Albanos menyerang Lardan. Lardan tahu betul bahwa dia lebih unggul dan hebat soal bertarung dibandingkan Albanos, apalagi Albanos sekarang hanya memiliki satu tangan saja. tentu saja ia bisa mengalahkan Albanos dengan sangat-sangat mudah. namun Lardan tidak ingin menyakiti Albanos sedikit pun dan dia hanya menangkis setiap serangan yang diberikan Albanos kepadanya. pada akhirnya Albanos kelelahan, ia menyuruh para penjaga mengantikannya melawan Lardan. Tapi lagi-lagi Lardan sanggup menghadapi semua serangan penjaga. di saat Lardan sedang sibuk melawan para penjaga, Albanos mengambil kesempatannya untuk menyerangnya dari belakang.
"CRAAAT!!", Albanos berhasil menusuknya dari belakang menggunakan pedangnya, hingga mata pedangnya menembus ke perut Lardan.
Lardan pun tewas di bunuh Albanos. Lalu jasad tubuh Lardan dibawa ke pemakaman khusus para penjahat oleh para penjaga. Dan sebelum ia di kebumikan, tubuhnya dibakar terlebih dahulu sebagai tanda penghinaan terhadapnya. sementara kepalanya diambil oleh Albanos untuk di jadikan hiasan kamar dirumahnya.
***
~Tamsk vs Silagord~
Siang hari yang begitu cerah dan berangin. pasukan Tamsk sudah siap berbaris membentuk formasi menyerang, yang sudah mereka latih sebelumnya.
Daniel melihat ke sekeliling dengan teropongnya, agar tahu di mana letak pasukan Silagord berada. sementara Barco sudah bersiap kabur dari medan perang.
"itu dia panglima perang Silagord, Emily Novley!", ujar Daniel sembari menunjuk ke arah seorang perempuan di atas bukit. perempuan itu mengenakan baju zirah yang sedang menunggangi se-ekor kuda berwarna putih yang dilapisi baja.
"panglimanya seorang perempuan?", Barco terkejut melihat perempuan itu.
Lalu Barco melihat prajurit yang muncul berbondong-bondong di belakang Emily.
"seraaaaang!!!", teriak Daniel
semua prajurit Tamsk segera berlarian ke arah pasukan lawan sembari mengangkat senjata mereka. Dari atas bukit, Emily memerintahkan pasukannya menyerang. Prajurit Silagord segera berlarian turun dari bukit menyerang pasukan Tamsk.
"saatnya aku kabur dari sini", ucap Barco dalam hati.
Barco pun berlari ke arah timur berharap bisa kabur dari peperangan.
"akhirnya aku bebaaasss!!", teriak Barco yang sudah menjauh dari medan perang.
Tapi tanpa Barco ketahui bahwa ia sedang di bidik oleh seorang pemanah dari kejauhan.
"Cap!!", anak panah tertancap di tanah yang jaraknya dekat dengan kaki Barco.
Barco langsung menyadari bahwa ia sedang di incar. Barco terus berlari ke arah timur.
"apa sudah aman?", tanya Barco dalam hati sambil berlari.
Secara mendadak ia melihat pasukan pemanah berada didepannya.
"eh, salah jalan", kata Barco dalam hati.
"CAP..CAP..CAP!!", pasukan pemanah itu menembaki anak panah mereka ke arah Barco. Namun dengan sigap, Barco langsung berlari menjauh dari mereka dan kembali ke medan perang.
"kenapa aku kesini?!", kata Barco kesal.
Barco terpaksa ikut dalam peperangan. Di tengah-tengah Barco sedang berperang, ia melihat Daniel yang maju sendirian ke garis depan yang dimana di sana terdapat banyak sekali musuh berada. Barco juga melihat Emily yang masih diam di atas bukit dan masih menunggangi kudanya.
"apa dia takut. dia kan perempuan", kata Barco dalam hati.
Lalu ia mengembalikan pandangannya lagi ke arah Daniel. sekarang ia melihat dia di serbu oleh pasukan lawan.
"apa dia kuat. dia kan hanya sendirian. nanti juga dia akan tewas", kata Barco.
Lalu Barco melihat ke arah Emily sekali lagi. sekarang dia sudah menuruni bukit dengan kudanya.
"berani juga dia", kata Barco dalam hati.
karena Barco masih penasaran dengan keadaan Daniel, ia pun melihat ke arahnya sekian kalinya. sekarang semakin banyak prajurit yang menyerang Daniel. Hingga sosok Daniel terhalang oleh prajurit yang menyerbunya.
"pasti mati tuh orang. di serbu sebanyak itu gak mungkin gak mati", kata Barco dalam hati.
"Srreet", Barco di serang oleh musuh dan mengenai bahunya.
"Aaaa!!!", teriak Barco.
"Bajingaaaan!!", ujar Barco sambil mengayunkan pedangnya ke arah musuh yang menyerangnya tadi.