~klan Aldova~
"Sepertinya sudah banyak rumah-rumah yang telah di bangun", ucap Dyrold kepada Rohan yang sedang duduk di atas rerumputan.
"Paman benar, tempat ini bisa dibilang pemukiman sekarang", balas Rohan.
"Tempat ini harus kita berikan nama, sebagai tanda bahwa kita tinggal di sini", ujar Dyrold.
"Bagaimana kita berdiskusi dengan raja?", ujar Rohan.
Mereka berdua berjalan bersama mencari sang raja berada.
Tidak memakan waktu yang lama, Rohan dan Dyrold mendapati sang raja memakai baju seperti warga sipil sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang.
Rohan dan Dyrold pun segara menghampiri si raja.
"Permisi tuan", ucap Dyrold sopan kepada si raja.
"Ada yang bisa saya bantu", si raja berkata ke arah Dyrold.
"Aku berpikir tempat ini harus kita beri nama, agar sebagai tanda kita menempati tempat ini", jawab Dyrold.
"Benar juga, bagaimana kita namai tempat ini dengan sebutan "klan Aldova", ujar si raja.
"Berarti tempat ini sekarang sebagai klan?", tanya Dyrold memastikan.
"Ya benar, dan kita butuh seorang pemimpin di klan ini", tutur sang raja.
"Tapi bukannya kau rajanya?", cakap seseorang seseorang di samping raja.
"Aku adalah raja kerajaan Habard, hanya Habard", balas raja kepada orang itu.
"Kita butuh pemimpin baru yang bisa diandalkan dan terpercaya", lanjut Sang raja berucap.
"Tidak ada lagi pemimpin yang bisa diandalkan dan terpercaya selain anda", Dyrold berkata kepada sang raja.
"Yasudah, apa boleh buat", ujar sang raja.
Pada akhirnya sang raja mengumumkan kepada seluruh warga bahwa tempat yang mereka tempati di beri nama "klan Aldova".
***
Siang pun telah tiba. Dyrold,Cali,Vircan,dan Rohan pergi menangkap ikan di sungai. Dyrold dan kedua temannya menangkap ikan dengan pancingan terbuat dari ranting kayu yang ujungnya di ikat benang dan diujung benangnya terikat se-ekor cacing yang menjadi umpannya. Sementara Rohan mencoba menangkap dengan panah yang sebelumnya ia buat.
Alhasil, Rohan mendapatkan ikan yang lebih banyak dari yang lain karena tidak mengikuti cara yang Dyrold dan teman-temannya, memakai alat pancingan.
"Seharusnya aku panah saja", kata Cali.
"Apa kalian dengar?", tanya Rohan.
"Dengar apa?", balas Dyrold.
Secara mendadak terdengar suara langkah telapak kuda dengan jumlah yang banyak. Rohan segera berlari ke arah sumber suara itu. Ia pun melihat sekelompok orang menunggangi kuda. Setelah memenuhi rasa penasarannya, Rohan kembali ke sungai.
"Sepertinya tangkapan kita sudah cukup", kata Cali kepada Dyrold.
"Yasudah, ayo kita pulang", balas Dyrold.
Mereka semua kembali pulang dengan membawa tangkapan ikan yang lumayan banyak.
***
Raja dan para pengawalnya tengah menggali tanah untuk dijadikan sumur.
Namun datang seorang wanita menghampiri sang raja.
"Tuan, ada sekelompok orang datang", kata si wanita itu.
"Aku akan kesana", ucap raja.
Sang raja dituntun jalan oleh wanita itu kepada sekelompok orang tadi.
"Ada yang bisa kami bantu?", tanya sang raja kepada mereka.
"Kami dari klan Ghavar. Kami baru mengatahui bahwa ada pemukiman di sini", ujar seseorang yang tubuhnya lebih besar dari yang lain.
Sang raja melemparkan pertanyaan lagi kepada mereka. "Jadi... apa yang kalian mau?"
Orang besar tadi pun menjawab. "Bagaimana kita berteman saja, klanku dengan orang-orangmu".
"Apa pemukiman ini mempunyai nama?", tanya orang itu kepada raja.
"Klan Aldova", jawab raja singkat
"Wow, ini klan juga. Baguslah kalau begitu"
"Perkenalkan namaku S mir"
"Aku adalah seorang ketua dari klanku, dan mereka di sampingku adalah pengawalku", tutur S mir.
S mir turun dari kudanya, dan menghampiri raja. Lalu ia berkata sembari menjulurkan tangannya. "Kita sepakat untuk beraliansi?"
"Sepakat", jawab raja sembari menjabat tangan S mir.
Pada waktu siang hari itu pula,
S mir mengirim bantuan berupa peralatan dan beberapa orang untuk membangun fasilitas-fasilitas di klan Aldova. bukan hanya S mir saja yang mengirim bantuan kepada sang raja, tapi sang raja memberikan beberapa makanan berupa buah-buahan dan kulit-kulit hewan kepada Klan Ghavar. Dari sinilah terjalin suatu ikatan hangat antara klan Aldova dan Klan Ghavar.
***
"aku bosaaaan", ujar Nora memecah keheningan.
"Bagaimana kita bertukar cerita", sang raja menuturkan usulannya.
"Boleh juga", balas Hendric
"Siapa yang ingin bercerita lebih dulu?", tanya raja kepada Hendric dan Nora.
"Saya!", seru Hendric.
"Silahkan bercerita", balas si raja.
Hendric pun memulai ceritanya.
"Pada suatu ketika aku berjalan di kota untuk menghilangkan rasa jenuh. Di tengah aku berkeliling, aku melihat se-ekor anjing yang sedang berjalan. Tubuhnya dekil dan di kerumuni lalat. Aku pun mengikuti anjing itu berjalan kemana saja ia pergi. Hingga berhenti anjing itu di depan rumah seseorang. Terdengar suara pertengkaran dua orang dari dalam rumah itu".
"Lalu apa yang terjadi?", tanya raja memotong cerita Hendric.
"Lalu aku mengintip dari jendela rumah itu. Aku melihat dua orang pria bertengkar membahas se-ekor kuda. Si pria berjenggot ingin membeli kuda berwarna coklat, namun si pria botak ingin membeli kuda berwarna putih. Pada akhirnya mereka berdua beranjak keluar rumah. Aku pun segera bersembunyi. Di samping rumah. Aku mendengar pembicaraan mereka berdua seperti ingin pergi ke penjual kuda. Aku pun diam-diam mengikuti mereka. Hingga sampailah mereka di tempat penjual kuda. Mereka berdua mulai bertengkar lagi. Masing-masing dari mereka ingin membeli kuda dengan warna yang berbeda. Tak lama kemudian datang si penjual kuda meleraikan mereka berdua. Lalu si penjual memperbolehkan mereka berdua untuk mencoba menunggangi kuda yang sekiranya ingin mereka beli. Dua pria itu pun mencoba semua kuda yang ada di situ, dan setelah mereka mencoba semuanya mereka mulai berdiskusi"
"Jadi kuda mana yang akan kalian beli?", tanya si penjual kuda.
"Kami telah berpikir dan berdiskusi. Kami putuskan ingin membeli kerbau saja", jawab pria berjenggot.
"Aku dan penjual itu pun terkejut mendengar perkataan si pria berjenggot. Buat apa kalian berdua bertengkar menentukan kuda mana yang ingin kalian beli jika pada akhirnya ingin membeli se-ekor kerbau".
"Kami pikir membeli kerbau lebih di utamakan karena akan kami jadikan dia sebagai alat membajak sawah yang akan kami buat nanti", ucap si pria botak.
"Mereka berdua pun pergi dari tempat penjual kuda, dan mendatangi sebuah perternakan terdekat", Hendric pun selesai bercerita.
"Dua orang itu bodoh", kata raja.
"Apa kau ingin bercerita Nora?", tanya raja kepada Nora.
"Baiklah", jawab Nora.
"Pada suatu di siang hari aku menunggangi kudaku pergi keluar kerajaan. Di padang rumput yang hijau aku melihat seorang pedagang keliling yang sudah tua dari kejauhan. Aku pun mendekatinya, terlihat dia tampak sedang murung. Aku pun bertanya kepadanya apa yang membuat dia murung seperti itu. Ia pun menjawab bahwa satu barang dagangan yang berharganya telah dirampas perampok. Ia pun memintaku menolong dia mengambil kembali barang itu dari perampok itu. Aku sempat menolak permintaannya mentah-mentah, namun karena aku merasa jijik melihat muka si pak tua itu merengek dengan raut muka yang ingin sekali ku pukul dengan keras. Aku pun menuruti permintaan si kakek. Aku pun bertanya kepadanya barang apa yang perampok itu ambil dan kemana ia pergi. Si pak tua itu menjawab bahwa barang yang dirampas merupakan permata zircon dan perampok itu pergi ke arah utara. Aku pun segera memacu kudaku kearah utara secepat mungkin. Dan aku pun mendapati dua orang perampok yang sedang beristirahat di sebuah kemah. Aku melihat salah satu dari mereka memegang permata berwarna biru yang dimana warna itu dimiliki permata zircon. Aku pun menabrak mereka berdua dengan kudaku dan aku ambil permata zircon itu. Aku segera mengembalikan permata zircon itu kepada si pedagang tua tadi. Namun kata si pak tua, permata yang aku ambil itu bukan permata zircon melainkan permata Aquamarine. Dan dia juga bilang bahwa sebenarnya perampok yang ia maksud itu pergi ke arah barat. Lalu ia memintaku untuk mengambil permata zircon sekali lagi. Aku pun memukul hidungnya dengan keras hingga dia terjatuh dengan hidungnya yang mengeluarkan darah. Aku pun pergi meninggalkannya dengan membawa permata Aquamarine yang tadi aku ambil dari perampok".
"Lalu bagaimana dengan si pedagang tua tadi?", tanya hendric kepada Nora.
"Aku tak peduli", jawab Nora.
Dan seketika suasana mendadak hening.