~Nordia~
"Ayo pergi!", ujar Dorgan sembari memegang pundak Lardan.
"Hei, kalian siapa", tanya Albanos ke arah Dorgan.
"Bukan urusanmu!", jawab Dorgan kepada Albanos.
"Ayo ikut", ucap Dorgan sembari menepuk pundak Lardan.
Lardan pun berdiri, namun dengan cepat Albanos menarik tangannya sehingga Lardan terduduk kembali di kursinya.
"Tunggu, orang ini kurang ajar!", ujar Albanos kepada Lardan sembari tangannya menunjuk ke arah tepat wajah Dorgan.
Dorgan menarik tangan Albanos, dan di pukul wajahnya. Para pengunjung serentak menyorot pandangan mereka ke arah Dorgan. Sementara Albanos tak sadarkan diri di lantai.
"Ayo kita cari Claris", ujar Dorgan kepada Lardan.
Lardan hanya menuruti ajakan Dorgan. Ia tak menyangka Albanos seorang panglima perang bisa di kalahkan dengan mudahnya.
Dorgan,Aska,dan Lardan mulai mencari Claris di luar.
"Bagaimana kita bisa mencarinya di kota yang luas ini?", tanya Aska kepada Dorgan.
"Tadi aku lihat dia bertarung di Gakhgar", ujar Lardan.
"Yasudah ayo kita ke sana", ujar Dorgan.
Mereka pun berlari menuju Gakhgar. Lardan terlihat sangat lelah, namun tetap ia paksakan dirinya berlari.
"Kenapa hari ini sangat sial", ucap Lardan dalam hati.
Pada akhirnya mereka sampai di Gakhgar, dan melihat Claris sedang mengemas beberapa barang ke dalam tasnya.
"Mungkin dia ingin segera pulang", ucap Aska kepada Dorgan.
"Ayo kita ikuti dia!", seru Dorgan.
Mereka bertiga mengikuti kemanapun Claris pergi. Hingga hari sudah sangat malam, tidak ada lagi orang di luar rumah mereka. Claris tetap belum pulang ke rumahnya.
Para penjaga berkeliling di kota dengan membawa obor.
"Sebenarnya dia ingin kemana?!", tanya Lardan kesal.
"Sabar, kita harus mengikutinya sampai ia pulang kerumahnya", balas Aska.
Setelah mereka berdua berbicara, Claris berjalan memasuki sebuah rumah.
"dia sudah pulang ke rumahnya, ayo kita juga pulang", ucap Lardan.
"Tidak, kita harus masuk kedalam rumahnya", balas Dorgan.
"Apa!, para penjaga sedang bertugas malam, apa kau mau mereka menangkap kita karena di anggap pencuri?", bantah Lardan.
"Tidak, kita tidak akan ditangkap", balas Dorgan penuh keyakinan.
Mereka pun akhirnya memasuki rumah Claris lewat jendela.
Namun di saat mereka masuk ke dalam, mereka pun terkejut karena di depan mereka terdapat Claris yang sedang mematung melihat mereka.
Seketika Claris keluar dari rumahnya sembari berteriak memanggil penjaga. Lardan,Aska,dan Dorgan mengejarnya.
Claris terus berlari mencari penjaga yang sedang berkeliling sembari berteriak ketakutan.
Aska segera melempar pisaunya ke arah Claris, dan berhasil mengenai kakinya.
"Kau tidak bisa kabur lagi!", ujar Aska.
"Hei kaliaaaan!!", tiba-tiba penjaga berdatangan.
"Tolong aku, mereka akan membunuhku!", ujar Claris kepada para penjaga itu.
"Kami mendengar teriakan seseorang seperti meminta tolong, jadi ini semua karena ulah kalian!", ujar salah satu penjaga ke arah Dorgan.
"Lihat itu Lardan, dia sekarang seorang penjahat!", seru penjaga itu sambil menunjuk ke arah Lardan yang berdiri di samping Aska.
"Jika kalian mendekat, aku jamin tidak ada yang selamat dari kalian", ucap Dorgan kepada para penjaga, dan hanya di balas tertawaan yang menggelikan oleh para penjaga.
"Aku tidak ingin menyakitimu wahai pak tua!", ujar satu penjaga kepada Dorgan.
"Cap!", pisau dilemparkan oleh Aska dan mengenai mata penjaga itu.
"Aaaaaaaaaa, sialan kau!", ujar si penjaga itu.
Lalu para penjaga mulai menyerang Dorgan,Aska, dan Lardan secara bergantian.
Dengan cepat dan mudahnya para penjaga itu terbunuh oleh Dorgan dan Aska, sementara Lardan hanya melukai dua orang penjaga tidak sampai membunuhnya.
Dorgan menghampiri dua penjaga yang terluka itu, dan menusuk tubuh mereka dengan pedannya.
"Kemana Claris?", tanya Aska sembari mengusap pipinya yang bercipratan darah.
Tak lama kemudian terdengar suara ledakan besar dari arah utara
Mereka bertiga pun berlari menuju arah suara ledakan itu berasal.
Dan setelah mereka sampai, mereka melihat pemukiman rumah terbakar.
Lalu Claris mendatangi mereka bertiga dan berkata.
"Kami adalah mata-mata dari kerajaan Valvah. Kami menggali tanah di bawah pemukiman rumah di sini, lalu kami membuat ruang cukup besar di dalam tanah itu, dan kami penuhi ruangan itu dengan drum-drum berisi minyak".
"Lalu kami bakar drum-drum itu, lalu meledaklah drum-drum berisi minyak yang berada di bawah rumah mereka", lanjut Claris berbicara.
"Dan seperti yang kalian lihat, rumah-rumah hangus terbakar",
"Kami sudah menggali tanah dari jauh-jauh hari, sungguh hebat"
"Lebih hebatnya lagi, kalianlah yang akan di duga sebagai pelaku dari kebakaran ini. hahahahahaha!!!", Claris tertawa dengan sangat lantang.
"Lalu dimana teman-temanmu?", tanya Dorgan kepada Claris.
Claris tidak menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh Dorgan, ia mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya. Tanpa di duga, Claris menusuk perutnya sendiri dengan pisau kecil miliknya.
Tiba-tiba para penjaga berdatangan dengan jumlah yang sangat banyak.
***
~Valvah~
Pagi telah tiba, Hendric di kejutkan oleh suara ketukan dari arah pintu masuk istana.
"Tungguuu!", ujar Hendric kepada seseorang di balik pintu.
Dibukakan pintu oleh Hendric perlahan-lahan, "oh ternyata kalian", ucap Hendric.
"Kami berhasil", balas seorang gadis kepada Hendric.
"Baiklah, akan ku sampaikan ke raja", balas Hendric.
"Upah kami?", ucap si gadis tadi.
Hendric pun mengambil dua puluh kantong berisi batangan emas, lalu dibagikannya ke mereka.
Setelah ia membagikan upah mereka, ia bergegas menemui sang raja.
"Ada apa Hendric?", tanya sang raja yang sedang duduk di singgah sananya.
"Sudah berhasil, wahai tuanku", ujar Hendric sembari membungkukan badannya.
"Bagus, jika kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan perang kita mengalahkan mereka dengan meneror perlahan-lahan", ucap sang raja .
"Setelah ini kita akan pergi ke kerajaan kwurse, aku memiliki satu rencana untuk membuat kerajaan", lanjut sang raja berbicara.
"Kapan kita akan kesana?", tanya Hendric.
"Sekarang", jawab raja sembari berdiri dari kursinya.
"kenapa buru-buru sekali?", tanya Hendric heran.
"Sudah ikut saja", balas raja.
"Ajak juga Nora untuk bergabung bersama kita", kata sang raja.
"Gadis itu?!", tanya Hendric kaget.
"Iya, memang ada apa?", tanya sang raja.
"E-e-e, baiklah akan ku panggil dia kemari", ucap Hendric.
Setelah Hendric memanggil Nora, sang raja pun mengajaknya untuk ikut pergi ke kerajaan Kwurse. Nora pun setuju dengan ajakan sang raja. Mereka bertiga pun pergi menuju kerajaan Kwurse dengan menaiki kereta kuda.
"Apa kau lapar Hendric", tanya raja kepada Hendric sembari menawarkan sepotong roti kepadanya.
"Iya, terimakasih tuan", ucap Hendric sembari mengambil sepotong roti itu.
"Bagaimana denganmu Nora", tanya raja kepada Nora yang sedang mengendarai kuda di depan.
"Tidak, urus saja dirimu sendiri!", ujar Nora dengan ketus.
"Hei jaga mulutmu baik-baik, kau hanya seorang prajurit biasa!", seru Hendric.
"Hei, jangan bertengkar", lerai sang raja.
"Untung saja baginda raja memaafkan perlakuanmu itu, Nora!", ujar Hendric yang hanya di acuhkan oleh Nora.
"Tentu saja aku memaafkannya, dia adalah rakyatku", ucap sang raja
"Tapi jika dia bukan rakyatku, akan ku cabut keceriaan dari hidupnya"
"Apa kau dengar itu, Nora!", seru Hendric.
"Hah, iya-ya", balas Nora singkat.
"Cantik-cantik dungu", Hendric menggerutu.
Mereka terus melanjutkan perjalanan dengan penuh perbincangan santai antara seorang prajurit,pelayan,dan Raja.