Chereads / killer kingdom / Chapter 8 - Bab 8

Chapter 8 - Bab 8

~Gakhgar~

Barco dan Rasal duduk menyaksikan pertarungan berlangsung. Barco memperhatikan cara bertarung mereka untuk ia tirukan pada saat melawan Merthan nanti.

Barco melihat petarung yang memakai celana hitam memiliki pukalan yang sangat cepat dan kuat, sementara lawannya terlihat jauh lebih berpengalaman darinya.

Petarung yang sangat sulit, keduanya menunjukan kemampuan yang sama-sama kuat tak ada yang mau mengalah.

Petarung celana hitam meluncurkan pukulannya, dan mengenai bagian perut lawannya. Lawannya seketika membungkuk memuntahkan darah, di saat itu pun petarung celana hitam dengan keras menendang kepala lawannya dengan lututnya, mengakibatkan kepala lawannya mengeluadkan banyak darah.

dengan cepat si lawan segera memukul rahang si petarung celana hitam, lalu diteruskan memukul wajahnya.

Tak berhenti di situ saja penyerangannya. setelah menghantam wajahnya, ia memukul bagian perut secara bertubi-tubi tanpa henti hingga si petarung celana hitam terjatuh dengan sendirinya.

Di saat petarung celana hitam ingin berdiri kembali, ia segera menendang mukanya, membuat si petarung celana hitam pingsan, dan dinyatakan kalah.

***

"Pertarung selanjutnya adalah Merthaaan..... !!!melawan seorang pendatang baru, Barcooo.....!!!", ujar sang pembawa acara.

Barco segera berjalan menuju arena sembari melepaskan bajunya, memperlihatkan badannya yang berotot. Orang-orang melihat Barco dengan tatapan heran ke arahnya karena balutan kain disebelah mata kirinya. Dari kejauhan Merthan berjalan menuju arena dengan tidak memakai baju. Keduanya sudah berada di dalam arena, dan wasit memulaikan pertarungan.

Merthan bergerak ke samping kiri dan menendang tulang rusuk Barco dengan sangat cepat. Barco tidak bisa menghindari serangan itu karena sangat tidak terduga olehnya. Lalu Merthan meluncurkan beberapa pukulan yang berhasil di hindari Barco dengan mudah, dengan waktu yang tepat, Barco membungkukan badannya, lalu mendekap paha Merthan dengan sangat erat dan langsung menjatuhkan Merthan ke lantai.

"Bruuuk!!!", Merthan terjatuh sangat keras membentur lantai. Setelah Merthan terjatuh, Barco segera memukul wajah Merthan tanpa henti. Pukulan-demi pukulan berhasil membuat wajah Merthan babak belur. Namun Merthan masih bisa bertahan, ia pun memukul wajah Barco yang membuatnya terjatuh ke samping kanan. Ke duanya pun segera berdiri. Barco menyerang pinggang Merthan dengan tendangannya, lalu dibalas tendangan perut oleh Merthan.

Barco kembali menyerang balik, memukul hidung Merthan, Hidungnya mengeluarkan darah. Merthan kembali memukul Barco yang mengenai perutnya. Barco membalas pukulan, dan di balas lagi oleh Merthan dengan pukulan. Keduanya saling  pukul-memukul, mereka tidak menghindar dari serangan satu sama lain melainkan tetap saling pukul, menunggu lawannya tumbang.

Orang-orang yang menyaksikan petarungan itu sangat terkagum-kagum dengan aksi Barco dan Merthan yang saling adu pukulan tanpa menghindar sama sekali.

Barco dan Merthan pada akhirnya terhuyung-huyung karena menerima banyak sekali pukulan. Para penonton sangat tegang menunggu siapakah yang akan menjadi pemenang.

"AAAAA!!!", teriak Merthan sembari memukul dada Barco.

Namun setelah Merthan memukul Barco, ia jatuh dan pingsan sementara Barco masih berdiri, walaupun terhuyung-huyung. Barco pun menjadi sang petarung terhebat yang langsung berada di posisi urutan ke-empat, karena berhasil mengalahkan Merthan. Dan pada malam itu lah Barco mendapat julukan  "harimau bermata satu",  karena kekuatan, keberanian, dan  ketahanan tubuhnya yang kuat seperti sesosok binatang Harimau.

***

Barco terbangun di pagi hari,

Ia beranjak keluar dari kamarnya.

"Hei Barco kau sudah terbangun", sahut Rasal kepada Barco.

"Makanlah!", kata Rasal sembari menunjuk ke arah makanan di atas meja.

Barco langsung menyambar makanan yang sudah disiapkan di atas meja. Ia memakan makanan dengan tenang, tidak tergesasa.

"Ini upahmu, yang kemarin", kata Rasal sembari menaruh sebuah kantong yang berisi emas batangan.

"Aku sudah membagi rata, aku dapat sepuluh batang dan kau sepuluh batang", ucap Rasal sambil menepuk pundak Barco.

"Persiapkan dirimu malam ini", lanjut Rasal berbicara.

"Semoga memar di muka ku cepat menghilang", kata Barco sambil menyantap makanannya.

"Apa kau punya penutup mata untuk kau pakai?", tanya Rasal.

"Aku punya, memangnya kenapa?", jawab Barco.

"pakai saja penutup matamu, agar kau terlihat lebih sangar", kata Rasal.

***

siang hari yang sangat ramai di pasar, banyak orang berlalu-lalang di sana, dan para pedagang yang bersorak-sorak menawarkan barang dagangannya ke setiap orang yang berlalu lalang di pasar.

Lardan yang sibuk melayani pembili yang terus berdatangan di tempatnya, ia merasa senang sekaligus lelah pada saat itu. Barang dagangannya perlahan-lahan terjual habis, ia pun menaruh peralatan dagangnya

ke atas gerobak kuda.

Pulanglah Lardan dengan menunggangi kuda yang menarik gerobak penuh dengan peralatan dagangannya. Sebelum dia pergi ke rumah, ia mampir ke satu kedai untuk menyantap makanan di kedai itu. Ia turun dari kudanya dan mengikatnya ke salah satu batang kayu yang telah di sediakan untuk para penunggang kuda agar mengikatnya kuda mereka dibatang kayu itu, dan itu terletak tepat di dekat pintu masuk kedai.

Lardan dengan santai memasuki kedai itu, ia berjalan menuju meja makan di sebelah pojok kanan dan menempatinya. Tak lama kemudian datang seorang pelayan laki-laki menanyakan makanan apa yang akan dia pesan.

"Aku pesan kaki kelinci dan minum air putih saja", ujar Lardan kepada sang pelayan laki-laki itu.

Di saat menunggu makanan yang ia pesan datang, Lardan hanya melamun dan terus melamun hingga datang dua orang pria mengahampirinya. Lardan pun terkejut saat menyadari ada dua orang yang mendekatinya itu. Kedua pria itu ternyata adalah Aska dan Dorgan.

"K-kalian", ucap Lardan terkejut.

"Hei, kita bertemu lagi", ujar Aska kepada Lardan.

"Mau apa kalian ke sini?", tanya Lardan kepada mereka.

"Bukannya kau sudah menjadi anggota sayap naga?", Balas Dorgan.

"Kami datang ke kerajaan ini karena kami sedang melacak seseorang bernama Claris, seorang petarung di Gakhgar", lanjut Dorgan berbicara.

"Dari mana kau tahu dan apa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan orang yang bernama Claris itu?", Lardan bertanya lagi.

"Kami mendapatkan informasi dari anggota sayap naga yang lain, bahwa Claris adalah mantan prajurit kerajaan Valvah, dan kami hanya ingin menguntit dia untuk mencari sesuatu yang janggal padanya", jawab Dorgan.

"Aku tidak akan ikut!", tegas Lardan.

"Karena kau sudah masuk dalam organisasi sayap naga, maka kau tidak akan bisa keluar", balas Dorgan.

"Jika aku memaksa keluar?", ucap Lardan.

"Kau akan mati", Balas Dorgan dengan menatap tajam ke arah mata Lardan.

Lardan tahu bahwa tatapan itu tidak main-main. Dari tatapan itu Lardan mengetahui bahwa Dorgan bukanlah manusia biasa. Lardan sangat tahu bahwa tatapan mata itu dimiliki oleh seseorang yang sudah pernah membunuh banyak orang. Ia mengetahuinya karena kakek dan teman lamanya memiliki tatapan mata yang sama seperti Dorgan, yaitu tatapan pembantai.