~Nordia~
Setelah perjalanan yang melelahkan dan mengerikan, akhirnya sampailah mereka kembali ke kerajaan Nordia.
"Hei bangun, sudah sampai", Albanos membangunkan Barco yang sedang tertidur lelap.
Barco yang bangun segera melihat keadaan luar dari dalam kereta kuda. kota yang sangat megah dipenuhi rumah-rumah yang tersusun dengan rapih. Barco tepersona melihat keindahan kerajaan Nordia. Para prajurit di sambut dengan hangat sekembalinya mereka oleh para warga, melemparkan bunga-bunga kepada prajurit yang sedang berjalan menuju istana.
***
Setelah sampainya mereka di depan halaman istana, Albanos pun menceritakan keberhasilan mereka menaklukan kerajaan Habard kepada sang raja yang tengah berdiri menyambut para prajurit. "Burtish dan beberapa pasukan sudah mengambil alih kerajaan, namun para warga kerajaan di duga sudah kabur keluar dari kerajaan bersama sang raja. Kerajaan Habard kini sepi tak berpenghuni, siap menjadi daerah kekuasaan kerajaan Nordia", jelas Albanos kepada sang raja.
Lalu Albanos menceritakan perjalanan mereka pulang yang melewati hutan Glarivoks, dan juga menceritakan kejadian di hutan Glarivoks pada saat malam hari.
setelah mendengar cerita dari Albanos, tiba-tiba sang raja menjadi sangat marah ke pada Albanos dengan menampar mukanya, karena Albanos memilih jalan pulang ke arah yang bukan seharusnya di tempuh. Sang raja padahal sudah memberikan peta jalan pulang yang aman dilalui untuk para prajurit, walaupun itu memakan waktu yang lama untuk bisa sampai kembali ke kerajaan Nordia.
"Karena dirimulah yang membuat banyak prajurit dan hewan tunggangan mati!, lihat warga-warga yang harus kehilangan salah satu anggota keluarganya!", seru sang raja kepada Albanos yang terlihat sangat menyesal.
Dengan kesalahannya, Albanos pun dijatuhi hukuman potong tangan. Albanos menerima langsung hukumannya di tempat. Sang raja memanggil algojonya untuk memotong tangan Albanos. Sang algojo datang membawa kapak besar dengan diseretkan di atas tanah. Algojo itu berjalan perlahan menghampiri Albanos yang sedang berlutut pasrah, hukuman itu disaksikan langsung oleh para warga dan prajurit yang datang menyaksikan
Albanos merentangkan tangan kanannya, mengisyaratkan bahwa ia siap kehilangan salah satu tangannya. Algojo segera mengangkat kapaknya ke langit-langit, sementara para warga dan prajurit sangat tegang melihat sang panglima perang mendapatkan hukuman potong tangan. ini adalah sebuah sejarah.
Dan sang algojo mengayunkan kapak yang besar miliknya dari atas langit-langit ke arah tangan kanan Albanos. Albanos pun kehilangan satu tangannya. ia merasa panglima perang yang terhinakan karena baru dialah panglima perang yang terkena hukuman. Sejak dahulu panglima perang Nordia selalu dihormati, disegani, dipuji, dan disanjungi. tidak pernah tercoreng nama baik mereka, tidak pernah mendapatkan hukuman dari sang raja.
Hanya Albanoslah generasi penerus panglima perang Nordia yang dimarahi, ditampar, bahkan dihukum potong satu tangan.
Setelah hukuman selesai, Albanos dianggap panglima perang yang terhina di pandangan masyarakat bahkan prajuritnya sendiri. itu semua membuat Albanos sangat terpukul dan kehilangan kepercayaan dirinya.
***
Ke-esokan paginya Albanos mengajak Barco yang sedang berada dalam penjara kerajaan untk pergi bersama menemui seseorang bernama Rasal, untuk menjual Barco kepadanya. Untuk waktu yang sedikit lama berjalan menuju rumah Rasal, akhirnya sampailah mereka menemui Rasal yang sedang duduk manis di teras rumahnya.
"Hoi Rasal", sahut Albanos kepada Rasal.
"Hei, kemari-kemari", balas Rasal.
"Ada apa datang kemari?", tanya Rasal.
"Aku ingin menjual dia", jawab Albanos sembari menepuk pundak Barco.
"Waw dia terlihat kuat dan kekar. hm..... aku beli dia", ucap Rasal.
"Harganya lima belas batang emas", ujar Albanos.
"Mahal sekali!", Rasal terkejut.
"Dia ini panglima perang Habard", ujar Albanos.
Rasal pun mengambil 15 batang emas di dalam rumahnya, dan memberikannya kepada Albanos.
Albanos pun menyerahkan Barco kepadanya.
"Kau akan sangat senang saat bekerja nanti", kata Rasal kepada Barco.
Seketika Albanos segera pergi meninggalkan rumah Rasal.
"Oi Albanos, jangan bersedih. Panglima perang bukan orang yang lemah, ingat itu!", teriak Rasal menyemangati Albanos yang sedang rapuh.
"Ya, terimakasih!", balas Albanos sembari tersenyum memperlihatkan giginya.
***
Rasal menyuruh Barco masuk kedalam rumahnya, dan menyuruhnya untuk mandi. Barco pun mandi. sudah dua hari ia belum mandi badannya sangat kotor dan dekil.
Selepas mandi, Barco diberikan pakaian yang bagus oleh Rasal. Barco langsung memakai pakaian itu dengan rasa senang.
"Terima kasih", ucap Barco kepada Rasal.
"Iya iya", balas Rasal.
"Ayo kemari makan!", ajak Rasal kepada Barco untuk makan bersama di meja makan.
Mereka pun memakan ayam kalkun, dan memakan beberapa sayuran seperti wortel, kentang, dan tomat.
Sembari menyantap makanan, Rasal berbicara kepada Barco.
"Kau nanti akan bekerja sebagai petarung", ujar Rasal kepada Barco.
"Kau akan ku daftarkan ke tempat bernama "Gakhgar", itu adalah tempat arena bertarung. Kau akan bekerja disitu dan aku akan menjadi pengurusnya, kau hanya bekerja memukul orang lain sampai dia babak belur dan kita akan mendapatkan uang", lanjut Rasal berbicara.
Barco berpikir sejenak, dan lalu ia mengatakan, "Aku setuju, itu akan meningkatkan kemampuan bertarungku"
"bagus, nak!", seru Rasal kegirangan.
"Ayo cepat habiskan makananmu, kita akan berlatih setelah ini mempersiapkan pertandingan nanti malam!", seru Rasal penuh semangat.
Setelah makan, Barco berlatih dengan menghajar orang-orangan sawah yang terpasang di halam depan rumah Rasal. Sementara Rasal membantu Barco mendirikan orang-orangan sawah yang terpukul jatuh ke tanah.
Barco berlatih tak henti hingga siang hari yang selalu ditemani Rasal.
"Sudah sudah, kita beristirahat dulu", ujar Rasal kepada Barco.
"Baiklah", jawab singkat dari Barco.
Mereka berdua pun duduk di depan teras rumah sembari memakan buah-buahan yang tadi Rasal beli dari pedagang keliling.
***
Malam hari pun telah tiba. Rasal dan Barco segera menuju tempat bergulat di kota, Gakhgar. Barco memakai baju terbuat dari bulu singa yang terang warnanya, dan memakai celana berwarna coklat. Sementara Rasal memakai jubah berwarna cokelat tua dan memakai celana hitam.
Pada akhirnya mereka sampai di depan bangunan besar yang terpang-pang papan panjang dan lebar di depan bangunan itu yang bertuliskan "Gakhgar".
Banyak orang-orang yang masuk kedalam Gakhgar dengan pakaian yang serba bagus dan indah di pandang, beginilah suasana Gakhgar yang sangat ramai pengunjung pada malam hari.
"Ayo masuk!", ajak Rasal kepada Barco yang sedang melihat-lihat sekitar.
"Oh iya", balas Barco
Mereka berdua pun masuk kedalam Gakhgar. Rasal segera melakukan pendaftaran sementara Barco duduk santai di bangku panjang yang terbuat dari kayu.
Barco sembari menunggu Rasal kembali, ia menyaksikan petarungan duel yang sedang berlangsung, seseorang tinggi besar melawan seseorang berbadan kecil namun berotot. Petarungan itu sangat seru sekali, orang beramai-ramai melihat mereka berdua saling adu pukul.
si besar terkena tendangan di kepala yang diluncurkan oleh si kecil, yang membuatnya dia terjatuh dan pingsan. Orang-orang dengan ramai bersorak kepada si petarung kecil itu, dan dialah yang menjadi sang juara nya yang tidak di sangka-sangka.
Barco yang telah melihat pertarungan itu menjadi semangat untuk menjadi sang juara di Gakhgar.
"Oi, Barco", sahut Rasal menghampiri Barco.
"Kau akan bertarung melawan merthan", ujar Rasal sembari menunjuk ke arah seorang pria berbadan kekar berkulit putih yang sedang duduk sembari meminum arak.
"Dan jika kau berhasil mengalahkannya, maka kita mendapatkan dua puluh batang emas", lanjut Rasal berbicara.
"Wah Banyak sekali", Barco terkejut.
"Yah karena ia adalah petarung terkuat urutan ke-empat di sini", jelas Rasal.
"Mengapa aku langsung berhadapan dengannya?", tanya Barco heran.
"Itu karena aku memaksa kepada pengurus tempat ini, agar dirimu bisa bertarung dengan Merthan.", jawab Rasal.
"Tak perlu dikhawatirkan, kau seorang mantan panglima perang, kau pasti bisa melawan dia yang hanya sebagai petarung biasa", ucap Rasal meningkatkan kepercayaan diri Barco.
Dan Barco menunggu pertandingannya melawan petarung terhebat urutan ke-empat di sini, Merthan.