~Glarivoks~
Barco yang tak berdaya, kakinya dibelenggu rantai berjalan compang-camping
di atas panas teriknya matahari.
Albanos berjalan berdampingan di sebelah Barco. "Hei, apa kau lapar", tanya Albanos kearah Barco.
"Tidak", jawab Barco singkat.
"Siapa namamu?", tanya Albanos lagi.
"Barco, Barco siver", jawab Barco.
"Kau sebaiknya meminum air, kau terlihat sangat lelah", kata Albanos sembari menawarkan sebotol air kepada Barco.
Barco pun mengambil air itu dan dihabiskannya dengan cepat, terlihat jelas sekali bahwa dia sangat lelah dan kehausan.
***
Siang pun tiba, para prajurit beristirahat sejenak untuk mengumpulkan energi mereka.
Barco yang diperintahkan oleh prajurit lain untuk membawa makanan, ia pun pergi berburu mencari binatang yang bisa dimakan.
Dengan membawa tombak sebagai senjata, Barco berusaha melempar tombaknya untuk melukai domba-domba yang sedang asik menyantap rumput-rumput di sana, namun tombaknya tidak berhasil mengenai domba satu pun.
Lalu ia mengambil tombaknya yang terjatuh di tanah, dan berlari mengejar salah satu domba yang berpisah oleh kawanannya. Barco berlari sekuat tenaga menghampiri si domba, walaupun kakinya terluka karena menginjak bebatuan yang kasar. Di saat sudah dekat oleh si domba, Barco menusuk badan domba itu dengan tombaknya dan domba itu pun mati. Di bawalah domba itu ke perkemahan untuk di masak dan di makan bersama-sama.
Barco dan beberapa prajurit membakar daging domba itu dan lalu disantap oleh mereka daging domba yang sudah matang itu. rasanya sangat lezat, dagingnya sangat lembut. Mereka memakan daging itu dengan sangat lahap hingga tidak ada yang tersisa.
Albanos kembali memerintahkan prajuritnya untuk kembali melanjutkan perjalanan kembali ke Nordia. Albanos menyuruh mereka melewati hutan Glarivoks karena melewati hutan itu lah mereka bisa dengan cepat menuju Nordia dengan cepat. Mereka terus berjalan tanpa henti, hingga matahari terbenam dan di gantikan posisinya oleh rembulan.
Di gelapnya malam mereka tetap berjalan tanpa ada istirahat sedikitpun, walaupun mereka kesulitan menempuh perjalanan di gelapnya malam.
"Krus....krus...krus!", Albanos mendangar bunyi sesuatu dari atas pohon.
Ia pun mengambil busur dan anak panah yang terdapat pada kereta kuda dan memanahi ke arah salah satu pohon, namun tidak terjadi sesuatu.
"Mungkin hanya tupai atau binatang lainnya", ucap Albanos dalam hati.
"AAAA...!!" suara teriakan kesakitan terdengar dari mulut salah satu prajurit yang di terkam oleh sosok binatang berukuran anjing, matanya merah menyala, memiliki bulu tebal berwarna hitam legam, mempunyai cakar yang terlihat tajam dan panjang, dan memiliki gigi yang sangat banyak dan berukuran kecil.
Binatang menggigit leher salah satu prajurit hingga membuatnya tewas dan lalu dimakan olehnya. Seketika para prajurit lainnya berusaha membunuh makhluk itu, namun makhluk itu sangat cepat dan gesit menghindari setiap serangan yang diberikan oleh para prajurit, membuatnya sulit ditangkap maupun dibunuh.
Albanos mendengar lagi suara dari atas pepohonan, dan keluarlah makhluk yang sama dengan jumlah yang sangat banyak. Albanos pun tersarsadar bahwa sosok makhluk ini sedang mengepung mereka.
"Semuanya bersiap untuk berperang, kali ini kita berperang melawan makhluk-makhluk ini", teriak Albanos kepada semua prajurit.
Barco yang ketakutan tidak memakai pelindung maupun memegang senjata, ia harus berhadapan dengan makhluk buas seperti ini yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya.
makhluk-makhluk itu pun menyerang para prajurit dengan sangat buas, namun para prajurit tetap melawan agar tidak menjadi santapan malam makhluk itu. Barco berusaha melepaskan diri dari belenggu di kakinya dengan menghantamkan sebuah batu ke belenggu itu. Barco sangat terlihat panik, sedangkan salah satu makhluk itu berada dihadapannya yang sedang menatap kearah. Barco.
Barco sangat panik bukan kepalang, ia menghantam belenggu itu dengan tergesa-gesa, napasnya tidak stabil, keringat membasahi sekujur tubuhnya, badannya menggigil, mukanya pucat.
belenggu belum juga terlepas dari kakinya, sedang makhluk itu berlari ke arahnya dan menggigit mata kirinya.
"AAAAAA!!!!!!", teriak Barco kesakitan.
Datanglah Albanos membantu Barco dengan membunuh makhluk itu dengan pedangnya, ia juga menghancurkan belenggu yang ada pada kakinya Barco dengan pedangnya. Lalu dibawalah Barco ke dalan salah satu kereta kuda.
Bukan hanya prajurit yang makhluk-makhluk itu serang, bintang tunggangan seperti kuda pun menjadi mangsa mereka.
***
Matahari mulai menampakkan diri, beberapa prajurit selamat dari kejadian malam hari yang mengerikan. Banyak prajurit yang tewas karena serangan mendadak itu.
Hampir semua kuda perang dan beberapa binatang tunggangan lainnya tewas di terkam, juga ada beberapa kuda yang tewas hanya menyisakkan tulang berulang saja. begitu rakus dan buasnya makhluk berbulu itu sampai dihabiskan semua tubuh si kuda.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan segera agar bisa keluar dari hutan mengerikan ini.
"Hmm, apa mungkin makhluk itu hanya bergerak pada malam hari?, karena semenjak matahari mulai tiba makhluk itu berlari meninggalkan kami", pikir Albanos.
Barco yang masih menutup mata kirinya yang terluka, masih trauma dengan apa yang terjadi semalam. Tak lama kemudian Albanos menghampiri Barco di dalam kereta kuda.
"Coba perlihatkan mata kirimu!", ujar Albanos kepada Barco.
Lalu Barco memperlihatkan mata kirinya yang sudah terluka parah dipenuhi darah.
"Biar ku cabut matamu, agar kau tidak menderita", kata Albanos yang lalu di setujui oleh Barco karena tidak punya pilihan lain. Jika dibiarkan dia akan merasakan kesakitan, darah akan terus keluar dan dia akan mati perlahan karena kekurangan darah.
Albanos lalu mencongkel mata kiri Barco dengan pisau miliknya. "AAAAA!!!!", teriak Barco kesakitan.
Dan setelah selesai mencongkel matanya, Albanos pun langsung mengobati Barco agar tidak ada pendarahan lagi. Sebelah mata kiri Barco dibalut menggunakan kain putih bersih dengan cara ditutup mata kirinya dengan kain, lalu kain itu diikat memutar ke belakang kepalanya.
Lalu Albanos memberikan penutup mata kepada Barco untuk ia pakai nanti.
***
Setelah berlama lama mereka berjalan, akhirnya mereka keluar dari hutan itu dan terus berjalan hingga sampai di Unzur.
~Unzur~
sebuah tempat yang sangat luas di penuhi beraneka hewan dan tumbuhan, pantas saja tempat ini menjadi rebutan antara kerajaan Nordia dan Valvah.
Tempat ini biasanya menjadi tempat para pedagang melakukan transaksi jual beli. Banyak pedagang-pedagang yang datang dari setiap panjuru datang ke sini untuk mencari penghasilan dan akan pergi kembali ke asal mereka masing-masing setelah merasa cukup dengan hasil yang mereka dapat.
Sebuah kisah menceritakan seorang petualang bernama Unzur menemukan tempat ini, dan ia memberitahu setiap orang yang sedang berpetualang juga seperti dia untuk berkemah di tempat ini karena tempat ini sangat nyaman, indah, dan damai untuk dijadikan tempat peristirahatan.
Karena tempat ini menjadi pembicaraan antara para petualang ke petualang lainnya, akhirnya tempat ini menjadi tempat yang sangat terkenal akan keindahannya. Lalu para pedagang memanfaatkan tempat ini sebagai transaksi jual beli kepada setiap petualang yang melewati tempat ini. Tempat ini pun dinamakan oleh para petualang dengan nama "unzur", nama yang sama dimiliki oleh orang yang pertama kali menemukan tempat ini.
***
Albanos memerintahkan mereka memberhentikan perjalanan dan beristirahat ditempat ini, kebetulan juga sedang ada beberapa sekelompok pedagang yang membawa kereta kuda mereka, sedang menawarkan barang-barang mereka kepada para petualang.
Beberapa prajurit pun mendatangi sekelompok pedagang itu, dan membeli beberapa barang bagus untuk dibawa pulang kerumah.
Setelah semua merasa cukup beristirahat, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.