~habard~
Di kamp prajurit Nordia sedang bersiap mempersiapkan persenjatan dan sebagian sedang berlatih meningkatkan kemampuan mereka.
Albanos tampak sedang bergegas menemui Burtish, salah satu orang perancang strategi yang terpercaya sebelum Albanos.
"Burtish!", sahut Albanos kepada nya
Burtish pun mengarahkan pandangannya ke arah Albanos sembari bertanya, "ada apa?".
"Bagaimana dengan strategi selanjutnya?", tanya Albanos.
"Strategi selanjutnya adalah, kita harus mendobrak gerbang masuk oleh para kavaleri, lalu pemanah melindungi kavaleri dengan menyerang musuh yang berada di atas benteng dari bawah, dan kesatria menyerang musuh ke atas benteng menggunakan tangga". Ujar Burtish
Albanos pun setuju dengan strategi yang diberikan Burtish walaupun itu kemungkinan tak akan berhasil, tapi tidak ada pilihan lain. Selanjutnya itu semua tergantung oleh para prajurit sendiri, mereka harus mempunyai keberanian yang besar untuk menjalankan strategi itu.
***
Hari menjelang sore, prajurit Nordia sudah bersiap untuk menyerang pasukan musuh dengan penuh semangat membara. Albanos berdiri didepan semua prajuritnya dan berujar. " hari ini kita harus bisa memenangkan pertempuran, kerahkan semua keberanian kalian!."
"Kematian adalah hal terhormat bagi semua prajurit. siapapun yang gugur dalam medan perang, maka dia adalah orang yang terhormat karena berani mengunuskan senjatanya untuk melawan musuh-musuh yang ada walaupun dia tau akan tewas dalam peperangan itu", lanjut Albanos
"Seorang prajurit di nilai mulia ketika mereka setia berperang tanpa kabur dari medan perang karena rasa takut. Seorang prajurit harus siap merelakan tangan yang patah, kaki yang putus, dan merelakan kehilangan satu mata, jika bukan prajurit maka siapa yang akan membawa nama kerajaan Nordia ke seluruh penjuru dunia?!". Albanos melantangkan perkataannya dengan keras penuh semangat, membangunkan jiwa-jiwa prajurit yang lemah menjadi kuat, membangunkan kepercayaan diri para prajurit, dan menjadikan prajurit menjadi pribadi yang berani mati karena alasan akan mendapatkan kehormatan jika gugur dalam perang.
Albanos mengarahkan pandangannya ke depan sembari berteriak, "seraaaaang!!!!".
Semua prajurit Nordia berlari ke arah pasukan musuh sembari berteriak penuh semangat berperang.
***
Barco yang melihat para prajurit Nordia segera menuju ke arah mereka dari teropongnya, dengan cepat memerintahkan semuanya untuk bersiap melawan musuh yang segera datang untuk menyerang.
Karena jebakan-jebakan sudah terpakai semua dan hanya tersisa tombak-tombak yang masih tertancap di depan tembok benteng dan parit, Agar lebih mematikan, tombak itu dijadikan tombak berapi yang ujungnya dilumurkan minyak, lalu dibakar dengan api. Dengan ini musuh akan berpikir empat kali untuk mendekat ke tembok benteng.
Para prajurit Nordia sudah semakin dekat dengan benteng musuh. Albanos segera memerintahkan kavaleri mendobrak pintu gerbang dengan batang pohon yang sedang di tarik oleh mereka bersama-sama.
Lalu Albanos memerintahkan pemanah membantu pasukan kavaleri dengan menembaki musuh dari bawah. Sementara itu pasukan kesatria kebingungan untuk bisa menempelkan tangga mereka ke tembok benteng, karena sekarang tombak yang biasa sudah berubah menjadi tombak yang berapi.
"Cepaaaat, kalian tunggu apa lagi!!", sahut Albanos kepada pasukan kesatria yang berdiam diri di tempat, sementara mereka di tembaki oleh para pemanah musuh.
Pasukan kesatria pun tidak menghiraukan tombak berapi itu dan mendekat ke tembok benteng walaupun ada sebagian dari mereka yang tewas.
Tangga sudah di tempelkan dan mereka mulai memanjatnya. Seketika pasukan musuh membawa wadah berisi minyak dan di jatuhkan ke arah pasukan kesatria Nordia yang sedang memanjat tangga untuk bisa mudah dibakar. Namun itu membuat pasukan kesatria semakin mempercepat memanjatnya. Satu demi satu dari mereka berhasil ke atas benteng dan mulai menyerang pasukan musuh yang di atas.
Satu keberhasilan yang dihasilkan oleh pasukan Nordia dan di lanjutkan keberhasilan lainnya oleh pasukan kavaleri yang berhasil mendobrak pintu gerbang masuk.
Albanos pun ikut serta beperang bersama pasukan kavaleri ke dalam benteng di ikuti para pasukan pemanah.
Terjadilah pertempuran bertatapan langsung antara pasukan Nordia dan pasukan habard.
Barco yang tampak kesulitan menangani pasukan lawan bersama prajuritnya di atas benteng, dia berusaha sekuat tenaga agar tidak terbunuh.
Setelah mendapatkan celah untuk bisa kabur, Barco tanpa berpikir panjang langsung bergegas kabur melompat ke bawah, dan betapa terkejutnya dia bahwa ia kini berpapasan dengan Albanos.
***
Sementara di dalam kerajaan, Rohan dan keluarganya sangat gelisah di dalam rumah karena terbayang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Tok!,tok!,tok!", suara ketukan pintu terdengar dari arah luar ditengah-tengah kegelisahan mereka.
Rohan dan kedua orang tuanya menjadi semakin gelisah dan di selimuti rasa takut akan sosok orang yang mengetuk pintu itu.
"Apakah ada orang didalam?!, kami tidak akan menyakiti kalian", sahut seseorang itu dari luar pintu.
Rohan dengan langkah yang terpotong-potong berjalan membukakan pintu.
Terlihatlah sosok para pria yang tadi ia temui saat sore hari ketika hendak kembali pulang kerumah. Mereka mengenakan pakaian yang berwarna coklat dan memiliki bekas luka bakar dipunggung telapak tangan mereka yang bergambar sebuah sayap.
"Sepertinya di sini tidak akan aman, bagaimana jika kita keluar dari kerajaan ini", kata si salah satu pria dari mereka yang mengenakan topi bundar.
"Apa, pergi keluar dari kerajaan maksudmu?", tanya ayah Rohan sembari mengampiri pria itu.
"Ya, kami berniat untuk membawa seluruh warga kerajaan pergi dari kerajaan ini beserta sang raja, karna kemungkinan pasukan Nordia akan menang, Maka dari itu kami ingin menyelamatkan kalian semua dari pembantaian yang akan terjadi.
Setelah mendengar perkataan pria itu, ayah Rohan pun membantu mereka untuk bersama-sama membawa warga kerajaan habard dan sang raja keluar dari kerajaan melewati gerbang belakang kerajaan.
***
Barco yang masih berperang merasa kesulitan menghadapi Albanos sang panglima perang dari kerajaan Nordia.
Karna Barco mengetahui tidak akan sanggup melawan sang panglima perang Nordia, ia pun melarikan diri yang juga dikejar oleh Albanos.
Barco yang tau dikejar oleh Albanos dibelakang, ia segera berlari ke atas benteng dan memerintahkan prajuritnya melawan Albanos.
Disaat prajuritnya sibuk melawan Albanos, Barco pun berlari meninggalkan Albanos, dan melawan musuh yang lainnya.
Albanos berhasil membunuh satu persatu lawannya, lalu dia mencari si Barco untuk melanjutkan duel mereka.
Dengan mendadak ia dikejutkan oleh musuh yang mencoba menebas lehernya, namun ia dapat menghindari tebasan itu.
Albanos pun menyerang balik dengan menebas siku tangan musuhnya, yang mengakibatkan tangannya terputus. Lalu Albanos melanjutkan pencariannya menemukan Barco.
***
Matahari sudah mulai terbenam, dan hari menjadi gelap, namun peperangan masih berlanjut. Sangat terlihat jelas bahwa prajurit Habard kewalahan menghadapi prajurit Nordia, apalagi kesatria Nordia sudah membuat pasuka Habard kehilangan banyak nyawa.
Keadaan semakin mendesak, Barco dan prajuritnya semakin kebingungan disertai gelisah akan kekelahan yang akan mereka terima.
Dengan lantang Barco berteriak, "pasukan Habard, matilah bersamakuuu!!". Barco berseru seperti itu sembari berlari ke arah pasukan lawan yang di ikuti oleh para prajuritnya yang mulai berani mati.
***
pada akhirnya Pertempuran dimenangkan oleh para prajurit Nordia, walaupun mereka kehilangan banyak pasukan untuk bisa menang mengalahkan prajurit Habard.
Barco yang masih hidup menjadi tawanan perang yang tak berdaya.