Bel sekolah berbunyi menandakan dimulainya pelajaran hari ini, suasa normal pagi hari seorang Zeke di sekolahnya. Pelajaran pagi hingga siang berjalan normal, sampai bel istirahat siang berbunyi ...
"Ahh hari yang membosankan" desah Zeke.
Sambil memakan bekal siangnya dikantin sendirian, Zeke menyantap dengan tatapan kosong tanpa mempedulikan bisingnya tempat itu.
"Zeke !!" Teriak suara pria yang tak asing bagi Zeke.
"Haah dia lagi dia lagi, si Dias itu apa tidak bisa tidak terlalu bersemangat" keluh Zeke.
Dias berjalan ke arah Zeke dengan membawa makanan di atas nampan putih. Semua pandangan gadis di kantin tertuju ke arah Dias dan Zeke, dua pria tampan yang selalu bersama membuat iri gadis-gadis. Tanpa mempedulikan gadis yang memandangi mereka, Dias duduk di depan Zeke sembari menyantap makanannya.
"Yo Zeke ! Kenapa kau kekantin tak mengajakku huh?" Kesal Dias.
"Hah? Apa pentingnya mengajak dirimu ..." seruput ramen kesukaan Zeke dengan mata datarnya.
"Ahaha siapa tahu kau kesepian dan butuh teman, bukan ?"
"Sudahlah diam dan makan saja" Ucap Zeke judes.
Mereka berdua melanjutkan makan siangnya. Kembali, pandangan kosong Zeke mengganggu pikiran Dias. Zeke masih memikirkan kejadian kemarin, data-data yang diperoleh Zeke dan Lee membuat keadaan menjadi rumit.
Semalam-
"Tuan Zeke, saya telah menkonfirmasi data yang kita peroleh ... dan saya akan menjelaskan detailnya" Lee membuka laptop miliknya, Zeke hanya terdiam memperhatikan Lee.
"Menurut data yang kita peroleh, disini hanya tercacat siapa anggota 7 pendosa beserta misi masing-masing anggota :
Yang pertama, Warth : dewa peperangan, Warth dengan mudah mengatur hirarki seluruh negara karena perang yang memanfaatkan konflik negara-negar bermasalah ... memonopoli dunia untuk berperang dan penghancuran masa.
Yang kedua, Laziness : pengatur perekonomian dunia, mengatur keuangan di semua negara, sang pencipta kehancuran ... uang. Memonopoli perekonomian negara maju dan berkembang. Dengan adanya keuangan Laziness bertujuan untuk kerusakan negara dari dalam . Seperti, korupsi, sengketa, perampasan, diskriminasi kaya dan miskin, penipuan, dan penggerakan sistem organisasi apapun di dunia.
Yang ketiga, Greed : pendukung dari Laziness, pemegang bank diseluruh dunia dan mengolah keuangan dunia.
Yang keempat, Gluttony : Teknologi dunia, pengembang berbagai teknologi dunia. Handphone, transportasi, dan pemegang semua perusahaan yang berkaitan dengan teknologi yang ada di dunia sekarang.
Yang kelima, Lust : Pendidikan, dia yang memanipulasi informasi sebenarnya tentang kemampuan manusia bahwa setiap manusia memiliki kemampuan masing-masing, tapi mereka menutupi fakta tersebut dengan pengetahuan lainnya seperti Ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi dan berbagai macam pengetahuan yang membuat manusia mencapai peradaban yang berbeda dari yang sebenarnya. Tidak dipungkiri sejarah umat manusia juga telah diubah.
("Jadi buku itu bukan dongeng karangan belaka") celetuk Zeke dalam hatinya.
Yang keenam, Pride pendukung Warth : Militer dunia, dia yang memegang seluruh sistem militer dunia.
Dan yang terakhir, Envy : Manusia, dialah dalang dari kenapa manusia hanya bisa menggunakan 1% dari kemampuan sebenarnya".
Zeke hanya bisa terdiam setelah mengetahui fakta tentang kebenaran 7 pendosa, akan tetapi tujuan sebenarnya dari 7 pendosa sampai sekarang masih belum diketahui.
"Lee, apa yang harus kita lakukan ... menghancurkan 7 pendosa tak berarti sistem di dunia yang telah mereka ciptakan akan berhenti seketika dan apakah benar atau salah, tujuan merekapun masih belum kita ketahui"
"...." Lee hanya terdiam tanpa sepatah katapun.
"Lee mulai sekarang kita akan benar-benar berperang dengan dunia itu sendiri, dilihat dari manapun tugas mereka memang hal yang baik. Tetapi mengetahui kita hanya hidup di dunia ciptaan mereka, akan membuat kita hidup disebuah kebohongan terus-menerus" Kesal Zeke dengan tangan yang mengepal erat.
"Tuan sepertinya kita harus memulai mencari informasi lebih lanjut, dan kita harus mulai bergerak dari sekarang". Tegas Lee meneruskan perkataan Zeke.
.Kembali keadaan semula.
"Zeke kenapa melamun , ayo cepat habiskan makanannya sebentar lagi bel bunyi" peringat Dias.
"Ah! Maaf" Zeke bergegas menghabiskan makanannya lalu merapihkannya dan kembali ke kelas.
Mereka berdua bergegas menuju ruang kelas masing-masing. Selama pembelajaran Zeke masih memikirkan tentang organisasi 7 pendosa, dia tak tahu apa yang selama ini dia pelajari dari pelajaran di sekolah ... fakta bahwa pengetahuan yang dipelajari manusia hanya pengalihan semata.
Bel berbunyi menandakan usai pembelajaran hari ini, Zeke berkemas untuk pulang kerumah. Zeke berjalan melewati lorong dengan tatapan kosong, jika Zeke tak bergerak dari sekarang manusia akan terus hidup dalam sebuah kebohongan yang diciptakan 7 pendosa.
Saking terhanyutnya dia dalam lamunan, tak terdengar suara panggilan dari bocah bersemangat, Dias.
"Zeke !! Ayo latihan lagi !! Jangan kabur !! Eh apa dia tak mendengarku?" Berusaha berlari mengejar Zeke yang terus berjalan mengabaikannya.
"Maaf Dias, hari ini aku tak bisa latihan " datar nada Zeke dengan tatapan tak bersemangat.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita ke rumahku? Ibuku masak banyak untuk kita loh! Bagaimana?"
"Eh? Kenapa harus aku?" Tanya Zeke dengan langkah kaki yang tak terhenti.
"Ya karena aku terus menceritakan tentangmu kepada ibuku, dan beliau senang kalau aku mengajakmu kerumah untuk makan malam, sudahlah ayo!" Sembari merangkul Zeke dan membawa paksanya.
Zeke hanya bisa pasrah dan ikut Dias. Jarak sekolah ke rumah Dias cukup dekat, mereka berdua berjalan bersama ... langit sore berwarna orange kemerahan dengan angin kering musim dingin yang berhembus melewati setiap celah kota ini. Suara burung gagak yang bertengger di beberapa pohon dekat tepi sungai terdengar begitu jelas, di sepanjang jalan Zeke dan Dias hanya diam sambil menikmati pemandangan sore hari.
" Zeke seandainya manusia bisa terbang pasti akan sangat menyenangkan yah" Dias memecah suasana sepi, Zeke yang terkejut mendengar penyataan Dias hanya terdiam dengan kedua kelopak mata membulat sempurna.
" ... "
"Ahaha mana mungkin bisa yaah ..." Setelah memecah kesunyiian, Dias berjalan lebih cepat dengan kedua tangannya diangkat dan ditempelkan kekepala membentuk seperti tempat senderan. Zeke yang mengetahui fakta tentang manusia hanya bisa bersedih dalam diam, jangankan terbang bahkan manusia mampu memimpin semua ras di masa lalu ... akan tetapi Zeke tak dapat mengatakannya.
Tepat di balik persimpangan sebelah kiri, rumah Dias berada. Rumah yang begitu luas dengan cat berwana coklat dan putih. Di samping rumah Dias terdapat taman kecil yang dihiasi bunga-bunga. Dias membuka pintu geser khas rumah adat Jepang, suara gesekan pintu yang terdengar cukup keras.
"Aku pulang" Dias dan Zeke melepas alas kakinya lalu ditaruhlah di rak sepatu dekat pintu.
"Selamat datang Dias ... dan wah siapa ini Dias? Apakah Zeke, temanmu yang kau ceritakan itu?" Suara lembut Ibu Dias menyapa mereka berdua sembari meletakkan mangkok kecil di dekat panci yang berisi oden
[makanan berisi sayuran dan daging yang direbus dengan kuah khas masakan Jepang].
"Selamat makan" ucap Zeke dan Dias.
Aroma harum oden memenuhi ruang makan, dengan lahap Zeke dan Dias menyantap oden hingga tak tersisa sedikitpun, tak lupa dengan ocha[Teh khas Jepang]. Raut wajah senang terlukis jelas di wajah Zeke, kehangatan dan keharmonisan keluarga yang tak pernah Zeke dapatkan rasa risah akan masalah yang ia pikirkan sirnah begitu merasakan perasaan hangat dari Ibu Dias. Setiap oden yang masuk ke perut Zeke begitu ia resapi dalam-dalam.Setelah selesai makan, Zeke membantu Dias untuk merapihkan meja. Melihat Ibu Dias yang baik hati membuat Zeke berharap kalau saja Ibunya masih hidup pasti dia dapat merasakan hal yang dirasakan Dias.
"Terimakasih Bu atas makanannya" senyum ramah Zeke membalas kebaikan Ibu Dias sembari meletakkan piring di washtafel. Setelah bercanda tawa, Zeke berpamitan untuk pulang.
"Bibi aku pulang dulu" pamit Zeke sembari membuka gagang pintu. Disaat yang sama, ayah Dias pulang dan berpapasan dengan Zeke.
"Aku pulang" Ayah Dias bertatapan dengan Zeke dan tersenyum menyapa Zeke.
"Ayah perkenalkan ini temanku, Zeke ... kami baru saja makan malam dan Zeke harus pulang karena sudah malam" Jelas Dias berjalan mengantar Zeke keluar rumahnya.
"Ah begitu kah? Lain kali mampir ya Zeke". Senyuman ramah ayah Dias sangat mirip dengan Dias. Zeke hanya tersenyum mengangguk dan berjalan keluar rumah ... hari yang begitu indah bagi Zeke, dapat merasakan kehangatan kelurga walaupun hanya sekejap.
"Akan ku antar sampai persimpangan sekolah yah" Dengan jaket musim dingin yang mereka kenakan, mereka berjalan melalui jalan yang cukup sepi malam itu. Lampu yang berjejeran berbaris membentuk jalur penerang jalan. Zeke yang masih berharap ingin merasakan kehangatan bersama keluarga berjalan dengan tatapan sedih.
"Dias, lain kali bolehkah aku main kerumahmu lagi?" Tanya Zeke dengan kedua tangan dimasukan ke saku celananya.
"Kita kan teman, tentu saja boleh !" . Mendengar jawaban Dias, Zeke begitu senang karena dia dapat merasakan kehangatan keluarga Dias. Zeke merasa tidak begitu buruk memiliki seorang teman dan Zeke ingin memiliki banyak teman, pikir Zeke.
"Kalau begitu sampai besok, Dias" Zeke berjalan meninggalkan Dias dengan melambaikan tangannya.
Sesampainya di rumah, Zeke berharap bahwa seandainya Ibunya masih hidup pasti dia sudah disambut oleh Ibunya.
"Aku pulang" sapa Zeke dengan nada tak bersemangat. Suasana yang dingin, walaupun banyak pembantu dirumahnya, kehangatan yang Zeke harapkan tak ia rasakan. Dari balik pintu dapur berlari seorang gadis manis mengarah ke Zeke.
"Selamat datang Tuan Zeke" Liana berlari menyambut Zeke dengan keringat di dahinya. Walaupun Zeke terlihat dingin, hatinya hangat ... dengan sapu tangan milik Zeke, keringat di dahi Liana dibersihkannya.
"Eh? Tuan ... appaaa yyyaanggg Tuuuannn lllaaakkkuuukann ?" Canggung Liana diperlakukan lembut oleh Zeke.
"Kau sudah bekerja keras, Liana" balas Zeke dengan senyuman dari wajah yang terlihat dingin. Hati Liana berdebar begitu kencang, salah tingkat Liana membuat gemas Zeke dan diapun tertawa geli.
"Maafkan saya Tuan Zeke" Ucap Liana khawatir telah membuat kesalahan.
"Jangan dipikirkan Liana ... Oh iya dimana Lee?" Zeke berhenti sembari menengok kesana kesini mencari batang hidung Lee. Liana yang masih salah tingkah hanya terdiam dan memberikan sepucuk surat. Zeke yang khawatir segera membuka surat yang ia terima.
"Maaf Tuan Zeke, saya harus pergi tanpa berpamitan ... mungkin saya tidak akan kembali lagi. Selama ini saya terus memata-matai Tuan Zeke atas perintah G.Duke Golthana, ayah Tuan Zeke dan saya adalah anggota outer 7 pendosa. TOLONG maafkan SAYA"
Di ujung surat tertulis cetakan tebal, Zeke dengan mudahnya menebak maksud isi surat dari Lee.
"TOLONG SAYA"
Tanpa berpikir panjang Zeke berlari menuju paling atas rumahnya, atau lebih tepatnya gedung miliknya di lantai 5. Dengan kemampuannya, Zeke hanya berlari kurang dari 2 menit. Sesampainya di atas atap, Zeke memejamkan kedua matanya ... menarik nafas sedalam-dalamnya, mencoba merasakan keberadaan Lee.
"Art of darkness : Lucifer's Crown"
(Wush ... wush ... wush !! Kraahhh ...)
Dengan aura hitam pekat merayapi seluruh badan Zeke, muncullah mahkota berwarna hitam. Kekuatan Zeke lainnya, membuat Zeke dapat melayang dengan leluasa. Zeke melayang menuju langit tertinggi dan melesat kearah Tokyo dengan sangat cepat. Desahan angin terdengar begitu jelas, menembus setiap awan yang menghalangi ... dengan kecepatan luar biasa, Zeke mampu menempuh jarak dari Perfektur Miyagi sampai Tokyo dalam waktu 1 jam saja.
Ditengah perjalanan Zeke merasakan keberadaan pengguna Art lainnya melesat lebih cepat dari pada Zeke ... cahaya berwarna keemasan melesat begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Zeke.
"Apa itu!?" Kejut Zeke sembari meningkatkan kecepatannya.
.1 jam sebelumnya.
Lee yang sudah menghadap G.Duke Golthana, melaporkan semua yang ia ketahui soal Zeke. Menceritakan setiap detail yang Lee lihat dari perkembangan kekuatan Zeke. G.Duke Golthana yang sudah berjanji akan membuka segel Art milik Lee setelah menyelesaikan misi yang ia berikan ditepati tanpa masalah sedikitpun. Hanya dengan menunjuk satu jari dengan merapalkam mantra seperti bahasa iblis, segel Art milik Lee terbuka.
"Sekarang kau bebas Lee Dae Hoon, pergilah kemanapun kau mau" suara dengan nada berat dan tegas diucapkan dari mulut G.Duke Golthana. Akan tetapi keadaan tak seperti yang di katakan G.Duke Golthana, semua anggota 7 pendosa duduk berjejeran di sebuah meja yang cukup besar melirik kearah Lee ... seakan siap untuk menerkam dan merenggut nyawanya.
Benar saja, dari belakang singgasana G.Duke Golthana muncul sosok siluet yang cukup besar membentuk seperti sosok monster bermulut sangat lebar dan mengerikan di setiap tubuhnya. Lee yang terkejut dengan sosok di belakang singgasana berdiri dengan mata terbelalak membulat sempurna, kedua bola mata yang bergetar melihak sosok tersebut.
"Greed ... bunuh Lee dan yang lainnya jangan bergerak." Memang G.Duke Golthana menepati janjinya, akan tetapi tak ada jaminan untuk nyawa Lee. Mendengar perkataan tadi, Lee bergegas lari dengan sangat cepat.
"Sial aku harus lari dari sini ! Art of muscle : Legs"
Kemampuan yang memanipulasi setiap otot di tubuh Lee, dengan memperkuat dan memfokuskan otot kaki, Lee dapat berlari dengan sangat kencang. Lee berpikir dengan sosok besar dari Greed, dia akan berlari dengan lambat. Tepat setelah melewati pintu besar tempat perkumpulan 7 pendosa, muncul mulut besar yang berusaha melahapnya.
JEDARR!!"Apa!?" Lee yang terperanjak berusaha menenangkan dirinya dan berusaha terus berlari, dengan Greed yang merangkak mengejarnya.
Berbadan besar dengan taring dan mulut di beberapa bagian tubuhnya, kulit yang berwarna gelap dengan mata merah menyala menambah kengerian akan sosok Greed. Tidak hanya kekuatan yang besar, kecepatan Greed tak boleh diremehkan. Bahkan berkali-kali Lee hampir tertangkap oleh Greed, hingga Lee melihat ada jendela kaca dan berusaha lompat dari jendela.
Tempat perkumpulan 7 pendosa terdapat di gedung apartemen lantai 15, Lee yang mengambil keputusan dengan gegabah bertujuan lolos hidup-hidup dan berpikir jika dia melompat dari lantai 15 Greed tidak akan mengejar karena anggota 7 pendosa akan meresahkan orang-orang. Akan tetapi setelah Lee menjebol dan melompat dari lantai 15, Greed juga menghancurkan dinding dan melonpat dari lantai 15 juga. PRAKKK !! Suara kaca yang dijebol paksa oleh Lee, akan tetapi Lee terkejut melihat hal yang tak ia duga, bukan tentang Greed yang ikut melompat atau Lee yang akan mati terjatuh dari ketinggian tersebut ... dengan Art milik Lee dia pasti akan selamat, tetapi-
"Apa itu ?" Tatap Lee kearah belakang Greed.
Terukir jelas seperti lingkaran sihir berwarna keemasan tepat di atas gedung itu. Cahaya yang perlahan muncul dari lingkaran sihir itu membuat Greedpun menengkok ke arah atas.
"Art of light : Holy cross sword" . Hanya hitungan detik, jutaan pedag salib berukuran besar menghantan gedung beserta isinya, SRING!! SEING!! tak dipungkiri Greed dengan ukurannya sekarangpun dilimbas habis oleh Art tersebut. Lee mengambil kesempatan ini untuk pergi menjauh, dan disaat yang sama Lee berhasil bertemu dengan Zeke. Zeke yang terkejut juga dengan Art cahaya itu berusaha tak mempedulikannya dan pergi membawa Lee dengan kekuatannya. Sekelibatan mata Zeke, dia melihat sosok berjubah putih yang berdiri disalah satu gedung dekat tempat kejadian penghancuran gedung 7 pendosa berada.
"Tuan ... ini?" Tanya penasaran Lee karena ia ikut melayang bersama Zeke.
"Ini kekuatanku Lee, aku bisa membuat apapun melayang dengan mahkota yang ada dikepalaku ini". Jelas Zeke dengan menunjuk mahkota berwarna hitam yang melayang tepat diatas kepala Zeke.
Zeke dan Lee pergi kembali kerumah dengan masih memikirkan sosok jubah putih yang menghancurkan satu gedung dengan mudahnya. Walaupun demikian, anggota 7 pendosa tak mudah dikalahkan hanya dengan seperti itu.