Peperangan telah terjadi dimana-mana, hampir 80% seluruh ras yang ada telah musnah. Hanya dengan kekuatan dari satu orang saja, dalam sekejap mata ia memusnahkan setiap peradaban yang ada. Tanpa pandang bulu, ras, ataupun gender. Ialah Zeke, ras manusia yang menyapu habis setiap makhluk tanpa ampun.
"Art of Light : Valhala"
Puluhan pilar cahaya menghantam tanah, mengelilingi Zeke yang berusaha pergi. Pria misterius yang berusaha menghentikan kengeriaan Zeke itu terus menyerangnya tanpa henti.
"Pengganggu"Ucap Zeke sembari menghindar setiap hantaman pilar cahaya.
"Kau! Sang ragnarok, pembawa bencana! Beraninya kau memusnahkan duniaku!" Hentak pria berjubah.
Zeke yang memutuskan untuk kembali, menolak untuk bertarung melawannya. Entah dari mana sosok pria berjubah itu datang, walaupun pria berjubah itu mengetahui perbedaan kekuatannya bak bumi dan langit ia tetap gentar untuk membalaskan dendam rasnya.
Melihat sosok pria berjubah yang keras kepala, Zeke memutuskan untuk meladeninya.
"Aku ikuti permainanmu" Zeke berhenti dan sekilas ribuan pilar itu menghujani tubuh Zeke.
Akan tetapi, perbandingan kekuatan yang sangat jauh membuat sosok pria berjubah itu terkejut melihat Zeke yang tak terluka sedikitpun.
"A-apa!?" Ucap pria berjubah.
Tanpa berkata sepatah katapun, Zeke mengarahkan tangannya dan puluhan pedang hitam berukuran raksaksa menghujani pria berjubah itu, seketika mengalahkannya.
"Aku tahu kalau kau itu kuat, tetapi diriku jauh lebih dari kata kuat".
Setelah mengucapkan sepatah kalimat, Zeke pergi kembali kedunianya.
"Oi bocah!" Bentak seseorang yang tak asing bagi Zeke.
Eh? Siapa?" Ucap Zeke sembari mengusap salah satu matanya.
Zeke memiliki kebiasaan tidur di jam istirahatnya, selamg beberapa waktu Zeke diganggu oleh sosok kakak kelas yang biasa mengganggu adik kelasnya.
"Jangan melantur bocah!" Acuh teriak Kakak kelas pengganggu itu.
Sekelompok pereman sekolahan itu mengerumuni Zeke, teman sekelasnya yang takut hanya bisa berpura-pura tak melihat Zeke.
"Ah apa aku berbuat salah? Kalau begitu aku minta maaf" Zeke berdiri dan menundulkan kepalanya, berharap mendapat ampun dari kelompok pereman sekolah itu.
"Hahaha! Bajingan cilik ini pintar memohon ya!" Ucap salah satu pereman sekolah.
"Bawa dia ke belakang sekolah!"
Zeke diseret paksa oleh preman sekolah itu. Tak ada satu orangpun yang berusaha menolong atau melaporkan kepada guru, bak segerombolan kancil yang melihat kawananya dimangsa kelompok serigala.
"Ugh!" Zeke dilempar jatuh oleh salah satu dari mereka.
"A-apa salahku kak?" Ucap Zeke.
"Gara-gara kau, pacarku meninggalkan aku, belum lagi kau yang keluarga kaya seenaknya mempermainkan orang-orang miskin seperti kita dengan belagak ramah di depan orang-orang!"
Zeke merupakan orang kaya di sekolahnya, keluarganya mengumbangkan dana terbanyak dan tentu saja banyak yang iri kepadanya. Dari pihak guru, wanita dan beberapa irang menyukai Zeke karena kebaikan dan keramahannya, akan tetapi tidak untuk kelompok preman sekolah itu.
Dari kejauhan berlari sesosok pria berbadan tinggi mencoba menolong Zeke.
"Berhenti!"
Hanya dengan satu kalimat sekelompok preman yang ganas seketika terhenti.
"Eh? Siapa lagi dia" celetuk Zeke.
"D-dias! K-kam-mi cuma sedang main-main kok ehehe"
"Ini peringatan yang terakhir kalinya, pergilah!" Bentak Dias.
"Terimakasih Dias, perkenalkan namaku Zeke" sapa hangat Zeke.
"Hai Zeke! Namaku Dias, salam kenal juga yah! Maafkan mereka yah terkadang mereka memang seperti itu … kau tidak apa-apa?"Aku baik-baik saja Dias"
Akhirnya Dias dan Zeke kembali ke kelas mereka masing-masing, dan mengikuti pelajaran sampai selesai.
"Argh sial! Gara-gara Dias kita tak jadi membully si anak kaya itu"
"Kalau begitu setelah pulang sekolah kita hadang dan habisi saja dia, kebetulan Dias ada club karate hari ini"
Keberuntung Zeke hanya sementara, kali ini dia akan benar-benar menghadapi kesialan yahg sesungguhnya. Dan benar saja, preman sekolah itu langsung menghadang Zeke dan menyeretnya lagi ketempat yang lebih sepi.
"Ghaaak!"
Kali ini Zeke dilempar sangat keras ke pojokan tembok belakang sekolah. Tak hanya sampai disitu, beberapa preman itu membawa tongkat kayu.
"Kali ini kau akan mati bangsat!"
"Mati? Kau bilang mati? Ghahahahaha!"
Melihat hal yang tak wajar, sekelompok preman itu diam membisu. Raut wajah, dan tatapan Zeke berubah seketika.
"A-apa apaan bocah ini?" Celetuk salah satu preman sekolaah"
"Yang beruntung itu kalian dasar sampah, kalau saja tak ada Dias kematian kalian tak perlu ditunda lagi".
"Ngomong apa si anak bodoh ini, hajar saja dia sampai mati!"
Betapa mengejutkannya, Zeke terbangun di tengah tumpukan mayat yang berserakan. Tak ingat hal apapun yang telah terjadi, Zeke bergegas pergi meninggalkan mayat-mayat yang tergeletak disana.
"Hoeek!" Zeke yang tak tahan melihat mayat-mayat yang berserakan memuntahkan isi dalam perutnya.
Dengan wajah pucat dan lemas, Zeke bergegas kembali ke rumahnya.