Chereads / Duke Zeke / Chapter 4 - Awal pertemuan

Chapter 4 - Awal pertemuan

Suasana sunyi memenuhi seisi ruangan yang redup, perkumpulan organisasi 7 pendosa sedang berlangsung. Para anggota 7 pendosa terdiri dari orang-orang kuat bawahan G.Duke Golthana, masing-masing dari mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan tugas yang berbeda-beda.

"Baiklah Envy ... laporkan hasil ciptaanmu" Tegas G.Duke Golthana.

"Ayah, penelitian kami sudah mencapai 90%. Manusia modifikasi yang kami ciptakan Zenon-X01 dengan kemampuan regenerasi dan super human" Envy berdiri dari tempat duduknya dan mulai mempresentasikan ciptaanya.

"Regenerasi dan super human?" G.Duke Golthana yang mulai tertarik dengan ciptaan Envy menyeringai dengan senyuman sinis.

"Dengan kemampuan pemulihan dari kerusakan fisik dan kekuatan fisik diatas rata-rata manusia, daya tarung ciptaanku akan mempermudah peperangan " jelas Envy.

"Lalu setelah manusia modifikasimu selesai kau akan segera menjualnya?" Potong G.Duke Golthana dan meletakkan salah satu telapak tanganya untuk menyangga kepalanya.

"Tentu saja, lalu aku akan membuat clouning Zenon-X01 sebanyak mungkin untuk dijadikan senjata militer biologis dan dijual ke beberapa negara, dan saat itu tugas kita akan berjalan lebih mudah".

Mendengar penjelasan Envy semua anggota 7 pendosa merasa setuju dengan idenya, berkat Envy anggota 7 pendosa merasa tugasnya akan menjadi lebih ringan.

Di malam yang sama, Zeke dan Lee menyusup ke markas Envy. Berdasarkan informasi yang Lee dapat, markas Envy ada di tengah hutan di pulau terpencil ... bukan hal yang sulit untuk seorang Zeke menuju markas Envy.

"Lee apakah itu markas Envy?"

"Iya Tuan Zeke, karena pulau ini milik Envy hampir 70% pulau ini adalah markasnya ... jadi tak heran jika tempat ini begitu luas"

"Tempat yang luas, penjagaan yang ketat, dan jumlah ruangan yang banyak ... haah bagaimana caranya bisa menemukan Zenon" Zeke yang kebingungan hanya bisa menghela nafas sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Suasana pulau yang sepi, suara desisan dedaunan dan  lolongan hewan liar di malam hari terdengar jelas. Zeke yang terus terdiam fokus mencari ide dan pada akhrinya mendapatkan pencerahan.

"Lee apa kau pernah dengar cerita tentang Zombie?" Tanya tiba-tiba Zeke.

"Tak begitu detail Tuan, memangnya ada apa dengan Zombie?" Lee hanya menatap bingun Zeke.

"Di berbagai versi cerita Zombie, mereka dapat dengan cepatnya mengacaukan sebuah tempat, kota, bahkan sebuah negara karena kengerian para Zombie ... tentunya akupun akan dengan mudah mendapat informasi keberadaan Zenon dan hal yang kita butuhkan lainnya, dengan kemampuan baruku akan ku buat mereka memberikan semua informasi yang aku butuhkan ... sekali dayung dua pulau terlewati"

"Lalu apakah Tuan akan membunuh mereka semua?"

"Ah aku tak sekejam yang kau kira Lee, insiden yang telah lau anggap saja kecelakaan". Senyum ramah Zeke sambil merangkul Lee.

Zeke dan Lee bergegas mendekati markas Envy, di depan gerbang utama markas Envy berdiri dua penjaga  dengan persenjataan lengkap. Tanpa ragu sedikitpun Zeke tetap melangkah maju. Kedua penjaga yang terkejut, reflek menodongkan senjatanya.

"Permisi selamat malam pak !!" Sapa ramah Zeke dengan tangan kanan melambai santainya.

"Siapa kalian!! Berhenti !!" Menodongkan senjata kearah Zeke dan Lee. Lee yang hanya mengikuti rencana Zeke hanya mengangkat tangan tanpa berbicara apapun.

"Apa disini ada Zenon?" Tanya Zeke dengan senyuman manis. Lee yang tak tahu harus merespon ikut tersenyum.

Melihat respon santai Zeke dan Lee, kedua penjaga tersebut semakin takut.

Zeke terpaksa menggunakan kemampuannya, Art of darkness : command. Kedua penjaga tadi diam tak berkutik, Zeke memerintahkan mereka berdua untuk menggigit sesama rekannya dan setiap rekan yang tergigit akan saling menggigit yang lainnya. Kemampuan Zeke tidak hanya memerintahkan dengan kalimat yang simple tapi juga bisa digunakan untuk penularan semacam penyakit sesuai perintah Zeke.

Kedua wajah penjaga itu mulai pucat, bagaikan mayat hidup yang akan haus darah. Segera setelah perintah Zeke diberikan, kedua penjaga itu berlari kedalam diikuti Zeke dan Lee.

"Lee kita berpencar disini !" Lee dan Zeke berpisah di persimpangan awal ruangan yang mereka masuki.

Tak disangka markas yang mereka susupi adalah laboratorium yang besar. Kedua penjaga tadi mulai mengigit sesama rekannya dan penjaga lainnya yang terkejut melihat rekannya menerkam mereka mulai saling menembaki satu sama lain, ada yang lari terbirit-birit dan ada juga yang bersembunyi walau pada akhirnya tertangkap. Hanya dalam kurun waktu 1 jam tempat itu menjadi  lautan mayat-mayat, seperti sampah yang berceceran dimana-mana. Tiba-tiba sosok siluet muncul dari sebuah ruangan

"Sial kenapa anak buahku menjadi seperti ini"Zenon hanya berjalan sembari menyingkirkan para Zombie-zombie tanpa menyadari keberadaan Zeke.

Melihat Zenon tanpa luka sedikitpun, Zeke mulai curiga kepada Zenon bahwa dia bukan sekedar manusia biasa, terlebih lagi Zeke tak dapat merasakan Art dari dirinya.

"Waah ... dapat bertahan tanpa luka sedikitpun ya, aku yakin kau bukan manusia biasa kan? Zenon" tatap Zeke tajam.

"Siapa kau? Dan apa kau yang melakukan semua ini huh!!" Menunjuk Zeke.

"Apa kau masih mengingat gadis bernama Lia yang kau permainkan beberapa hari yang lalu?" Zeke berjalan mendekati Zenon tanpa gentar, melewati tunpukan mayat-mayat yang tergeletak berceceran.

"Mana aku ingat bodoh ! Wanita hanya subjek untuk dimanfaatkan dan untuk bersenang-senang saja ... tunggu sebentar sepertinya aku ingat ! Gadis bernama Lia katamu? dia gadis yang sangat nikmat ! ... hahaha tubuh yang pol-"

"Art of darkness : Unholy black sword"

Perkataan Zenon terpotong saat puluhan pedang salib besar berwarna hitam menancap ke semua tubuhnya, Tubuh Zenon seketika bermandikan darah.

"Ugh !" Darah Zenon tak berhenti setetespun, Zeke berjalan semakin dekat menuju Zenon.

"Siapa yang mengijinkanmu untuk menjelaskan hal yang konyol huh?"

Akan tetapi, Zeke yang mengira telah menang terkejut ketika tubuh Zenon pulih sangat cepat dengan pedang besar yang masih menancap di tubuhnya. Zenon yang tak dapat bergerak sesuai keinginanya memutuskan untuk meningkatkan fisiknya. Otot-otot dan daging yang mulai bermunculan melapisi setiap tubuh Zenon membuat ukuran Zenon menjadi sangat besar.

"Aarrgh !! Akan kubunuh kau tikus kecil !!" Zenon berusaha mencabut pedan salib yang menancap pada tubuhnya, walaupun tubuhnya berlubang dia berhasil melepasnya. Kembali, tubuh Zenon pulih dengan cepat.

"Aku merasakan ada yang berbeda dari dirimu Zenon, aku yakin kau manusia bukan?" Mata Zeke tak berpaling sedetikpun kepada Zenon, Zeke mulai curiga kepadanya akan tubuhnya yang terus memulihkan diri. Malahan tubuh Zenon semakin membesar menjadi raksaksa berukuran 6 meter dengan badan penuh otot yang kekar.

Pada awalnya Zeke memang terkejut dengan Zenon, tetapi dia harus menuntaskan apa yang Zeke awali.

"Kalau tebakanku benar kau adalah manusia modifikasi bukan?" Tegas Zeke menunjuk Zenon tanpa takut sedikitpun.

"Jadi kau pengguna Art yah ... aku harus merasakan penderitaan seperti ini sampai Tuan agung membuka segel Art ku, sial aku tak tahu sekarang aku manusia atau bukan. Tak peduli jalan apapun yang akan aku tempuh aku harus mendapatkan Art seperti sewajarnya manusia yang sebenarnya !"

Dengan wajah serius Zeke mulai menyimpulkan dan mencocokan data dari buku ayahnya yang ia dapatkan. Zeke pun bertanya-tanya soal perkataan Zenon tentang "Tuan agung", siapa sosok dibalik semua ini.

"Jadi buku sialan itu bukan hanya dongeng belaka yah, aku harus benar-benar menyelidiki semua ini dan mengembalikan kejayaan manusia" seringai Zeke tanpa mempedulikan ucapan Zenon. Zenon yang merasa terabaikan mengepalkan tangannya dan melancarkan serangan besar kearah Zeke dengan cepat. Suara gemuruh akan pukulan Zenon membuat seisi ruangan terguncang, atap yang mulai runtuh akibat serangannya. Debu yang menutupi pandangan Zenon membuat dirinya yakin kalau Zeke telah berhasil dikalahkan.

"Oi oi oi .... bisa tidak sabar sedikit ? Seharusnya aku yang harus menghajarmu soal kak Lia bukan?"

Zenon terkejut bukan main, serangan yang ia lancarkan di tahan hanya dengan satu tangan. Zenon yang merasa terancam kembali mundur secepatnya, dan bersiap untuk melancarkan serangan lainnya. Namun perbandingan kekuatan Zenon dan Zeke terlihat sangat jelas, manusia sejati dengan kekuatan Art melawan manusia modifikasi.

"Sebaiknya aku akhiri secepatnya, maaf lama menunggu Zenon dan selamat tinggal"

Zeke mulai merapal Art of darkness miliknya, Zenon yang sadar akan hal tersebut berusaha menghentikannya akan tetapi-

"Art of darkness : Unholy sacrifice"

Seketika muncul lingkaran sihir yang besar mengelilingi area sekitar Zenon, tubuh Zenon tak dapat digerakan dan perlahan dari lingkaran itu keluar ledakan berwarna hitam. Hanya dalam sekejap kekuatan Zeke menghancurkan apapun disekitarnya. Ledakan dari Art milik Zeke membuat guncangan yang amat sangat besar, Zeke berhasil mengalahkan Zenon dengan telak. Unholy sacrifice adalah kemampuan memanipulasi kegelapan dari dunia bawah dan menghancurkan area sekitarnya hingga meleburkan apapun termasuk jiwa-jiwa yang ada di sekitarnya. Setelah ledakan berlalu terdengar suara langkah kaki dari balik tebalnya asap.

"Wah ... wah lihat siapa yang datang dan mengacau lab ku" seorang kakek dengan badan kekar yang berjalan mendekati Zeke tanpa ragu. Berdiri tepat di depan Zeke, tanpa menyadari siapa Zeke.

"Oh apakah kakek tersesat?" Tanya Zeke.

"Siapa kau bocah? Apa kau yang mengalahkan Zenon dan merusak lab ku?"

"Entahlah kek, mau coba?" Jawab sinis Zeke.

"Hahahaha !!! Perkenalkan, namaku Envy ... anggota 7 pendosa, siapa kau bocah?" Envy berdiri tepat di depan Zeke.

Suasana semakin menegang, aura dari kedua pihak sama-sama kuatnya.

"Namaku Zeke" menatap ke atas karena tinggi Envy dua kali dari Zeke.

Hanya sekejap Envy memukul Zeke hingga terpental jauh. Zeke sangat terkejut, walaupun berhasil menahan serangan Envy ... begitu juga dengan Envy terkjetu dengan Zeke yang masih hidup setelah mendapat serangan kejut miliknya. Zeke menyadari bahwa dia tak dapat membaca pikiran Envy, kekuatan pembaca isi pikiran hanya berlaku untuk orang yang tak memiliki Art, pikir Zeke.

"Wahahaha luar biasa bocah !!"Envy tertawa dengan girangnya, menyadari bahwa Zeke pantas untuk menjadi lawan Envy.

Zeke yang tak mau kalahpun berusaha menyerang balas. Baginya serangan kecil tak akan berdampak kepada Envy.

"Art of darkness : Unholy black sword"

Puluhan pedang salib besar menghujani Envy tanpa berhenti sedetikpun, Zeke meningkatkan Art miliknya untuk menjatuhkan Envy. Akan tetapi anggota 7 pendosa tak dapat dikalahkan dengan mudah hanya dengan serangan milik Zeke sekarang.

Selang beberapa menit, asap debu memenuhi tempat pertempuran mereka ... Zeke merasa tak yakin dengan serangannya.

"Hei bocah ... apa kau sedang bermain-main ? Kekuatanmu yang segini tak cukup untuk meninggalkan goresan sedikitpun ditubuhku ini".

Tubuh Envy diselimuti lapisan tulang, pedang yang Zeke arahkan ke Envypun tak meninggalkan goresan di tubuhnya. Baru pertama kali Zeke merasa kewalahan melawan seseorang, Envy dengan santainya hanya berdiri diam.

"Art of bone : Great Armor"

Envy mampu memanipulasi tulang miliknya dengan sesuka hati, dan tentu saja ... tulang milik Envy jauh lebih keras dari pada besi. "Great Armor" baju zirah berbahan tulang yang menyelimuti semua badan Envy, pertahanan terkuat dari ras Titan. Bahkan ukuran Envy meningkat dari sebelumnya, sosok sang Titan dengan pertahanan terkuat dari semua ras yang ada.

"Seharusnya kau bangga pada dirimu karena dapat membuatku menunjukan sosok ras Titan, aku Envy adalah ras Titan terkuat yang masih hidup sampai sekarang ... yah walaupun kau mirip dengan Ayah tetapi kau masih jauh dibawahnya"

Zeke berusaha fokus untuk mengalahkan Envy tanpa menghiraukan perkataan Envy. Pedang salib milik Zeke menghujani Envy lagi walaupun tak berpengaruh sedikitpun. Zeke menyerang bukan untuk melukai Envy, melainkan untuk mencari celah dari zirah milik Envy. Hujan pedang yang tak kunjung henti membuat Envy semakin geram, tiba-tiba Envy menaruh kaki kanannya dibelakangnya seperti memposisikan untuk berlari. Walaupun zirah Envy sangat keras tak berarti beban dari zirahnya besar.

Dalam sekejap mata, Envy meluncur cepat ke arah Zeke. Zeke yang tak berpengalaman bertempur dengan seseorang yang jauh lebih kuat darinya membuat Zeke kewalahan.

Pukulan Envy sekali lagi mengenai badan Zeke, tanah disekitar Zeke hancur dibarengi dengan Zeke yang terpental sangat jauh keatas.

"Ah sial aku terlalu bersemangat, aku harap bocah itu masih hidup" Envy tak puas dengan hasil pertarungan ini berjalan mengejar Zeke.

Zeke yang sadar akan kondisi saat ini hanya bisa pasrah tergeletan di tanah, suara gemuruh langkah kaki sang raksaksa berukuran 10 meter terdengar jelas dari kejauhan. Hanya dalam beberapa menit Envy tiba di depan Zeke. Melihat Zeke yang masih tersadar, Envy mencengkeram tubuh Zeke dan mengangkatnya, lalu dari lengan berlawanan Envy muncul kapak tulang yang siap menggorok leher Zeke.

"Walaupun kau sudah tua kekuatanmu tak bisa diremehkan ya kek"Senyum tenang Zeke.

"Tersenyumlah selagi bisa dan bersiaplah untuk mati" perlahan Envy mengarahkan kapak dilenganya, bersiap untuk memotong.

Suara gemuruh tanah terdengar cukup keras, Envy terkejut dan melihat sekitar. Pohon, tanah, bebatuan, bahkan markas dan pulau milik Envy berubah menjadi hitam pekat. Perlahan pulau tersebut tenggelam ditarik oleh ribuan tangan dari bawah, Zeke yang semula berada di genggaman Envy sudah tidak ada lagi.

"Apa!? Envy yang tak sempat menyadari kondisinya perahan mulai tertelan oleh kegelapan.

Tubuhnya ditarik paksa oleh tangan-tangan yang berdatangan dari bawah.

Dari ketinggian, helikopter curian Lee tepat membawa Zeke pergi dari pulau yang perlahan tertelan kegelapan. Dari pertarungan Zeke melawan Envy sudah ditentukan sejak awal oleh Zeke, dia menyadari kemampuannya belum cukup untuk mengalahkan Envy jika hanya bermain-main saja. Setelah Zeke menghujani Envy dengan Unholy black swordnya, Zeke menghubungi Lee untuk menjemputnya di posisi yang Zeke kirim. Tepat setelah Lee tiba ditempat, Zeke memposisikan dirinya untuk mendapat pukulan dari Envy. Bukan hanya Art milik Zeke yang kuat, tubuh Zeke pun tak kalah kuatnya. Zeke menduga zirah Envy pasti dapat bergerak dengan bebas walaupun terlihat berat, dan tepat sesuai dugaan Zeke ... iapun diserang oleh Envy dengan kecepatan dan kekuatan besar yang membuat Zeke terpental jauh. Zeke menggunakan kesempatan itu untuk mempersempit jarak titik jemput Zeke. Bukan hanya itu saja, sedetik sebelum Zeke mendapat serangan dari Envy ia menggunakan "Art of darkness : Void" walaupun ilusi palsu tak dapat bertahan lama itu cukup untuk mengelabui Envy.

"Bagus Lee kau tepat waktu ... sekarang akan aku akhiri semuanya ! Art of darkness : Black hole". Pulau yang mulai termakan kegelapan dan tangan-tangan yang bermunculan untuk menarik apapun kedua bawah, kegelapan abadi.

Envy menatap bulan yang mulai terlahap awan, seperti halnya Envy yang terlahap kegelapan. Direnggangkan salah satu telapak tanganya berusaha menggapai bulan, kematian tak semengerikan yang dibayangkan Envy.

"Ternyata dia memang mirip dengan Ayah, sial .... aku kalah".

Sosok raksaksa terlihat dari kejauhan yang perlahan tertelan kekuatan Zeke beserta pulau dan isinya. Entah apa alasan Envy pasrah ataukah memang kekuatan Zeke yang terlalu besar untuk dilawan.