"Tumben telat," Sung jae won tiba-tiba membuka percakapan, yang sedari tadi diam mematung di bangku nya.
"Iya," jawabku simple sambil terus menulis.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak ada apa-apa."
"Benarkah?"
"Ya."
"Ada apa dengan seragam mu?"
"Kotor."
"Kok bisa kotor?"
"Aku terjatuh."
"Lalu ada apa dengan aroma tubuh mu?"
"Hey, Sung jae won, kau mengintrogasiku?" Karena merasa tak nyaman dengan pertanyaan nya yang bertubi-tubi, akupun mulai kesal.
"Sebagai ketua kelas aku harus tau, aroma tubuh mu sangat tidak nyaman di Indra penciumanku, apa kau tidak mandi?"
"Aiiishhh kau benar-benar, tapi benarkah sebau itu? Padahal aku sudah mencuci nya ber ulang-ulang tadi," sambil menciumi aroma tubuhku sendiri.
"Apa yang sebenar nya terjadi,?" Tanya nya lagi.
"Yang terjadi, tadi aku jatuh ke selokan,"
"Aku tidak percaya,"
"Itu urusanmu!" kataku kesal sambil menutup buku dan bergegas mengambil bekal ku di dalam tas, untuk makan siang.
"Kau tidak makan siang?" Kataku.
"Tidak,"
"Okelah, aku akan makan," Kubuka kotak makananku, tak lupa berdoa sebelum menyantapnya.
Aku merasa tak enak, saat dia terus memperhatikan ku saat makan.
"Hey, apa yang kau lakukan, kau lapar?" Dia hanya tersenyum, akhirnya ku tawari dia untuk makan bergabung dengan ku.
"Jika kamu tidak keberatan, ini makan lah, aku juga tidak akan habis bila di makan sendirian," Tawarku, dan tak ku sangka, dia menerima tawaranku, dan langsung melahap makanan yang Ibu masak itu. dia orang kaya, dia juga termasuk siswa yang angkuh, dan tergolong geng tukang bulli itu, tapi kenapa dia mau makan bekal ku yang sederhana ini? Apakah mungkin ia berbeda dengan mereka?
"Enak,?" Tanyaku, dan dia hanya mengangguk.
"Habiskan saja, aku juga sudah kenyang."
________________
Hari berganti hari, dan tanpa lelah mereka, Yoon Inna, Park Jihoon Sunbae, Joo Sarang Sunbae terus saja menggangguku di sekolah. Namun, aku diam saja, aku masih ingat dengan kata-kata Kak Bora, jika ingin lulus dari sekolah ini, lebih baik aku diam, aku tidak ingin mengecewakan Ibu, jika aku harus di tendang dari sekolah ini, akhir nya sekarang aku mengerti apa yang di katakan Kak Bora, aku tau bagaimana di posisi kak Bora saat itu, sekolah bagaikan neraka bagiku, tidak seperti dulu lagi, dulu setiap mau pergi ke sekolah aku selalu bersemangat, tapi sekarang malah sebalik nya.
Pagi ini, sesampainya di sekolah, aku langsung di bawa ke gudang oleh mereka. disana, aku di rundung habis-habisan. melawan hanya akan membuat situasi semakin sulit. Melapor? percuma meskipun aku melapor, pihak sekolah pasti akan membalikkan fakta, karena mereka adalah anak-anak dari pemegang saham sekolah ini.
"Cepat kerjaan PR ku," perintah Inna padaku, dan akupun menurutinya.
"Bagus, awas jika sampai ada yang salah, mati kamu," kata Inna sambil mendorong-dorong kepalaku dengan telunjuk jarinya.
"Dan satu lagi, jika kamu mengadu pada kakakku, atau yang lain nya kalo aku merundung mu, maka kamu akan tau apa akibatnya kan," Lanjutnya mengancam.
Mereka keluar dari gudang, dan tak ku sangka ternyata mereka mengunci gudang itu dari luar, akupun bolos dan tak dapat mengikuti mata pelajaran, aku menangis, benar-benar seperti ada di neraka, Ibuuu tolong aku, hanya ibu yang ku ingat di saat-saat seperti ini.
________________
Yoon Seok Hoon pov*
Seperti biasa, aku selalu menunggu gadis itu setiap pulang sekolah, walaupun dia tidak melihatku, setidak nya aku melihat nya masuk bus dan memastikan dia pulang dengan selamat. Namun, sore ini, dia tak kunjung terlihat, sampai semua siswa siswi tak terlihat lagi, dan bus terakhir juga sudah tiada, kemana dia, padahal tadi pagi aku melihat nya berangkat ke sekolah, aku yakin dia masih ada di sekitar sini, apa dia di rundung lagi oleh mereka?, tapi tadi sepertinya aku melihat Inna sudah pulang. karena perasaan ini mulai tidak enak, akupun kembali dan mencarinya di sekeliling sekolah, disana aku bertemu dengan petugas penjaga sekolah.
"Yoon Seok Hoon, kenapa belum pulang?" Tanya nya padaku.
"Aku mencari sesuatu, bisa saya melihat CCTV hari ini,?" Pintaku.
"Sebenar nya itu melanggar peraturan sekolah, tapi karna kamu yang meminta, akan bapak izinin, asal jangan kasih tau siapapun ya," akupun menyetujuinya. Dia mengantarku, dan akupun memeriksa semua CCTV, hingga aku menemukan apa yang aku cari, ternyata benar, ini semua perbuatan Inna, dan yang lebih membuatku marah, Park Jihoon sahabat ku juga ikut-ikutan dalam hal itu.
"Pak, boleh saya minta kunci gudang?"
"Boleh, sebentar saya ambilkan."
Setelah mendapat kunci gudang, akupun berlari menuju gudang, aku membuka pintu itu dan disana aku melihat Song Mina duduk sambil memeluk lutut nya yang ia tekuk. wajah nya ia tenggelamkan pada kedua bongkahan pahanya.
"Song Mina," Panggilku, dan itu membuatnya mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku.
"Seok Hoon Sunbae," kata nya dengan suara lemas, sembari memaksa untuk tersenyum, akupun membantunya berdiri, mungkin dia kehabisan nafas karna syok terkunci seharian di gudang, tanpa basa-basi, akupun membawanya keluar gudang, mengajak nya ke atap sekolah, karena di sana udara nya sangat segar. Hari mulai petang, kami duduk mematung di sana, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami, hingga akhirnya terdengar ia membuka percakapan di tengah-tengah kesunyian.
"Terima kasih, Sunbaenim," aku hanya mengangguk, dan suasana sunyi kembali.
"Seok Hoon Sunbae," Dia memanggil sambil menyodorkan sebuah roti
"Anggap saja ini sebagai tanda terima kasihku, hanya ini yang aku punya," Lanjut nya.
"Makanlah, kau pasti lapar terkunci seharian di gudang,"
"Aku punya dua," Dia mengeluarkan satu roti lagi, sambil tersenyum cantik, dan tanpa basa-basi akupun mengambil roti tadi, dan dia mulai menggigit roti yang lain.
"Hari ini, ibuku sibuk, jadi dia hanya membekaliku dua roti ini untuk makan siang, asal kakak tau, masakan ibuku sangat enak, andai tadi ibu membekaliku makanan masakan nya, aku yakin kau pasti akan suka," dia tersenyum ceria sambil terus mengunyah roti di mulut nya, seakan-akan tak ada masalah dalam hidup nya.
"Maka lain kali, kau harus mengajakku makan siang bersama,"
"Baiklah, besok siang, aku akan kesini, aku akan membalas kebaikanmu, aku akan minta pada ibu supaya dia memasak yang lebih istimewa besok," Aku hanya menanggapi nya dengan senyum tipis.
"Kau tidak memakan rotimu?" Lanjut nya, entah kenapa aku tidak tega memakan roti pemberian nya, aku ingin menyimpan nya saja, Namun aku juga penasaran dengan rasa nya.
"Boleh aku meminta punyamu?"
"Punyaku?" Dia terlihat bingung, tapi pada akhirnya dia memberikan roti yang kini telah tinggal sebagian karena sudah ia makan tadi.
"Karna kakak sudah menolongku, bolehlah, tapi tidak apa nih, makan bekas gigitanku?" Tanpa menjawab pertanyaan nya, akupun merampas roti di tangan nya yang kini tinggal setengah, dan rasa nya lumayan nikmat dengan ada nya coklat manis didalam nya.
"Bagaimana,?"
"Lumayan, dimana kau membelinya?"
"Itu buatan ibuku, ibuku penjual roti, jika kakak mau, aku akan membawakan nya lagi besok," Dia berbicara sambil tersenyum ceria, membuatku lupa akan amarah ku pada mereka yang mengganggunya.
"Tidak perlu, jika aku menginginkan nya, aku akan membeli darimu," Kataku.
"Ah begitu, Baiklah." Jawab nya.
"Ku rasa kau sangat beruntung memiliki ibu yang sangat menyayangimu, hidupmu pasti bahagia," Ucapku pada nya, yang berpikir ia sangat beruntung memiliki orang tua yang begitu baik padanya.
"Eeem tidak seperti itu, kehidupan tak akan semulus itu, hidupmu lebih bahagia dari pada aku, kakak punya segala nya dari kecil, tidak seperti aku, aku hanya punya ibu sejak kecil, ayahku meninggal karna kecelakaan, dan saat itulah ibu harus membanting tulang untuk mencari nafkah,"
"Aku memang punya segalanya, tapi aku tidak punya ibu,"
"ouh, maaf, aku tidak tau, maaf karena aku telah memamerkan ibuku," Kata nya penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa." Entah apa yang terjadi padaku, aku Yoon Seok Hoon yang terkenal dingin, cuek dan pendiam, tiba-tiba banyak bicara saat bersama gadis di sampingku ini, aku merasa nyaman, dan merasa jadi diriku sendiri saat bersama nya, dia gadis termanis yang pernah ku kenal, senyuman dan pandangan mata sayunya sangat alami dan polos.
Karena asik nya berbincang-bincang dengan nya, sampai kami lupa bahwa hari sudah semakin larut.
"Sepertinya aku harus pulang, ibuku pasti mencariku,"
"Aku akan mengantarmu,"
"Tidak perlu, aku bisa sendiri,"
"Selarut ini, sudahlah jangan menolak, aku akan mengantarmu,"
"Kalau begitu terima kasih untuk yang ke dua kalinya,"
Akupun mengantar nya pulang, dan aku berhenti saat sampai di 1000 anak tangga di myeongdong itu, aku memarkirkan motorku, dan berniat mengantarnya sampai rumah.
"Sudah sampai sini saja, aku bisa sendiri,"
"Aku antar sampai depan rumahmu,"
"Tidak, jangan!"
"Kenapa?"
"Aku tidak pernah membawa laki-laki ke rumah, ibuku akan marah," wajah nya terlihat panik, terlihat jelas jika dia ternyata benar-benar gadis polos yang belum pernah bermain atau berkencan dengan seorang laki-laki.
"Song Mina, Siapa dia?" Tiba-tiba ada seseorang mengagetkan kami, dan ternyata itu adalah ibu Song Mina.
"Ibu, dia temanku, Ah, bukan, dia menolongku tadi," aku tersenyum melihat gadis itu gelapan mencoba menjelaskan pada ibunya.
"Ajak lah dia kerumah, jelaskan sampai rumah saja,"
"Ah iya ibu," kamipun berjalan menaiki anak tangga yang lumayan melelahkan, jadi setiap hari Song Mina harus naik turun disini untuk ke sekolah.
"Minumlah, dan jelaskan, apa yang terjadi hingga kamu pulang selarut ini nak?" Kata ibu Mina sambil memberi kami minuman teh hangat dan beberapa camilan buatan nya.
"Tadi aku tidak sengaja terkunci di gudang saat ingin mengambil sesuatu, dan dia menolongku bu, dan mengantarku pulang juga," Mina menjelaskan pada ibunya, dan yang pasti ia berbohong jika ia tidak sengaja terkunci di gudang, karena yang sebenar nya ia dengan sengaja di kunci oleh mereka yang mengganggu nya selama ini.
"Oh begitu, terima kasih sudah menolong putri Bibi,"
"Iya Bi,"
"Kamu pemuda yang sangat tampan dan juga baik hati, sekali lagi terima kasih ya nak."
"Ibu, sunbae, aku tinggal sebentar," akupun mengangguk, dan Mina menuju kamar nya.
Beberapa menit kemudian, gadis itu keluar, dan sudah mengganti seragam nya dengan baju santai, dia memakai celana jeans sepanjang lutut nya, dan kaos berwarna pink, rambutnya ia ikat ke atas, menyisakan sedikit poni, dia terlihat sangat cantik dan imut. entah apa yang terjadi, hari ini dia berkali-kali membuat jantungku berhenti berdetak.
"Tante, ini sudah larut, saya pamit pulang,"
"Mina, antar dia sampai depan,"
"Baik bu,"
"Sering-seringlah berkunjung," kata ibu Mina padaku.
"Iya Bi." Akupun meng iyakan nya.
Kamipun keluar rumah, mina mengantarku sampai depan sana.
"Seok Hoon sunbae, sekali lagi terima kasih," Aku menanggapinya dengan anggukan.
"Aku pulang,"
"Iya, Hati-hati di jalan."
Kamipun berpisah.
Malam itu aku fikiranku di penuhi oleh bayangan gadis itu, dia benar-benar membuat hidupku berubah drastis, aku kehilangan diriku yang dulu.
Tanpa sadar, kini aku mulai tertarik, dan sepertinya kali ini, aku sungguh menyukai seorang gadis polos dan manis itu.
To Be Continued...