1 bulan berlalu...
Masih tetap sama, aku bersahabat dan semakin dekat dengan kak Bora, dia sangat baik padaku, akupun semakin menyukainya.
Seperti biasa, pagi-pagi sekali aku selalu berangkat sekolah berdua dengan nya, hari ini kami memilih berangkat ke sekolah jalan kaki, karna hari juga masih sangat pagi, berlari-lari kecil sambil bernyanyi, tertawa bersama.
"Mina_ah, apa impianmu,?" Tanya nya.
"Ingin menghasilkan banyak uang, supaya ibuku tidak lagi bersusah payah bekerja. impianku, membuat ibuku bahagia," jawabku mantap.
"Impian mu sungguh mulia,"
"Bagaimana denga kakak?"
"Aku_, aku ingin menjadi superhero," Sembari tertawa kecil.
"Superhero?"
"Iya, agar aku tak di rundung lagi, aku ingin balas dendam pada mereka,"
"Apa perlu aku menjadi superheromu? Aku akan patahkan semua tulang-tulan mereka," Candaku membuat nya tertawa.
"Kamu bisa aja hahahahaaaa,"
Akhir nya kami sampai di sekolah, dan kami berpisah menuju kelas masing-masing...
Sesampainya di kelas, tiba-tiba suara dari tim penyiaran terdengar di telinga seluruh siswa.
"Mohon perhatian nya, mohon nyalakan televisi di setiap kelas, kami akan menayangkan beberapa vidio dan beberapa gambar disana,"
Sung jae won selaku ketua kelas menghidupkan televisi, siswa-siswi berkumpul, penasaran dengan apa yang akan di siarkan.
Alangkah terkejutnya, di sana, di dalam vidio itu terlihat kak Bora sahabatku sedang minum alkohol dengan para Ahjussi (Om Om), disana kak Bora memakai pakaian sexy, dan beberapa foto menampakkan kak Bora sedang tidur dengan pria dewasa, ada pula dengan pria paruh baya.
Dan lebih terkejut nya lagi, di akhir penayangan itu, ada sebuah Vidio Kak Bora sedang di gilir oleh laki-laki yang telah di sensor wajah nya. Dan itu membuat dadaku semakin sesak.
Aku menutup mulutku, mataku berkaca-kaca, sungguh aku tak percaya dengan semua itu.
Ketua kelas Sung jae won, orang yang ikut merundung kak Bora mendekatiku.
"Dia benar-benar jalang bukan!" Katanya berbisik di telingaku sambil tersenyum miring.
Tanpa pikir panjang akupun berlari keluar kelas mencari kak Bora, aku yakin dia saat ini pasti sedang terpuruk, aku yakin semua itu tidak benar, ini hanya fitnah, akal-akalan mereka saja untuk menjatuhkan kak Bora.
Ku lihat disana kak Bora berjalan mengikuti kepala sekolah, akupun berlari ke arah nya, menghentikan langkah nya.
"Kak Bora, katakan, katakan semua ini tidak benar, kakak di fitnah kan,"
Kak Bora hanya diam mematung.
"Kak Bora katakan sesuatu,"
"Tenanglah Mina, aku harus ke kantor kepala sekolah, aku akan menemuimu nanti,"
"Tidak, katakan dulu, bahwa semua ini tidak benar, kakak hanya di jebak, jelaskan padaku" aku menangis histeris karena nya.
"MINA_AH, KENAPA AKU HARUS MENJELASKAN PADAMU, APA YANG HARUS KU JELASKAN KETIKA SEMUA ITU BENAR ADANYA," kak Bora berteriak dan akhir nya menangis.
Kak Bora kembali melangkah menuju ruang kepala sekolah, entah apa yang terjadi kakiku juga melangkah mengikuti nya, namun tiba-tiba seseorang menarik tanganku, ternyata dia adalah salah satu dari mereka yang merundung kak Bora, ku baca sebuah pin tanda nama di jas nya, ternyata nama nya Yoon Seok Hoon.
"Lepaskan," Kataku lemah dengan di iringi air mata yang mulai berjatuhan.
"Jangan ikut campur, jika kamu tak ingin bernasib sepertinya," Tegur nya.
"Apa pedulimu, kalian pasti menjebaknya,"
"Bukan kah dia sudah mengakuinya sendiri,"
"Tidak mungkin," aku menggeleng-gelengkan kepalaku, masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Karna syok aku hanya diam saat dia menarik tanganku, membawaku ke atap, tempat dimana tak ada satu orangpun disana.
Aku duduk di sebuah kursi yang terdapat disana, dia menyodorkan minuman dingin padaku.
"Maaf, aku tidak menerima minuman atau makanan dari orang asing," kataku menolak.
"Tapi kamu menerima tumpangan waktu itu,"
Aku hanya diam, tak dapat berkata apapun, karna yang dia katakan memang benar.
"Minumlah," lanjutnya.
"Tidak mau, bagaimana jika kau menaruh racun di dalam nya!" Kataku curiga.
Tanpa menjawab, dia membuka kaleng minuman itu dan meminum nya sendiri, aku yang merasa haus, tenggorakan terasa sangat kering akibat menangis terus menerus dari tadi, merampas minuman yang ada di tangan nya.
"Jangan menghabiskan nya, kau sudah memberikan ini padaku," kemudian kuminum, segar sekali rasanya
"Kau mau minuman bekas orang lain?"
"Apa kau ada penyakit menular?"
"Tidak!"
Aku menghabiskan minuman yg di berinya, aku teringat kembali dengan Kak Bora, aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, kak Bora orang yang sangat baik, tidak mungkin dia seperti itu.
"Hey, Seok Hoon Sunbaenim (Kakak kelas)" panggilku.
"Kau tau namaku?"
"Itu!" Sambil menunjuk pin nama di jas nya.
"Bisakah kalian berhenti membulli?" Lanjutku.
"Tidak bisa!" Katanya.
"Kenapa?"
"Itu hobi kami! Dan sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi kami."
"Apa kalian tidak takut pada Karma?"
"Tidak!"
"Aiiiishh kalian benar-benar psychopath gila,"
"Apa kau mau di bulli?" Tiba-tiba sorot mata tajam nya membuatku bergidik, dan ia mencengkram kedua bahuku
"Berhentilah bersikap sok jagoan jika tak ingin menjadi korban selanjutnya," lanjutnya, sambil terus menatapku dengan mata tajam itu.
"Kamu kira aku akan takut?" Kataku sok berani, yang sebenar nya ada rasa takut bersembunyi dalam diriku.
"Mungkin sekarang kau tidak takut, tapi nanti kau akan tau sendiri bagaimana rasanya,"
"Apa kau akan merundungku?"
"Itu tergantung sikapmu. Jika kau terus menentang kami, bisa jadi kau akan bernasib sama dengan gadis itu." Ancam nya membuat ku menelan ludah takut.
________________
Sepulang sekolah aku berkunjung ke rumah kak Bora, aku menanyakan semua nya, dan ingin tau apa yang sebenar nya terjadi.
Namun, Kak Bora tak mau menemaniku.
Berkali-kali aku berkunjung, dan berkali-kali kak Bora menolak untuk bertemu dengan ku, dia terus mengunci diri di dalam rumah nya.
Dengan perasaan kecewa dan sedih, akhir nya aku pun pulang, dan berniat menemui nya besok, aku tak akan putus asa, aku akan terus berusaha untuk bisa bicara dengan nya.
"Song Mina," Seseorang memanggilku, membuyarkan lamunan yang sedari tadi menghantuiku.
"Jae Won_ah," Ucapku ketika melihat siapa orang yang menyebut nama ku barusan.
"Hendak kemana?" Tanya nya sok akrab, padahal kami tidak sedekat itu.
"Aku menuju pulang!"
"Apa perlu ku panggilkan taxy?"
"Tidak perlu, rumahku dekat,"
"Oke!" Diapun menyuruh supir pribadinya untuk melajukan kembali mobil mewah nya.
_____________
Hari ini, aku sungguh sedih, aku berangkat sekolah seorang diri, kak Bora benar-benar di keluarkan dari sekolah, aku sungguh benar-benar tak punya teman sekarang, kak Bora seperti lenyap di telan bumi, aku mencari nya kemana-mana, dan tak menemukan nya dimana pun. Aku juga sempat ke rumahnya, kata tetangga nya dia sudah pindah, hatiku sangat sakit, dia benar-benar meninggalkanku.
Sesampainya di sekolah, tiba-tiba Yoon Inna, Park Jihoon dan Joo Sarang menyeretku ke belakang sekolah.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Aku sudah bilang, kau korban selanjutnya Song Mina," kata Yoon Inna sembari tersenyum miring.
"Kalian benar-benar psychopath gila ya,"
"Apa kau bilang?" Tiba-tiba kakak kelas Joo Sarang menampar wajahku, rasanya panas dan perih di ujung bibirku.
"Hey, Sarang Sunbaenim, apa yang kau lakukan?"
"Ini belum seberapa," Dia tersenyum devil.
"Sayang, kau tau kan apa yang harus kamu lakukan,?" Lanjut nya, ku rasa kak Sarang dan kak Jihoon berkencan, mereka sama-sama memanggil dengan panggilan sayang.
"Tentu sayang," tiba-tiba kak Jihoon menyiramku dengan air yang sangat bau busuk, ingin rasanya aku muntah, mereka menertawakanku dan pergi begitu saja.
Aku berlari menuju toilet, dan membersihkan diriku, setelah itu aku mengganti bajuku dengan kostim olah raga, aku kembali berlari menuju kelas karena takut akan terlambat.
Di tengah-tengah aku berlari menuju kelas karena buru-buru, tiba-tiba Seok Hoon Sunbaenim menarik ku kasar, dan mengunci tubuhku ke sebuah tembok, ia menatap ku dengan tatapan tajam, saat itu pula aku mulai gemetaran, takut dia melanjutkan perundungan yang mereka lakukan tadi padaku, karena dia juga termasuk geng dari mereka.
"Bukan kah aku sudah memperingatkan mu ?" Ucapnya dengan suara berat nya yang datar.
Mendengar kata-kata nya aku hanya terdiam mematung, mataku mulai berkaca-kaca karena ketakutan dengan kilatan mata tajam nya.
"Keluarlah dari sekolah ini, sebelum kami semakin parah menindasmu." Lanjut nya membuatku semakin ketakutan.
"Le_lepaskan aku, aku harus ke kelas," Aku berusaha lari dari nya, tapi tangan kekar nya kembali mendorongku ke tembok, lengan kokoh nya mengunci leherku erat, membuat ku sesak nafas.
"Keluarlah dari sekolah ini, hanya itu yang bisa menyelamatkan mu. Orang yang sudah menjadi target kami tidak akan bisa lepas begitu saja," Ancam nya lagi sambil terus menunduk menatap wajahku yang berada jauh di bawah nya, karena badan nya yang sangat tinggi.
"Sunbaenim, lepaskan aku, ini membuatku susah bernafas," Pintaku saat aku benar-benar kehabisan nafas. Dan ia pun segera melepasku.
Aku kembali berlari menuju kelas, disana guru sudah mulai mengajar, hari ini aku terlambat karena mereka.
"Maaf bu, saya terambat," Kataku dengan nafas yg memburu.
"Kamu terlambat, berdirilah di depan kelas sampai pelajaran saya selesai."
"Baik bu." akupun menuruti perintah guru.
Setelah kelas selasai, guru menghampiriku sedangkan siswa siswi yang lain berhamburan keluar kelas.
"Kenapa kamu memakai kostim? Dimana seragam mu?" Tanya guru kelasku Bu Yura
"Tadi saya jatuh bu, seragam saya kotor,"
"Tumben kamu terlambat, biasa nya kamu selalu datang lebih awal,"
"Iya, itu karna tadi saya terjatuh,"
"Apa perlu ibu antar ke UKS?"
"Ah tidak bu, saya tidak apa-apa,"
Setelah selesai di introgasi oleh Bu Yura, akupun masuk kelas, membuka buku, dan menyalin catatan yang ada di papan tulis.
To Be Continued...