Chereads / Heart of Freedom / Chapter 11 - An Agreement

Chapter 11 - An Agreement

Dengan penuh kekuatan, Jazz membentuk pedang qi yang besar dan memakai kuda kuda yang berbeda dari sebelumnya.

"Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti tadi"

Jun tersenyum setelah mendengar kata yang barusan diucapkan oleh Jazz. Jazz maju terlebih dahulu, baru diikuti Jun yang berperan sebagai support. Ketika monster itu melayangkan tinjunya, Jazz menahan tinju itu dengan pedang qi nya. Lalu Jun melompat di atas Jazz dan memukul monster itu tepat pada mukanya sehingga membuat monster itu tersentak ke belakang, dan ketika monster itu menutup mukanya karena kesakitan, Jazz kemudian menebas badan monster tersebut. Tanpa panjang lebar, monster itu sudah terkapar di tanah. Jun tak menyangka Jazz bisa meningkat sejauh itu dari sebelumnya.

"Inikah kekuatan Jazz sebenarnya?" ucap Jun dalam hati

Sepulangnya, mereka membawa mayat monster itu untuk diserahkan kepada pihak Zero.

"Hahaha, luar biasa. Kalian benar benar hebat, ini monster S kan kalau aku tidak salah" ujar Mec ketika dirinya melihat mayat monster yang dibawa mereka

"Terimakasih Pak atas pujian anda" ucap Jun malu malu

"Santai saja Jun, aku hanya mengapresiasi dirimu. Hei kalau tidak salah kau si 'Lone Wolf' itu kan?" tanya Mec sembari menunjuk Jazz

"Benar pak, namun aku sendiri tidak nyaman dijuluki seperti itu" balas Jazz

"Oh maaf maaf, hahaha" ujarnya sembari tertawa kecil

Selepas dari organisasi Zero, mereka berdua mengobrol terlebih dahulu di kafe favorit Jun

"Sebenarnya kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Jazz

"Agar kita lebih dekat hehe" jawab Jun tersenyum

"Tapi aku tak suka tempat ramai sialan" kesal Jazz

"Maka dari itu biasakan hei" ucap Jun kembali menanggapi

"Cih menyusahkan"

Mereka berdua saling mengobrol satu sama lain walaupun tidak ada satupun topik yang berbobot. Lagi lagi ini adalah pertama kalinya Jazz bercanda tawa bersama orang lain selain keluarganya. Bahkan Jazz itu sendiri tinggal hanya bersama kakak perempuannya. Kedua orangtuanya dibunuh oleh Monster dan hanya dia dan kakaknya yang selamat saat kejadian itu. Dan yang membuat dirinya menjadi semakin penyendiri dikarenakan Hunter yang mengasuh dirinya dan kakaknya juga terbunuh pada suatu kejadian. Dengan yang terjadi sekarang, hati Jazz kembali terbuka. Senyuman kembali terukir di wajahnya.

Keesokannya harinya ada seseorang yang mengetuk pintu rumah Jazz

"Sebentar, tunggu" ujar Jazz kepada seseorang itu

Ketika pintu dibuka, terlihat Jun yang sudah memakai tas besar dan membawa koper.

"Ada apa ini?" tanya Jazz kebingungan

"Hehe, aku ingin tinggal bersamamu, ini pertama kalinya aku punya teman dekat" jawab Jun tersenyum

"Baru kemarin aku mengenalmu, dan sekarang kau ingin tinggal disini? Aku menolak" ucap Jazz kembali dengan kesal

"Hmm, tagihan sewa rumahnya bagi 2, bagaimana?" balas Jun memberikan penawaran

"Nah kalo begitu aku mau, tapi kalau sampai kau mempersulit hidupku, kuusir kau" ucap Jazz kembali menanggapi

"Haha, tenang saja aku orang yang cukup bisa diandalkan kok"

Ketika sedang mengeluarkan semua barang yang Jun bawa, datang seorang perempuan cantik kearah mereka, tentu saja itu adalah kakaknya Jazz. Kakaknya sendiri bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Jazz, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya wanita tersebut kepada Jazz

"Hm, perkenalkan nama di-" jelas Jazz terpotong

"Saya adalah Jun, salam kenal" ucap Jun memotong perkataan Jazz

"TAK BISAKAH KAU DIAM DULU MULUT BEBEK!"

"BERANI BERANINYA KAU MENYEBUTKU MULUT BEBEK SIALAN!"

"Sudah sudah hihihi, kalau begitu salam kenal juga Jun, aku Nita, aku sedikit tercengang mengetahui bahwa adik manisku ini mempunyai teman" ucap Nita memperkenalkan diri

"Sudahlah kak, hentikan omonganmu itu" ucap Jazz sambil menutup mukanya

Nita dan Jun tertawa melihat muka Jazz yang terlihat kesal. Sedikit demi sedikit seiring berjalannya hari, mereka berdua mulai dapat memahami satu sama lain. Jazz juga sudah mempunyai hubungan yang baik dengan Mec disebabkan Mec yang selalu mengunjungi Jun yang sekarang berada di rumahnya.

Setiap misi yang diberikan oleh Zan selalu dikerjakan Jun bersama dengan bantuan Jazz. Sudah 2 bulan semenjak hari itu, semakin terkenal nama mereka berdua, semakin banyak misi yang datang. Hingga saat ini mereka berdua dijuluki "Twin Assasin". Ketika Jazz dan Jun datang ke kafe setelah lelah menjalankan misi seharian, mereka mendengar suara yang bising dari dalam hutan dan mencoba mendekati suara itu. Betapa terkejutnya mereka karena bertemu dengan Tao yang sedang menyerang membabi buta kepada banyak monster sekaligus.

"Kutanya sekali lagi pada kalian semua monster rendahan, dimana 'orang itu'? tanya Tao kepada beberapa monster yang dia sandera

"Kami berkata jujur, kami tak mengetahui letak 'orang itu', informasi seperti itu hanya diketahui oleh para petinggi" jawab mereka

"Kalau memang begitu, maka kalian benar benar tidak berguna" ucap Tao lalu membunuh mereka semua

"Tao!" teriak Jun

"Oh ternyata kau, bocah menyedihkan, ada apa?" Tao menoleh ke arah Jun

Jun kembali teringat tentang masa lalu Tao dan saat itu juga mereka bertiga berbincang mengenai topik tersebut. Kali ini Tao sudah dapat mengendalikan emosinya, walaupun dia tetap meneteskan air mata ketika membahas topik itu. Sebenarnya Tao ingin pensiun menjadi hunter setelah kematian 2 orang temannya, namun dia masih ingin membalaskan dendamnya kepada orang telah membunuh temannya, maka dari itu dia memutuskan hanya akan pensiun setelah membalaskan dendamnya. Jun dan Jazz pun mencoba mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Tao.

"Kalau memang itu keinginanmu, maka...kami akan membantumu" ucap Jun menawarkan bantuan

"HEY! SEENAKNYA SAJA KAU MENYEBUT KA-...ehem, iya kami akan membantumu" ucap Jazz yang juga mengerti dengan keadaan saat ini

"Aku tak mengerti apa yang kalian pikirkan terutama kau, Jun. Dari awal aku mengenalmu, kau memang selalu terlihat berbeda. Mau bagaimana lagi, jika memang itu kemauan kalian aku tidak bisa menolak, tapi jangan pernah menghalangiku." balas Tao menerima penawaran mereka berdua

Jazz terkagum dengan sikap Jun yang selalu peduli terhadap sesama

"Jun, apa kau memang selalu seperti ini kepada semua orang? Salut" ucapnya didalam hati

Jun dan Jazz semakin banyak menerima misi. Di setiap misinya, sebelum menghabisi suatu Monster, mereka berdua selalu menanyakan informasi yang Tao butuhkan. Hingga pada suatu hari, mereka diharuskan berhadapan kembali dengan monster tingkat A. Terlihat Jazz yang maju perlahan ke arah si Monster sendirian

"Jazz, jangan jangan....."

"Iya, aku sudah berlatih keras selama ini hanya untuk membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku yang sekarang berbeda dengan yang dulu, jadi biarkan aku mencobanya"

Jun hanya bisa menuruti perkataannya setelah melihat muka Jazz yang penuh dengan rasa percaya diri. Disaat itu juga, monster tersebut menerjang ke arah mereka berdua.

"Jun, mundur"

"Baik"

Lalu disaat monster itu sudah berada di depan mereka, Jun pergi ke belakang dan Jazz melompat menghindari monster itu sembari menebas memutari badan si monster hingga ke belakang. Darah terciprat dari badan si monster.

"Beruntung aku tidak membelah badanmu menjadi 2 dikarenakan kami masih ingin menanyakan sesuatu kepadamu"

"Latihan seperti apa yang sebenarnya kau lakukan, Jazz" ucap Jun didalam hatinya

"Hei, apa kau tahu suatu informasi yang berkaitan dengan orang yang bernama ******?" tanya Jazz

"Apa keuntunganku menjawab pertanyaanmu?" ucap monster tersebut kembali bertanya sembari menahan kesakitan

"Hmm, ya mungkin kau bisa hidup lebih panjang" gertak Jazz

"Baiklah, tapi sebelumnya kenapa kalian bisa tau bahwa orang itu berkaitan dengan kami, para monster?" tanya monster itu penasaran

"Kalau itu, kami mengetahuinya dari orang yang membutuhkan informasi ini" jawab Jun kepada monster itu

"Jadi kalian hanyalah perantara ya, kalau begitu aku akan memberi kalian sedikit informasi tentang dia"

Terlihat monster itu berbicara sambil menahan sakit yang berasal dari bekas tebasan Jazz.

"Orang yang kau sebut itu sekarang sedang berada di pusat kota para monster, Urio Kolosis dalam 1 minggu kedepan" ucap monster itu

Jun dan Jazz terkejut setelah mendengar kata Urio Kolosis. Urio Kolosis dulunya merupakan tempat bernama Laniakea. Namun sekitar 20 tahun yang lalu, Laniakea diserang dan diambil alih oleh para monster sehingga hingga saat ini tempat itu diberi nama "Urio Kolosis". Tidak ada satupun hunter yang berani kesana, selain karena di tempat itu hanya berisi monster, juga karena sudah dipastikan banyak monster tingkat S bahkan lebih. Datang kesana tanpa pasukan yang matang tidak lain hanyalah bunuh diri.

"Maaf, hanya segitu saja yang aku tahu" ucap monster tersebut meminta belas kasihan

"Tak apa apa, itu sudah lebih dari cukup, sekarang pergilah sebelum aku berubah pikiran dan membelahmu"

"Terimakasih atas informasi yang kau berikan" Jun menundukkan kepalanya berterimakasih

"Oi oi, cepatlah pergi, kau lelet sekali Jun"

"Jazz sialan kau, tunggu aku"

"Aku benar benar dibiarkan hidup! Ternyata masih ada hunter seperti mereka, terutama orang tadi, dia menundukkan kepalanya, benar benar aneh" ucap si monster didalam hatinya

Mereka berdua segera pergi menemui Tao, namun sebelumnya mereka menghubungi Tao terlebih dahulu

"KAU SERIUS KAN?!!"

"Mana mungkin aku berbohong Tao, tapi kita harus berdiskusi mengenai masalah ini dulu" ucap Jun menenangkan Tao

"Maafkan aku, tapi....Aku akan segera pergi membunuhnya"

Seketika itu Tao menutup teleponnya

"Cih dia memang tipe orang yang menyusahkan ya, jika dibiarkan dia akan mati karena tingkah bodohnya sendiri" kesal Jazz mendengar apa yang akan dilakukan Tao

"Kau benar Jazz, kita harus cepat mencarinya sebelum terlambat (lagi lagi kau lepas kendali ya Tao)" ucap Jun resah

Terlihat Tao yang sedang menyiapkan semua peralatannya termasuk motor tempurnya. Dia benar benar serius ingin membunuh orang itu. Saat Tao sudah berada di jalan, dia dihalangi oleh Jun dan Jazz.

"Fuih, sungguh keajaiban kami menemukanmu, mungkin ini memang takdir" ucap Jun sembari tersenyum lega

"Menyingkir dari hadapanku, JUN!" teriak Tao

"Pikirkan lagi Tao, jika kau pergi kesana, sama saja kau menyerahkan nyawamu, dan juga belum tentu informasi itu benar" jelas Jun

"Aku sudah tak mengerti arti nyawa bagi diriku sendiri, ketakutan akan kematian itu sudah menghilang sejak aku gagal membunuh dia dulu, rasa sesal ini tak pernah hilang dalam hatiku" ujar Tao kembali menjelaskan

"Jun sudahlah, dia tak akan pernah mendengar, memang perlu dengan cara kekerasan" gertak Jazz kepada Tao

"Apa kau sudah gila, yang berada di depan kita sekarang bukanlah orang biasa, dia adalah hunter tingkat atas" ucap Jun mengingatkan Jazz

"Hah? jadi kalian ingin melawanku ya? jika memang begitu, majulah, akan kuhadapi kalian berdua" ujar Tao mengancam mereka berdua

"Cih, kenapa kondisinya jadi seperti ini, kekuatan kami belum bisa mengimbanginya" Jun berkata dalam hatinya

"Jun" ucap Jazz

"Iya?" tanya Jun kebingungan

"Kau percaya padaku kan? Apa kau lupa aku menghabisi monster tingkat S dengan sangat cepat?" ujar Jazz meyakinkan Jun

"Aku percaya padamu tapi..." balas Jun dengan gugup

"Kalau begitu pergilah, beritahu Tuan Niko tentang ini, hanya dia yang bisa meredam Tao kan?" ucap Jazz kembali meyakinkan

"Tapi berjanjilah padaku, kau bisa bertahan" ucap Jun khawatir

"Hm, Jangankan bertahan, aku akan memenangi pertarungan ini"

"APA KALIAN SUDAH SELESAI BERBINCANG SIALAN!" teriak Tao pada mereka berdua

Jun berpikir sejenak tentang langkah apa yang akan dia ambil, dia tak mau salah langkah kembali. Pada akhirnya Jun memutuskan untuk menyerahkan Tao pada Jazz.

"Jazz, berjuanglah" ucap Jun dalam hati saat meninggalkan Jazz

Jun pun meninggalkan mereka berdua dan pergi untuk mencari Niko agar bisa menyelesaikan masalah ini.

"Bisa kita mulai sekarang, Lone Wolf"

"Iya, tapi sebelumnya julukanku bukan Lone Wolf lagi, aku adalah salah satu dari Twin Assasin"

"Boleh juga gayamu sialan, mari kita lihat, sehebat apa orang yang berusaha menghentikanku. Aku juga tidak akan menggunakan senjataku untuk melawanmu, mari kita bertarung tangan kosong"

"Ya lagipula aku tidak membawa senjata, tidak usah banyak bacot lagi, ayo kita mulai acara pribadi kita berdua"