Pertarungan masih berlanjut, terlihat Tao yang tidak menyangka bahwa sekarang Adriano bisa mengayunkan pedangnya dengan baik bahkan mampu membuat Tao cukup kesulitan, ditambah iblis yang mempunyai kekuatan ilusi, dia harus benar benar berkonsentrasi. Bertarung sembari membuat pelindung qu pada indra pendengaran bukanlah sesuatu yang mudah.
"Bagaimana Tao? Kepercayaan dirimu terlihat semakin memudar"
"Hebat juga kau, padahal kau dulu hanyalah bocah yang bisa merengek meminta bantuan Iblis Terkutuk"
"Hahaha, kau benar benar masih mengingatnya ya"
Tao dengan bakatnya yang bisa menembak tanpa meleset terus mencoba melancarkan pelurunya ke arah Adriano.
"Apakah aku harus menebasmu menjadi 2 bersama dengan iblis tak terlihat itu yang selalu menempel layaknya panu?"
"Silahkan, tapi itu tidak akan mungkin terjadi"
Tao menyatukan kedua pistolnya, dan menjadi sebuah pedang cyber. Tao sudah siap dengan kemampuan berpedangnya. Kecepatan Adriano sudah benar benar meningkat, dia bergerak layaknya bayangan. Tapi Tao tak selemah itu, setelah menunggu saat yang tepat, dia menghajar telak di wajah Adriano menggunakan qi yang sudah benar benar dipusatkan ke tangannya, namun Tao juga terpental karena terkena serangan dari Iblis Tak Terlihat yang menempel di badan Adriano.
"Sialan, hidungku patah sepertinya"
"Hihihi"
Melihat Adriano yang masih tersungkur, Tao dengan cepat maju berlari ke arah Adriano. Karena panik, Adriano menyuruh salah satu Iblis Terkutuk untuk mengaktifkan ilusi.
"Aku tidak akan jatuh di lubang yang sama, Adriano"
"Gawat, buka portal dimens-..."
Sebelum Adriano selesai bicara, Tao menghajarnya secara bertubi tubi. Tao terus menerus menghajar Adriano walaupun sebenarnya yang dia hajar adalah Iblis Terkutuk itu. Mungkin yang dia pukul adalah Iblis Terkutuknya, namun tekanan pukulannya masih terasa sampai ke tubuh Adriano. Sesaat Adriano menemukan kesempatan untuk menebas tangan Tao, ketika dia hendak menebasnya, betapa kagetnya dia bahwa Tao menangkap pedangnya, dengan bayaran tangan Tao yang mengucur darah.
"Bagaimana kau bisa menahannya dengan tangan kosong?!"
"Adriano...."
"H-huhh?"
"Aku tak akan menginkari kata kataku sendiri!!"
"Tidaaakk"
Dengan pedangnya, Tao memotong tangan buatan milik Adriano. Adriano menjerit kesakitan.
"P-pada..hal, aku baru saja memakai tangan baru ini, kau!!"
Terlihat juga Jun dan Jazz yang lumayan sibuk dengan para Iblis Liar. Mereka menjatuhkan satu per satu Iblis Liar dengan saling bekerja sama. Iblis Liar sendiri setara dengan monster tingkat B, mungkin jika hanya satu akan mudah, namun ketika mereka bergerombol, akan sangat menyulitkan. Selain mereka bertiga, Niko juga tengah bersenang senang dengan Iblis Terkuat milik Adriano.
"Kok aku merasa berbeda ya makhluk sialan? Aku yang bertambah kuat atau kau yang melemah? Hmm"
"Arrghhh" teriak Iblis itu setelah tertimpa berbagai reruntuhan
"Apa kau suka itu wahai sang Iblis Terkutuk? Hahaha. Anggap saja itu balasan atas tindakanmu dahulu mematahkan tanganku"
Di tempat lain, Monstero dibuat babak belur oleh Zaltar, walaupun Furry sangat kuat, tapi Zaltar bukanlah lawan yang setanding dengannya.
"Kuhormati usaha kalian, tapi setelah datang kesini, kalian tidak akan bisa kembali pulang"
"Huh....Itu semua hanya ada di dalam mimpimu Zaltar"
Ketika Monstero sudah terpojok, bukannya Zaltar mengakhiri mereka, dia malah menghentikan serangannya.
"Aku akan menyimpan kalian hingga nanti, Aku lebih suka menyantap makanan yang sudah matang, sekarang pergilah!"
"Apa dia berbelas kasihan pada kita? I-ini...adalah sebuah penghinaan"
"Kapten, kita harus mundur selagi bisa"
"...."
"Jadi kita mundur? Padahal aku baru saja mau membunuhnya"
"Tidak, mundur sama saja menjatuhkan harga diri kita"
"Bodoh, tindakan yang bodoh, itu tandanya kau tidak sayang nyawa. Kalau itu keputusanmu, maka aku akan mengabulkannya"
Stoma menyadari bahwa Furry sudah siap melepaskan kekuatan penuhnya, bisa dilihat dari kuku tangan kiri Furry yang memanjang seakan siap menebas Zaltar. Disaat Zaltar hendak melepaskan bola energi besarnya ke arah mereka, tiba tiba...
"Kapten, liat itu! Bala bantuan datang!!" seru Arkouda
Zaltar menoleh melihat ke arah bala bantuan yang datang, itu adalah Pasukan Zayden. Furry menarik kembali kekuatannya.
"Maaf menunggu lama ya"
"Siapa lagi kalian?! Berapapun jumlah kalian, tidak ada sedikitpun kesempatan untuk menang"
"Siapa juga yang ingin bertarung?"
"Huh?"
"Kami ingin memaksamu untuk menyerah dan mundur kembali ke kota"
"Memaksaku mundur? Apa kau bercanda, memangnya kau siapa?"
"Hmm, aku sudah memasang peledak kendali jarak jauh di titik titik tertentu di dalam kota, kalau kau masih ingin melanjutkan pertarungan ini, aku terpaksa akan meledakkannya dari sini. Bagaimana?"
Zaltar mengutuk dirinya sendiri karena memiliki hati yang terlalu lunak, dia benar benar tidak ingin ada korban jiwa dari monster monster lain, dia sangat mengayomi rakyatnya. Jika saja yang mereka hadapi adalah Pemimpin dari Timur, Lariel. Mungkin trik seperti tidak akan bekerja padanya, dia bahkan tak segan membunuh monster lainnya jika tak patuh padanya. Dia juga dikenal sebagai satu satunya pemimpin yang tidak patuh kepada Raja Monster, bahkan Raja Monster itu sendiri merasa bahwa Lariel adalah ancaman untuk tahtanya.
"Beraninya kau menggunakan trik murahan seperti itu!!"
"Mau trik murahan mau trik berkelas, asalkan itu berfungsi dengan baik, kenapa tidak?"
"PASUKAN MUNDUR!!"
"....."
Pasukan Zaltar dengan cepat masuk kembali ke kota. Di lain waktu Zaltar tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi.
"Terimakasih ya Zayden"
"Ya, sama sama, syukurlah kau selamat"
Di sisi lain, Tao sudah sedikit lagi dapat menghabisi Adriano, tapi tiba tiba terjadi guncangan. Guncangan itu benar benar besar layaknya gempa.
"Sepertinya pertarungan kita berakhir disini Tao, mereka telah datang, lain kali aku akan bisa membunuhmu"
"Jangan harap kau bisa kabur!"
"Hentikan dia Jazz"
"Tak bisa"
Dengan cepat Adriano memasuki portal dimensi miliknya dan menghilang. Meninggalkan Tim Niko sendirian. Pasukan Zaltar juga merasakan guncangan itu dan Zaltar tau siapa itu.
"Jadi mereka sudah sampai sini ya" ucap Zaltar
Sosok yang mengakibatkan guncangan itu adalah Pemimpin dari Barat, Gargantuar. Dari dalam tanah keluar sosok besar yang memiliki banyak duri di tubuhnya. Dirinya tidak bisa memasuki kota karena tubuhnya yang terlalu besar, untung saja dia memiliki kekuatan yang unik yaitu merasuki tubuh seseorang. Dirinya merasuki tubuh penjaga di Gerbang Timur. Selain Gargantuar, datang juga seorang pemimpin dari Selatan, Sindel.
"Bisakah kalian lebih cepat? Raja sudah menunggu di pusat kota tau" ucap Sindel pada para pengawal yang membawanya
Beruntung Sindel dan pasukannya tidak menyadari keberadaan Tim Niko di dekat Gerbang Selatan, dia hanya melihat kerusakan yang diakibatkan oleh Tim Niko. Mereka berdua datang kesini karena dipanggil oleh Zaltar.
"Jun, Jazz, kita harus pergi sekarang"
"Kau benar Tao, aku akan membuka jalan untuk kita, akan kuberi kabar buruk ini kepada tim yang lain"
"Tao, apa kau sudah lega sekarang?"
"Sedikit merasa lega, tapi tidak ada waktu untuk membahas itu, kita harus mengikuti Niko"
Mereka memilih jalan memutar untuk menghindari kerumunan, mereka berkumpul kembali di bagian utara ,10 km dari Urio Kolosis.
"Baik, sekarang kita kembali. Zayden, apa kau menemukan sesuatu yang menarik?"
"Tuan Niko, tim ku menemukan banyak barang asing di dalam sana, kuharap ini bisa berguna untuk penelitian senjata nantinya"
"Tentu saja ini akan berguna Zayden, berikan itu nanti pada pihak laboratorium untuk diteliti"
"Baik Tuan"
"Baiklah, ayo cepat kita kembali"
"Tunggu dulu kami juga punya hak untuk barang barang itu kan?"
"Iya tenang saja Stoma, aku tidak lupa akan janjiku"
"Baguslah"
Mereka kembali ke tempat penjemputan, mereka semua bersyukur tidak ada korban jiwa di perang tadi, hanya ada beberapa yang terluka berat. Mungkin hari ini Tao masih gagal untuk menghabisinya, akan tetapi dia sudah lumayan merasa lega untuk sementara karena bisa mengambil tangan milik Adriano. Lain kali, jika ada kesempatan, dia pasti akan membunuhnya tanpa kegagalan.