Chereads / Heart of Freedom / Chapter 19 - Calamity Reaper

Chapter 19 - Calamity Reaper

Di pusat Urio Kolosis, Raja Monster sedang berbincang dengan Zaltar mengenai rencana yang sedang disiapkan oleh Lariel. Raja Monster memerintah Zaltar untuk menghentikan tindakan gegabah Lariel. Walaupun Raja Monster memiliki konflik dengannya tapi tetap saja tindakannya hanya akan mengurangi kekuatan pasukan milik Monster. Lariel terlalu meremehkan para hunter. Alasan Raja Monster masih mengumpulkan kekuatan sampai saat ini, karena ada 3 orang di Organisasi Zero yang benar benar perlu diwaspadai, mereka adalah Leo, Mec, dan Niko. Leo sudah terkenal di kalangan monster sebagai tembok terbesar yang sulit dirubuhkan. Lalu ada Mec yang memiliki julukan "Pahlawan dari Rusia" yang bahkan berhasil menghabisi Pemimpin Utara terdahulu. Lalu ada hunter yang memiliki kemungkinan membahayakan, Niko. Raja Monster tidak tau seberapa kuat Niko, tapi dari yang dia tau kekuatan telekinesis Niko bisa menjadi mesin pembunuh untuk pasukan monsternya. Karena itu dia menyuruh Zaltar untuk pergi ke tempat Lariel dan menyadarkannya akan tindakan bodoh yang dilakukan oleh dirinya.

"Jika kau harus menghentikannya dengan kekerasan, apa kau sanggup?"

Sementara itu, Jazz dan Jun sedang berada di Mall. Mereka disana hendak mencari pakaian yang bagus untuk Jun.

"Menyusahkan sekali kau ini, apa kau benar benar tak pernah liburan?"

"Ya begitulah"

"Cih, Mari kita ke toko yang disana, mungkin ada pakaian yang bagus"

"Iya iya"

Terlihat Jazz yang selalu menilai pakaiannya bagus atau tidak. Karena Jazz yang memilki selera berbeda, hal itu menjadi hal yang sulit. Disaat mereka masih memilih baju, Mec menelpon Jun. Dia menanyakan apakah Jun sudah beres atau tidak, jika masih belum, dia ingin kesana sekalian dia mentraktir makan makan. Jika sudah menyangkut perut, Jazz dan Jun tak sungkan menerima tawaran tersebut.

Ketika Mec sudah datang, Jun terlihat sedang membawa beberapa barang yang sudah mereka beli. Mec langsung mengajak mereka ke restoran di Mall itu.

"Jadi apa saja yang kau beli anak muda?"

"Kacamata, topi pantai, kemeja, celana pantai, dan sunblock"

"Banyak sekali, apa benar kau ini Jun?"

"Entahlah, Jazz yang memilih barang barang itu"

"Memangnya kenapa? Itu terlihat keren" ucap Jazz

"Hmm lupakan, mari kita duduk dan memesan makanan saja"

"Baik pak"

Mereka memesan satu bucket ayam goreng, beserta minumannya. Jun dan Jazz memakan semua itu dengan lahap.

"Awu lapa sekai....dari pagi hanya memilih milih pakaian saja"

"Hahahaha, habiskan dulu makanan di mulutmu itu anak muda"

Di tempat lain ternyata Zaltar sudah tiba ke kediaman Lariel, dia meminta penjaganya untuk membiarkan dirinya masuk bertemu Lariel. Lalu penjaga memberi tahu bahwa ada Zaltar yang hendak bertemu dengannya.

"Untuk apa dia kesini?"

"Tadi dia hanya berkata ingin berdiskusi"

"Hm....dia pasti sudah mengetahui rencanaku, itu tandanya ada mata mata di tempat ini. Baiklah, biarkan dia masuk, aku ingin tahu apa yang si boneka itu inginkan"

"Baik tuan"

Penjaga pun memberi izin Zaltar untuk masuk. Ketika Zaltar sudah berada di dalam kediaman Lariel, dia disambut dengan baik oleh Lariel dan adiknya. Dirinya dijamu terlebih dahulu, sampai saat dimana Lariel menanyakan apa keperluan Zaltar sampai harus datang kesini. Seperti yang Lariel prediksikan, Zaltar menyampaikan pendapatnya tentang rencana Lariel dan menyarankan untuk menghentikannya sekarang.

"Hahahah, aku sudah menduga hal ini. Kau, seorang pecundang yang jadi budak dari si raja sialan itu, berani beraninya memerintahku"

"Ini bukan perintah dariku tapi langsung dari raja"

"Dia tidak pantas menjadi raja, dia menang hanya karena Cursed Transformation. Jika seseorang memakai Cursed Transformation, itu tandanya dia sendiri pun tidak yakin akan menang dengan kekuatan miliknya sendiri"

"Tapi kalah tetaplah kalah, kau harus mengakui kekalahanmu, dan patuhi raja yang sekarang berkuasa"

"Tidak dan tidak akan pernah"

"Apa perlu memakai jalur kekerasan?"

"Hah? Apa kau bilang?!"

Saat itu juga Zaltar melempar beberapa bola energi ke arah Lariel, dan tepat meledak di depannya. Tapi terlihat ledakan itu tak berdampak apa apa pada Lariel

"Aku akan menghentikanmu disini, Lariel"

"Dengan kekuatan seperti itu? Menyedihkan" hina Lariel

Di sisi lain.....

"Kenyang sekali, apa aku makan terlalu banyak ya?"

"Lihatlah perutmu itu Jazz, sebenarnya berapa porsi yang sudah kau makan?" tanya Jun kebingungan

"Hahaha, makanlah sebanyak yang kau mau anak muda. Oh iya, sembari kalian makan, aku ingin memberi tahu pada kalian bahwa di dekat pantai kita nanti, ada fasilitas dari Organisasi Zero untuk melindungi seorang penyihir spesial, mungkin nanti kita bisa menemuinya"

"Penyihir spesial?" tanya Jun

"Kau akan kuberi tahu nanti"

Kembali lagi kepada Lariel dan Zaltar, terlihat Lariel hanya bermain main dengan Zaltar walaupun di sisi lain Zaltar menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawannya.

"Apa hanya segini kekuatanmu?"

"Jangan memaksaku menggunakan lebih dari ini" jawab Zaltar kesal

"Hahahah, kau terlalu banyak omong"

Setiap bola energi Zaltar benar benar dihindari dengan sempurna, kecepatan pergerakan Lariel bukanlah kecepatan yang dapat diikuti oleh matanya. Tapi disaat itu juga Zaltar melemparkan bola energi yang cukup besar untuk menghentikan pergerakannya. Bola energi itu menghasilkan ledakan yang lumayan dahsyat dan membuat asap yang tebal. Setelah asap nya mulai menghilang, ternyata tidak terlihat siapapun disana.

"Kemana dia pergi?!"

"Dibelakangmu tol*l"

Lariel secara tiba tiba berada di belakang Zaltar dan memukulnya hingga terjatuh ke tanah.

"Aku bosan bermain denganmu, kekuatanmu hanya segitu gitu saja, mungkin ini saatnya giliranku"

"Sialan k-"

"Hei hei tutup mulutmu"

Lariel memegang wajah Zaltar dan membantingnya ke tanah, tidak cukup sampai disitu, dia menyeret Zaltar dan melempar badannya dengan sangat kuat. Dari pertarungan ini saja, sudah terlihat perbedaan kekuatan antara Zaltar dan Lariel sangatlah jauh.

"Tadi kau bilang ingin membuatku patuh, tapi apa ini? Kau mengecewakanku"

"Aku hanya ingin mengingatkanmu Lariel, sebagai teman lama"

"Hahahah. Kalau begitu hentikan aku dengan segala yang kau punya. Aku tau kau dan Sindel juga menguasai Cursed Transformation, gunakan itu sekarang Zaltar, hahahah"

"Kau...membuatku tak punya pilihan lain"

"Ya memang itu yang kuinginkan, agar bisa kunilai seberapa kuat dirimu"

Aura gelap mulai menyelimuti tubuh Zaltar. Tanda pada lengan kanannya mulai menyebar menyeluruh, menutupi setiap bagian dari tubuhnya. Setelah itu tumbuh satu tanduk di sebelah kanan kepalanya. Otot tubuh Zaltar pun terlihat lebih kuat dari sebelumnya.

"Ingat ya Lariel, kau yang memaksaku melakukan ini"

"Hahahahah, tunjukkan padaku Zal-"

Sebelum Lariel menyelesaikan kata katanya, Zaltar sudah terlebih dahulu memukul wajahnya dengan keras bahkan sampai menghasilkan shockwave yang kuat

"Maafkan aku Lariel"

Akan tetapi dirinya terkejut ketika melihat pukulannya ditahan begitu saja oleh Lariel.

"Ya aku memaafkanmu kok Zaltar, tapi jangan pernah....KAU..MEMOTONG KATA KATAKU!!"

Lariel balik memukul Zaltar namun masih dapat ditahan, Zaltar dapat merasakannya, bahwa kekuatannya saat ini bahkan masih belum bisa untuk menjatuhkan Lariel. Zaltar mulai membentuk bola energinya kembali. Kali ini, mungkin dikarenakan Curse Transformation, bola energinya terasa meningkat warnanya pun berubah dari biru menjadi ungu. Lagi lagi dia meluncurkan banyak bola energinya kepada Lariel.

"Kurasa sekarang saatnya aku serius menghadapimu"

Raut wajah Lariel seketika berganti, dan mulai bergerak dengan cepat untuk menghindari serangan serangan dari Zaltar.

"Sebenarnya sekuat apa dirimu? Jadi ini sebabnya raja merasa bahwa kau adalah suatu ancaman. Apa yang terjadi jika kau menguasai Curse Transformation? Dan yang terpenting, apakah aku bisa menghentikanmu saat ini?"

Semua pertanyaan itu menghujani pikiran Zaltar di waktu yang bersamaan. Hal ini membuat dirinya tidak fokus bertarung dan kehilangan keberadaan Lariel.

"Dimana dia sekarang? Di belakang?"

Dugaan Zaltar benar, dan dia membentuk bola energinya untuk menahan serangan dari Lariel. Tetapi Zaltar menghentikan serangannya

"Dulu aku mengira kau itu sosok yang tangguh, tapi setelah melihat semua ini, aku jadi miris" ucap Lariel kecewa

"..."

"Kau bahkan tidak tega untuk meledakkanku dengan bola energimu"

Setelah itu Lariel memukulnya tepat di kepala dan membuatnya menghantam tanah.

"Padahal itu kesempatanmu, pukulanku yang berhasil ditahan, kau hanya perlu meluncurkan 4-5 bola energi milikmu, mungkin aku sudah lumayan terluka sekarang"

"....."

"Kenapa kau masih ragu ragu untuk melawanku, Zaltar"

Zaltar mengingat obrolan dirinya dengan sang Raja

"Jika kau harus menghentikannya dengan kekerasan, apa kau sanggup?"

"....."

"Jadi begitu ya? Aku memahaminya, lagian kau dan dia dulunya adalah.....Teman"

Masih di tempat yang sama, Lariel tetap menunggu jawaban dari Zaltar.

"Hei Zaltar"

"...?!"

"Aku tidak ingin menelan malu dengan cara dikasihani olehmu seperti ini, lawan aku dengan segala yang kau punya, karena aku.....tidak akan kalah dari makhluk yang lemah"

"!!"

Setelah beberapa jam berlalu, terlihat Lariel sedang duduk dengan beberapa luka bakar di tubuhnya.

"Ya lumayan, kau benar benar berbeda dari Zaltar yang kukenal"

Terlihat juga Zaltar yang sudah terkapar di belakangnya.

"Tapi maaf, kekuatan yang kau miliki sekarang belum cukup untuk mengalahkanku. Sekarang saatnya melanjutkan rencanaku"