Setelah dari tempat itu, Mec dan Jun kembali ke tempat penginapan mereka untuk beristirahat. Sesampainya disana, mereka membuat makanan bersama sama, lalu menghabiskan malam hari untuk bersantai dan tidur untuk hari esok yang menyenangkan.
Pagi hari, disaat semua orang masih tertidur kecuali Zan, ada panggilan masuk di handphone Mec.
"Ya halo, ada apa natasha? Kami masih nyaman disini, terimakasih untuk tempatn-.....tunggu sebentar, halo..."
"....Ha...halo Tuan Mec, cepat kembali ke markas, ada penyerangan mendadak!! Kuberitahu sekali lagi, ada penyeranga-...kulanjutkan lewat pesan..."
"Halo Natasha, halo?!"
Mec dengan cepat membangunkan semua orang, dan langsung menyuruh mereka untuk mengemas semua barang bawaannya.
"Pak, sebenarnya apa yang terjadi? Anda panik sekali"
"Iya ada apa sebenarnya, padahal aku masih mau bersantai, iya kan Jun?"
"Hentikan ocehanmu Jazz, kali ini kita tak bisa bersantai santai lagi"
Di tengah tengah perbincangan itu, ternyata Zan dan Niko menerima pesan secara bersamaan.
"Jadi ini yang kau maksud pak tua, bagaimana menurutmu Zan?" tanya Niko
"Ya lebih baik jaga jaga, Natasha tidak memberikan rincian jelas siapa yang menyerang, dia hanya menyebut 'serangan monster', tapi yang pasti, jika dia sampai perlu menghubungi kita, hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dia tangani sendirian"
Raut muka semua orang disitu sekarang menjadi sangat serius. Dan setelah itu mereka dengan cepat mengemas barang barang lalu kembali secepat mungkin ke Toshinori. Mec sangat menyayangkan tidak ada satupun orang yang merupakan penyihir, jika saja salah satu dari mereka menguasai teknik sihir portal, mungkin semuanya tidak akan sesulit sekarang.
Ketika mereka sampai disana, suasananya sangat menegangkan, pintu keluar tol sudah diblokir dan ada beberapa hunter yang menjaga di sana.
"Hei buka sekarang, ini aku Mec"
Penjaga yang menyadari rombongan mereka dengan sigap membuka penutup jalan tersebut.
"Hati-hati Tuan!!" teriak salah satu penjaga selagi Mec terus melaju.
Keadaan ketika memasuki kota, semuanya sudah dihancurkan, layaknya kapal yang karam. Dan saat mereka melintasi pertigaan, dari arah kiri, terlihat ada monster besar yang hendak memakan kendaraan mereka.
"Keluar sekarang!!"
Semua orang meloncat dari jendela dan pintu menyisakan Mec yang berada di kursi depan. Kendaraannya terus terbawa oleh mulut monster itu, hanya dengan satu hentakan, Mec keluar dari kendaraannya sekaligus melubangi tubuh monster itu.
"Tadi itu mengejutkan, kukira dia monster yang kuat, seberapa jauh sebenarnya aku terseret?!"
Dalam kebingungan itu, sesuatu memasuki pikiran Mec, dia langsung teringat oleh Istrinya yang berada di sekitar sini.
"Jika tempat ini sudah seperti ini, maka....."
Mec pergi secepat mungkin untuk menyelamatkan Istrinya
Di tempat lain, Jun, Jazz, Tao, Zan dan juga Niko, bergegas pergi ke tempat Organisasi Zero berada. Di perjalanan, berbagai tubuh sudah bergelimpangan, ada banyak warga sipil tak berdosa, dan juga ada beberapa hunter yang sudah tumbang. Tidak ada waktu bagi mereka untuk menangisi banyaknya kematian ini.
Sesampainya mereka di sana, ternyata gedung pelayanan sekaligus gedung utama Organisasi Zero sudah dijebol. Jun, Jazz, Tao dan Niko pergi membantu hunter yang tersisa di baris depan, sedangkan Zan pergi memeriksa keadaan di dalam gedung utama. Sulit dipercaya gedung utama yang sudah dilingkupi oleh sistem pertahanan yang kuat dan dinding yang besar, bisa dijebol seperti ini.
Jun dengan tongkatnya dan Jazz dengan Pedangnya benar benar memberikan andil pada barisan pertahanan di Utara. Kedatangan Niko disebelah selatan dan Tao di sebelah barat sangat membantu para hunter.
"Jun lihat itu, kau urus yang itu, aku akan menjagamu"
Jun melihat ke arah monster yang ditunjuk oleh Jazz, monster itu gendut, besar, dan tinggi, namun sepertinya tidak terlalu cerdas. Jun memperkirakan monster itu sebagai monster tingkat B atau mungkin A.
"Gerakan Pertama : Vertical Punch"
Dengan serangan yang tiba tiba, monster itu terkena serangan langsung tepat di dagunya hingga dia terpental ke atas. Akan tetapi ketika Jun hendak melancarkan gerakan kedua. Monster itu meraih kaki Jun dan membantingnya ke tanah. Beruntung Jun dapat menahan daya rusak bantingan itu dengan tongkatnya. Kali ini di belajar dari kesalahan, dia tidak akan menyerang duluan, dia harus mengetahui pola serangan monster itu terlebih dahulu.
"(Aku terlalu meremehkan yang satu ini, apa tebakanku salah akan kekuatannya, atau aku yang belum terbiasa bertarung sendiri)"
"Jangan terlalu banyak mikir bodoh, cepat habisi dia Jun, kau sudah sering membasmi monster tingkat tinggi denganku, jangan bergantung padaku"
"Baiklah kalau kau bilang begitu Jazz...(fokus dan serang)"
Ketika monster itu hendak melayangkan kepalannya, Jun menghindari itu, dan langsung naik ke belakang lehernya.
"Walaupun kau monster, aku paling tidak suka dengan membunuh"
Jun mencekiknya dengan teknik choke, dan membuat monster itu tergeletak untuk waktu yang lama.
"Akhirnya selesai, memang susah jika harus mengalahkan monster seperti ini tanpa harus membunuhnya"
Jazz yang melihat Jun berhasil menghampirinya, dan langsung mengakhiri hidup monster besar itu.
"(Ya ini lah yang biasa aku lakukan dengan Jazz, aku yang menjadi perisai dan dia yang mengakhirinya)"
"Ternyata sulit ya jika kau harus bertarung tanpa orang lain. Jun kenapa kau tetap mempertahankan prinsipmu, apa ini karena tragedi lalu?"
"Tentu bukan"
"(Saat itu pun, di Urio Kolosis, dia tidak sama sekali membunuh para iblis hutan, aku lah yang mengakhiri mereka setelah dirubuhkan oleh dia)"
"Jazz, aku jadi teringat sesuatu, kau bisa kan mengatasi daerah sini?"
"Ya karena bantuan kita, dan juga hunter hunter dari luar negeri yang baru datang, sepertinya aku akan baik baik saja"
"Baiklah, aku pergi dulu"
"Hei mau kemana?!"
"Sudah sudah, bye"
"Cih..."
Jun ternyata pergi ke tempat tinggal Mec, karena dia tidak mungkin melupakan hal itu.
Di sepanjang jalan menuju kesana, area sudah benar benar bersih, seakan semua monster sudah dibantai dengan kekuatan yang dahsyat. Akan tetapi dia melihat kejanggalan, ada satu mayat yang tergeletak. Mayat itu tidak seperti monster namun juga bukan hunter. Lalu tepat pada jubahnya, terdapat lambang lambang aneh.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ini semua sungguh hanya serangan oleh monster?"
Dia memutuskan tidak peduli tentang hal itu, dan melanjutkan perjalanannya ke rumah Mec. Ketika sampai disana, dirinya melihat Mec yang sudah tersujud tak berdaya, seakan telah kehilangan semua harapannya. Di hadapannya, rumah yang menjadi semangatnya untuk bekerja, tempat dia melepas letih, sudah hancur, rata dengan tanah. Saat Jun masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, Mec sudah berniat untuk mengakhiri ini dan membalaskan dendamnya dengan segala yang dia miliki, dia juga menyadari bahwa perang kali ini, ada pihak yang campur tangan.