Angin berhembus kencang, udara terasa sesak, bahkan berada dekat dengannya saja sudah membuat sesorang merasakan tekanan yang besar. Hal itulah yang sedang terjadi saat ini setelah Mec melakukan sesuatu yang aneh, namun satu hal yang dapat Jun dan Lariel pastikan, sekilas dari mukanya, Mec seperti siap mempertaruhkan semuanya, saat ini juga.
"Tekanan berat macam apa ini? Aku jadi semakin bersemangat nih" ucap Lariel
"...."
Kekuatan Mec bertambah besar tiap detiknya. Jun pada akhirnya menyadari apa yang sedang Mec lakukan. Mengingat kembali saat dirinya bertanya kembali dengan Mec,
"Pak, Apa yang akan anda lakukan jika anda tidak sanggup melindungi apa yang seharusnya dilindungi?"
"Pertanyaan yang berat nak, tetapi yang jelas aku sudah mempersiapkan itu"
"Hah, bisa anda beri tahu kepada saya pak, karena saya juga cukup khawatir"
"Hahahahaha, yang kupersiapkan sebenarnya hanya sebuah teknik, teknik yang dimana jika digunakan akan membunuh penggunanya sendiri"
"Ohh teknik yang saat itu pernah anda bicarakan, tapi bukannya justru menambah kemungkinan gagal jika memang seperti itu"
"Tidak, aku dapat menjaminnya, karena dengan teknik ini, tidak akan ada seorang pun yang menandingimu"
"Lalu yang kau sebut dengan "membunuh penggunanya sendiri" itu apa?"
"Sudah kubilang kan, bahwa teknik ini akan membuatmu tak terkalahkan, tapi hanya sementara waktu, setelah beberapa waktu, maka dapat dipastikan kau akan mati, oh iya apa kau pernah dengar inti qi?"
"Tidak"
"Singkatnya jika inti qi kita habis, kita akan mati, dan itulah yang akan terjadi pada tubuhmu jika menggunakan teknik ini"
Sekarang Jun yakin betul bahwa Mec pasti menggunakan teknik itu. Teknik yang membuka semua titik qi di seluruh tubuh, teknik yang membuat dirimu melepaskan semua yang kau punya, dan teknik yang memastikan bahwa kau akan MENANG.
"(Insting monsterku berkata bahwa aku harus menghabisinya sekarang, detik ini juga)" ucap Lariel dalam hatinya, lalu dengan cepat menerjang ke arah Mec.
Teknik itu.....
"Teknik Pelepasan Qi, Chaotic Gorilla, Terbuka!!!"
Sementara itu, sesosok monster saat ini hendak menuju ke tempat Niko berada dengan kecepatan tinggi. Akan tetapi di tengah perjalanan, dirinya bertemu dengan kelompok The Vanisher dan kelompok Zayden
"Sudah kami duga, kau akan muncul. Sepertinya kau sedang tergesa gesa wahai monster, apa gerangan yang sedang kau cari?" ucap Dean
"Minggir dari hadapanku, Aku tidak suka berhadapan dengan manusia lemah" gertak monster tersebut
"HUHH?!! LEMAHH?!" kesal Dean
Lalu tangan kanan Dean, Fauz, mendekati Dean dan mencoba menenangkannya.
"Ya lemah, memangnya ada kata lain untuk mendeskripsikan kalian? Jadi....minggir dari hadapanku, sekarang juga!!!"
"Bagus Fauz, tahan Dean, kita harus menghadapi monster yang satu ini dengan berhati hati" ujar Zayden
"Hmm, kau tahu siapa aku?" tanya monster itu
"Tentu, kau adalah adik dari Pemimpin Timur, Baron" jawab Zayden
"Hahahaha.....jika kau memang tahu siapa sebenarnya aku, kau seharusnya sadar apa yang kau lakukan sekarang merupakan tindakan yang bodoh kawan" ucap Baron
"Ya ya tentu, maka dari itu kami...."
Seketika itu seluruh anggota kelompok Zayden maupun The Vanisher mengelilingi Baron.
"Kami akan mengeluarkan semua yang kami punya" lanjut Zayden dengan tatapan serius
"Kalian bercanda....kalian benar benar sudah tidak waras ya" ujar Baron
Kembali ke Mec, hentakan energi yang terlepas membuat Lariel terhempas ke belakang, lalu seperti cahaya, Mec menangkapnya dan melemparnya ke langit. Lariel merasakan perasaan itu, perasaan saat dia bertarung saat perbutan takhta, perasaan itu adalah TAKUT. Mec menghajarnya kembali ke tanah. Kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata Lariel membuatnya panik setengah mati. Dari belakang, Mec menghantam dan membuatnya terpental, lagi lagi dan lagi. Jun dengan mata telanjang hanya dapat melihatnya seperti cahaya dilangit yang bergerak kesana dan kesini, bahkan hingga membentuk garis garis cahaya layaknya rasi bintang. Selagi di udara, Lariel mencoba bertahan dari Mec dengan menggunakan 4 lengan serangga yang berada di punggungnya, akan tetapi hal itu tidak cukup, Mec menghancurkan keempat lengan itu bahkan sampai membuatnya terjatuh kembali ke tanah menggunakan gerakan keempat, Rage Palm. Dirinya lalu mengangkat kepalanya ke atas dan melihat Mec dengan tatapan ketakutan.
Sementara itu, Zan yang sedang memeriksa yang sedang terjadi di dalam gedung, menemukan sosok berbadan besar dan berjubah hitam, dia pun berencana mengikutinya hingga saat yang tepat. Ketika sosok itu menemukan ruang bawah tanah tempat artefak artefak sihir disimpan, sosok itu akhirnya menyadari bahwa dia sedang diikuti oleh Zan.
"Jadi selama ini aku dibuntuti oleh seekor tikus ya?"
"...??!"
Sosok itu membuka tudungnya dan membalikkan badan. Rambutnya berwarna merah dan dia terlihat seperti bukan orang biasa.
"Tikus kecil milik Organisasi Zero, Zan Lupo. Kukira hari ini akan jadi hari yang mudah"
"Apa yang kau lakukan disini ha? Dari jubah itu, kau.....dari Sekte Sihir"
"Hahaha, kau pintar juga, ya seperti yang kuharapkan dari seorang eksekutif Organisasi Zero. Sangat disayangkan, bahkan seorang eksekutif tidak tau siapa diriku, haha"
"Apapun yang sedang kau rencanakan sekarang, hentikan itu semua dan pergi dari sini"
"Ohh iya? Apa kau berpikir aku akan takut?"
Sosok itu membuka jubahnya
"Apa kau pikir aku akan menuruti kata katamu dan berakhir dengan damai?"
"...??!"
"Hari ini akan jadi hari yang sulit bagiku, maafkan aku ya Zan, tapi sepertinya aku harus membereskanmu secepat mungkin"
"....."
Semua orang berusaha menyelamatkan kota, termasuk The Vanisher dan Kelompok Zayden. Ternyata tak disangka mereka dapat mengatasi Baron. Mereka semua kecuali Zayden, Dean dan Fauz, menyerang Baron dalam waktu bersamaan. Akan tetapi, secara tiba tiba muncul sesuatu dari tulang ekor Baron. Itu seperti ekor yang tipis dan lebar namun keras dan tajam, dan bukan hanya 1 tetapi 10.
"Rasakan ini manusia sialan, hahahaha"
"Bagus, sesuai dugaanku, Fauz sekarang!!" ucap Zayden
Kemudian Fauz pun mengeluarkan teknik sihirnya
"Shadow Crow : Colony Attack"
Dalam sesaat, muncul banyak gagak hitam yang berterbangan dan menerjang ke arah Baron.
"Hah? Gagak?"
Gagak gagak itu menghadang serangan dari ekor Baron dan dengan jumlah yang banyak, hal itu berhasil menghentikan serangan tersebut sekaligus menghalangi pandangannya. Lalu Zayden dan Dean berlari hendak menyerang Baron. Berkat kelihaiannya, Baron membelokkan ekor miliknya itu kepada Zayden dan Dean. Akan tetapi serangannya dapat ditahan dengan mudah oleh perisai milik Zayden.
"Dean, lompat ke punggungku"
"Ya aku tahu"
Dean melompati badan Zayden dan di saat itu juga Dean meluncurkan serangannya.
"Tremor Blow"
Pukulannya berhasil mengenai Baron dengan telak
"Boleh juga kalian, mari kita bersenang senang" ucap Baron
Kembali lagi kepada Mec, Lariel sedang dibantai habis habisan. Seketika Lariel mengingat kata kata Zaltar pada saat itu.
"Patuhi raja yang sekarang berkuasa"
Mengingat itu, dia merasa menyesal tidak mendengar perkataan dari teman lamanya itu, tapi saat ini semuanya sudah terlambat, yang perlu dia pikirkan adalah cara bagaimana dia lolos saat ini. Di tengah renungannya, Mec memegang kepalanya dan melemparnya ke udara sekali lagi. Tidak cukup dengan itu, Mec melompat dan memukulnya hingga membuat dirinya terlontar lebih jauh lagi ke langit.
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Bagaimana dia sekuat ini? Reaksi otak dan kekuatan ototnya seperti bertambah berkali kali lipat jauh lebih hebat dari sebelumnya"
Semua pertanyaan itu berada di pikirannya saat ini. Kemudian tanpa disangka sangka, Mec datang ke arahnya dengan menghentak udara.
"Dia.....bisa melakukan itu?!"
Lariel menduga bahwa Mec akan melancarkan pukulannya, tapi ternyata Mec justru memegang tangannya dan membantingnya lagi kebawah. Tubrukan yang terjadi pada tubuhnya dengan tanah membuat lubang yang cukup dalam.
"Argghhh, aku harus bisa selamat dari sini"
Dari atas Mec sudah bersiap meluncurkan serangan terakhirnya untuk mengakhiri Lariel.
"Secret Technique : Red Meteor"
Mec meluncur dari atas hingga membuat badannya memanas layaknya api bersiap menghantam Lariel. Sesaat sebelum serangan itu mengenai Lariel, dia kembali mengingat perkataan Zaltar.
"Aku hanya ingin mengingatkanmu Lariel, sebagai teman lama"
Mengingat itu dirinya tersenyum dan berkata
"Maafkan aku, semoga kau baik baik saja disana...Zaltar"
Setelah itu, ledakan besar pun terjadi dikarenakan serangan Mec tersebut. Zaltar yang sedang berada di samping Raja Monster seketika mendapatkan perasaan yang tidak enak.
"Apa yang terjadi denganmu Zaltar? Apa kau masih belum sembuh total dari pertarungan saat itu?"
"Bukan tuan, tidak apa apa....hanya perasaan tidak enak yang datang tiba tiba"
Ledakan besar itu menghasilkan suara yang bergema di seluruh kota saat itu. Ledakannya bahkan mengakibatkan kehancuran yang besar di sekitarnya. Zan yang sedang bertarung serius dengan salah satu anggota Sekte Sihir, terpecahkan konsentrasinya karena ledakan besar yang terjadi. Memanfaatkan kesempatan itu, anggota Sekte Sihir tersebut mengambil artefak yang dia cari lalu kabur meninggalkan Zan.
"Hah?! Jangan kabur kau!"
"Hahah, sampai jumpa lagi, Zan Lupo"
"!!"
Bagaimanapun juga, Zan tidak dapat mengejarnya, orang itu menggunakan seluruh kekuatannya untuk kabur dengan cepat. Setelah orang itu kabur, Zan langsung bergegas pergi ke arah terdengarnya ledakan.
Adik dari Lariel, Baron, yang sedang bertarung dengan The Vanisher dan kelompok Zayden juga merasakan sesuatu. Dia merasakan bahwa energi sihir dari kakaknya sudah tidak bisa dia rasakan. Dirinya hanya mendapatkan satu kesimpulan, sesuatu yang buruk menimpa kakaknya.
"(Apa kakak sudah berhasil dikalahkan? Mustahil...manusia seperti apa yang bisa mengalahkannya?)" ucapnya terkaget
"Hei, sedang memikirkan apa kau bajingan?!!" teriak Dean lalu menghajarnya dengan pukulan getarannya
"(Ugh sialan, walaupun mereka tidak cukup kuat, cukup sulit untuk mengatasinya jika dalam jumlah sebanyak ini. Terutama orang aneh itu, tak peduli seberapa besar energi sihir yang kugunakan untuk melapisi badanku, serangannya seakan langsung menembus ke organ bagian dalam. Walaupun begitu, semua manusia ini sudah kehabisan tenaganya, maka sebentar lagi ini akan selesai)" ucap Baron di dalam hatinya
"Dean, bagaimana ini? Bahkan dengan menggabungkan semua kekuatan yang kita punya, dia tidak juga tumbang" tanya Zayden
"Berhenti mengoceh, lakukan seperti tadi, kau dan Fauz menjadi perisaiku, yang lain menjadi pengalih perhatian"
Namun Baron paham bahwa dengan kekalahan Lariel, maka perang ini sudah berakhir. Dengan sigap dirinya mengambil alih komando pasukan dan segera memerintah semuanya untuk mundur. Baron menggunakan seluruh kekuatannya untuk kabur dari tempat itu.
"Dia kabur??!(Apa itu? Tiba tiba dirinya menjadi sangat cepat)" ucap Fauz
"Jangan biark-" seru Dean tapi dirinya terjatuh ke tanah karena kekuatannya mulai menipis
"Sudah cukup Dean, kau sudah kelelahan dan juga sepertinya dia merasakan sesuatu yang buruk, tak kusangka ternyata selama ini dia bermain main dengan kita" ujar Zayden
Di tempat ledakan itu terjadi, Mec akhirnya memenangkan pertarungan dengan beberapa luka fatal di tubuhnya dan luka bakar yang disebabkan oleh teknik terakhirnya itu. Sementara Jun mengalami luka luka akibat berada di sekitar situ sebelumnya. Dengan lukanya tersebut, dia tetap menghampiri Mec yang sedang terbaring tak berdaya.
"Pak, apa anda tidak apa apa? Sa...saya akan membawa anda ke tim medis secepatnya"
"Tidak perlu nak, aku sudah mengalami luka yang fatal, mustahil untuk selamat dari ini"
"Ta-tapi kita tetap.....tidak boleh pasrah kan?" ujar Jun sembari menangis
"Hei, hentikan tangisanmu itu, aku tidak ingin melihatmu menangis. Lagipula, setelah membuka teknik itu, qi dalam tubuhku akan terkuras habis dan pada akhirnya inti qi milikku akan terkuras juga, kau pasti mengerti apa maksudku kan Jun?"
"I-iya pak"
"Sudahlah, jika melihatmu menangis begini, aku jadi ikut sedih. Cepat atau lambat yang lain akan berdatangan kesini, maka dari itu hapus air matamu agar kau terlihat tegar"
"Tidak....tidak bisa"
"Aku yakin kau past-" ucapnya terpotong karena dirinya secara tiba tiba memuntahkan darah
"Pak, kumohon.."
"Maaf ya nak, a-aku dan Istriku hanya.....bisa berharap suatu hari nanti....kau bisa menjadi apa yang kau mau, kau ingin melindungi yang lemah kan?"
"....." Jun terdiam menahan tangisannya
"Maafkan aku ya, mungkin....penderitaanku sebentar lagi berakhir, ta.....tapi aku tahu dan mengerti penderitaan yang kau rasakan akan jauh melebihiku, namun berjanjilah padaku bahwa kau akan tetap menjalani hidup seperti yang kau inginkan, jangan....biarkan kenangan ini...mengganggu jalan hidupmu"
"M-mengerti.....Ayah"
"Ah ayah ya, terimakasih...terimakasih sudah menganggapku seperti itu Jun, jadi apa sanggup berjanji padaku?"
"Aku akan menepati janji itu!" ucapnya semangat sembari menghapus air mata yang mengalir
Melihat Jun yang sudah mendapatkan kembali semangat hidupnya, Mec sekarang dapat beristirahat dengan tenang.
"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi...Natalya"
Kemudian Mec menutup usianya pada hari itu dengan tersenyum. Lalu sesuai perkataan Mec sebelumnya, mulai berdatangan hunter lainnya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Hari itu diakhiri dengan kemenangan di pihak manusia, karena setelah tewasnya Lariel, semua monster yang tersisa mundur kembali ke portal mereka. Namun tetap tidak bisa dipungkiri, banyak korban yang berjatuhan. Pada akhirnya, tidak semua kemenangan dapat dirayakan dengan kegembiraan. Satu satunya yang dapat dilakukan hanyalah meneruskan semangat dari mereka yang sudah mengorbankan diri demi hari yang lebih cerah.