Di pagi hari yang cerah, dengan semangat dan tekad yang baru, Jun memulai hari dengan penuh kepercayaan diri. Dirinya beranjak bangun dari tempat tidurnya dan berniat untuk mandi pagi. Di ruang tamu terlihat Jazz yang sedang bermain handphone.
"Apa kau liat liat?" tanya Jazz
"Hmm..tidak kenapa napa"
Jun mencoba membuka pintu kamar mandi tapi ternyata dikunci dari dalam.
"Sebentar Jun, sedikit lagi selesai kok" ucap Nita dari dalam kamar mandi
"Ohh iya kak. Tidak usah buru buru, aku juga tidak sedang dikejar waktu kok"
Kemudian sembari menunggu Nita selesai, dirinya duduk di samping Jazz. Jun melihat makanan yang sedang disantap Jazz, Pempek. Pempek itu cukup menggugah seleranya.
"Hmm....kau mau?" tanya Jazz
"Hah? Tidak tidak, tidak perlu....kau juga pasti sedang lapar"
"Tidak perlu sok baik, nih ambil"
"EH? SERIUS??"
"Yaaa....lagipula kalau aku lapar, aku lebih memilih makan nasi"
"Terimakasihh Jazz, jarang jarang kau baik seperti ini"
"Cih"
Baru saja hendak menyantap makanannya, Nita keluar dari kamar mandi
"Tuh sudah, tadi mau ke kamar mandi kan?"
"Iya Kak Nita"
"Eh makanan apa itu?"
"Ohh...ini pempek kak, hehe"
"Boleh kakak minta?"
"Hmmm"
"Hm?"
"I-iya kak, buat kakak saja"
"Terimakasih"
Lalu Jun pun bergegas mandi sementara Kak Nita duduk di samping Jazz.
"Jun sepertinya terlihat kembali normal hari ini, apa yang kau lakukan kemaren saat pergi berjalan jalan?"
"Bukan apa apa" jawab Jazz sembari tersenyum
Tiba tiba handphone Jazz berbunyi, ada sebuah pangggilan masuk dari Zan. Jazz mengangkat panggilan tersebut yang berisikan tentang Zan yang meminta Jazz menyampaikan kepada Jun bahwa dirinya akan diangkat menjadi Hunter Kelas Atas, maka dari itu Zan meminta Jazz untuk memberi tahu sekaligus mengantarkan Jun ke tempatnya saat ini juga. Selain itu Zan juga memberitahu bahwa ada sekelompok orang yang sedang menunggu kedatangan Jun.
Beberapa saat kemudian Jun yang sudah selesai mandi, langsung diberi tahu kabar baik ini oleh Jazz.
"Hei bocah, kau akan dilantik menjadi hunter resmi!"
"Kalo mau berbohong, yang realistis sedikit lah Jazz"
"Aku mengatakan yang sebenarnya bajingan! Tadi Tuan Zan menelponku"
"Ah yang bener? Aku harus siap siap dong, duluan Jazz" ucap Jun sembari memasuki kamarnya
"Dia terlihat gembira sekali ya" ucap Nita
"Eh kak, tentu saja dia gembira, ini pasti salah satu momen yang dia tunggu tunggu" jawab Jazz
"Hebat ya, langsung menjadi hunter kelas atas, kalau gitu pendapatan kita bersama meningkat dong?" tanya Nita
"Hehehehe, itulah alasan kenapa aku ikut senang kak, hehe" ujar Jazz
Lalu di siang hari nya, mereka berdua berangkat menemui Zan di kantornya pada Gedung Organisasi Zero yang masih dalam proses renovasi. Sesampainya disana, kerusakan pada gedung, khususnya pada lantai bawah, masih terlihat cukup parah. Banyak pekerja yang sedang membangun dan menutupi kerusakan yang terjadi.
"Parah sekali rusaknya, jangan bilang lift nya rusak dan kita harus pake tangga, cih" keluh Jazz.
"Tenang saja, tidak mungkin liftnya rusak, siapa juga yang ingin menaiki tangga hingga lantai atas" ucap Jun menenangkan
"Semoga saja"
Di dalam gedung, tepatnya di meja pelayanan, mereka bertanya apakah Zan sedang berada di kantornya atau tidak. Sementara Jazz bertanya, Jun bertemu dengan Leo.
"Selamat siang, sebuah kehormatan bertemu dengan bapak"
"Eh selamat siang juga Jun, sedang apa disini? Apa sedang tidak ada misi?"
"Izin menjawab pak, saya bersama Jazz sedang mencari Tuan Zan pak"
"Uh...oke, tidak perlu kaku seperti itu Jun, santai saja"
"Um...oke pak(?)"
"Oh, iya sekali lagi, turut berduka atas hal yang menimpamu belakangan ini"
"Terimakasih pak...."
"Tadi kau bilang mencari Zan kan? Dia memang sedang mencarimu juga, temui saja di kantornya"
"Ohh begitu pak, baik pak terimakasih atas informasinya"
"Ya sama-sama, hati-hati"
Mendengar kabar tadi dari Leo, Jun langsung mengajak Jazz bergegas ke kantor Zan
"Cepat cepat!" ucap Jun bersemangat.
"Bisa tidak sih pelan pelan?! Tuan Zan juga tidak akan kemana kemana" ujar Jazz menggerutu.
Sesampainya di depan lift, ternyata ucapan Jazz menjadi kenyataan, lift tersebut sedang dalam perbaikan. Akibatnya Jazz semakin menggerutu karena harus menaiki tangga hingga puluhan lantai. Lantai demi lantai mereka naiki hingga sampailah di kantornya Zan.
"Akhirnya sampai, kau tidak apa apa kan Jazz? tanya Jun.
"HAH? Tidak apa apa? Kau lihat mukaku nih, NIH!" jawab Jazz kesal
"Halah lemah" ejek Jun
"Sekali lagi kata keluar dari mulutmu itu, kupotong lidahmu!" ucap Jazz mengancam.
"Hehe, sudahlah kita ketuk pintu ini dulu"
Sebelum Jun sempat mengetuk pintu tersebut, Zan sudah membuka pintu itu
"Ternyata kalian berdua yang berbuat ribut di depan kantorku, masuk cepat"
"Um...baik pak hehe" ucap Jun
Mereka pun berjalan memasuki kantor Zan. Kantor tersebut sangatlah wangi dan bersih. Semua peralatan dan perabotannya tersusun dengan rapi.
"Kau sih keras sekali bicaranya" ucap Jun berbisik
"...." Jazz hanya terdiam sembari menatap Jun dengan ekspresi kesal
Di dalam kantor, Zan mempersilahkan mereka duduk
"Nah jadi pa-" ucap Jun terpotong
"Apa kau kemarin melihat seseorang memakai jubah hitam juga?"
"Kemarin? Kemarin saya di rumah pak"
"Bukan itu, saat perang besar kemarin"
"Ohh...iya, tapi sudah tidak bernyawa" jawab Jun
"Berarti benar dugaanku, ternyata kemarin bukanlah pertarungan kita melawan monster semata, terimakasih, kalian boleh pulang sekarang"
"Itu saja? Apa apaan, lalu kenapa aku kesini juga" keluh Jazz
"Lagian tidak ada juga yang mengajakmu Jazz" ucap Zan
Jazz hanya bisa diam dengan ekspresi lesu, seketika Jun tertawa melihatnya
"Untuk urusanku menjadi hunter resmi bagaimana pak? tanya Jun
"Tenang saja, kau sudah terdaftar kok, aku sudah kirim email untuk aplikasi yang nantinya kau gunakan sebagai hunter, sekarang keluarlah"
"Terimakasih pak, ayo Jazz"
Jazz masih diam termenung akibat ucapan Zan. Mereka pergi keluar kantor dan berbelanja beberapa makanan. Jun membeli ayam goreng sementara Jazz membeli ayam bakar. Setelah itu, mereka berdua pergi ke taman seperti biasanya.
"Ah lelah juga tidak ada lift" ucap Jazz
"Sudahlah, mari kita latihan"
"Aku sedang malas latihan, latihanlah sana dengan pohon"
"Kau ini...."
Disaat Jun sedang berlatih fisik, Jazz mencoba membahas hal yang diucapkan Zan tadi, tentang Jubah Hitam. Jun sendiri tidak tau satupun hal tentang Jubah Hitam, tetapi berbeda halnya dengan Jazz, dia pernah bertemu dengan Jubah Hitam tersebut. Jazz memberitahu Jun, dahulu keluarganya memang terbunuh oleh monster namun dalang sebenarnya adalah orang-orang Jubah Hitam tersebut. Dia dan kakaknya diselamatkan oleh seorang ahli pedang yang memang sedang dalam misi pembasmian Kelompok Jubah HItam tersebut. Paman yang menyelamatkannya memberitahu Jazz bahwa mereka adalah anggota Sekte Sihir. Sepengetahuan Jazz, Sekte Sihir sudah tidak menunjukkan aktivitas pergerakan apapun semenjak saat itu.
"Sekte Sihir?" tanya Jun memastikan.
"Iya, aku tak percaya mereka masih berkeliaran di luar sana" jawab Jazz.
Di waktu yang sama, rapat eksekutif organisasi Zero sedang digelar secara mendadak. Rapat tersebut membahas tentang campur tangan Sekte Sihir di perang besar kemarin. Zan mengabarkan ada beberapa artefak sihir yang dicuri, salah satunya adalah The Key to Doom. Hal tersebut membuat Zan beranggapan bahwa Sekte Sihir selama ini pasif dikarenakan sedang melacak keberadaan 3 artefak kiamat yang dimana akhirnya mereka mengetahui bahwa salah satunya disimpan oleh Organisasi Zero. Itu juga yang membuat Sekte Sihir menunggu kesempatan pihak lain menyerang Organisasi Zero untuk bekerja sama.
Pendapat Zan tersebut diterima dengan baik oleh Leo dan eksekutif lainnya. Akibat dari masalah yang dibeberkan oleh Zan, Leo dengan cepat memerintah para eksekutif untuk mencari pengganti Mec sebagai eksekutif dan meningkatkan laju perbaikan secepatnya karena adanya kemungkinan gelombang kedua perang namun kali ini giliran Organisasi Zero yang melakukan serangan.
"Mari kita ambil kembali apa yang seharusnya milik kita"