Saat ini Jun sedang berada di rumah pohon bersama dengan Mec seperti biasanya. Kedekatan antara keduanya memang sudah seperti anak dan ayah. Tetapi Jun masih penasaran mengapa Tuan Leo mendirikan Gedung Pusat Organisasi Zero di Toshinori. Kemudian Mec menjelaskan karena menurut riset yang dilakukan oleh Leo itu sendiri, Toshinori memiliki kasus penyerangan terbanyak dengan jumlah hunter paling sedikit. Selain itu Toshinori juga termasuk 10 kota tersukses sehingga mudah untuk mengakses sesuatu.
"Tapi pak, anda dari luar negeri kan?" tanya Jun
"Hahaha, ya kau betul sekali anak muda, aku berasal dari Negara Zhelezo, ketika berita tentang Mr.Leo disiarkan di seluruh negara, pak tua ini langsung tertarik lalu ikut bergabung dengannya" jawab Mec panjang lebar
"Para eksekutif juga berasal dari luar kota semua?" Jun bertanya kembali
"Ya, sekali lagi kau benar. Seperti yang sudah kubilang di awal bahwa Toshinori sendiri hanya memiliki sedikit hunter. Tapi ada 3 hunter hebat yang berasal dari sini, namun sayang 2 diantaranya tidaklah beruntung" jelas Mec
"Tidak beruntung? Apa maksudnya?" Jun kebingungan
"Mereka berdua tewas karena suatu tragedi di masa lalu, mirip kasus sepertimu, dibunuh oleh sesama hunter, akan tetapi yang ini disengaja" jawab Mec menerangkan
Jun merasa bersyukur bahwa dirinya masih beruntung dibanding beberapa orang diluar sana. Saat itu juga muka Jun terlihat terkejut mendengar kata kata berikutnya yang disampaikan oleh Mec.
"Jika kau mau cerita yang lengkap lagi, tanya saja pada Tao, dia berhubungan dengan tragedi itu, dia juga termasuk 3 orang dari Toshinori yang kusebut tadi" ucap Mec
Dia tidak menyangka bahwa Tao yang terlihat kalem dan tenang, menyimpan rahasia besar di masa lalunya. Tao merupakan hunter yang lebih profesional dibanding Jun walaupun secara umur Tao lebih muda dari Jun.
Keesokan harinya, dia berniat menjumpai Tao akan kejelasannya, itu semua hanya karena dia penasaran. Apakah sifatnya sekarang disebabkan dari masa lalunya. Itu semua terlintas dalam pikirannya, sekalipun itu tidak mengubah apa apa, sekali lagi yang dia lakukan sekarang hanya untuk memuaskan rasa penasarannya. Biasanya Tao sering berada di kafe saat sore hari, maka dia pun menunggunya sambil menjalankan beberapa misinya hingga waktunya tiba. Benar saja setelah Jun mengecek kafe itu kembali, terlihat Tao dan Niko sudah ada disana. Jun menghampiri mereka dan menyapa mereka berdua.
"Hai,selamat sore Pak Niko,Tao" sapa Jun
"Hai, aku tak menyangka kita bertemu kembali disini, jangan panggil aku pak, aku masih muda tau, hahaha" sapa balik Niko
Tao hanya melirik Jun lalu menikmati kopinya kembali. Niko memesankan kopi susu untuk Jun. Dan mereka bertiga pun berbincang bincang. Di tengah perbincangan, Jun mulai menanyakan pada Tao tentang tragedi yang dikatakan Mec. Ekspresi Tao tampak berubah menjadi sangat serius.
"Siapa yang memberitahumu hal itu?" tanya Tao serius
"Hei santai, jaga emosimu bocah sialan" ucap Niko menenangkan Tao
"Aku hanya mendengarnya dari seseorang, maaf jika menyinggungmu" jawab Jun kepada Tao
"Baiklah, biar aku yang menjelaskannya padamu, bocah satu ini sangat sensitif dengan itu. Aku hanya akan menjelaskannya secara singkat saja. 2 anak itu terbunuh karena kelalaianku dalam mentoring dan mengatur mereka. Mereka juga satu grup dengan Tao. Mungkin hanya itu yang bisa kujelaskan lebihnya" jawab Niko menjelaskan
"Terimakasih untuk memberiku informasi itu, aku hanya penasaran dengan kejelasannya" ucap Jun
Setelah beberapa lama, Jun memutuskan pulang. Saat di perjalanan, Jun masih merasa mengganjal, sehingga dia memutuskan suatu hari dia akan mengetahui faktanya dengan jelas. Ketika dalam perjalanan pulang, dia melihat seseorang sedang dipalak oleh sekumpulan preman. Jun berniat menolongnya, sekaligus mengetes skill bertarungnya jika melawan orang biasa. Benar saja ketika Jun berniat membantu orang itu, preman preman itu malah marah dan melawan, dan ternyata dibanding gerak gerik monster, gerakan manusia lebih mudah ditebak. Itu semua dikarenakan setiap gerakan bahu, tangan, leher, dan lainnya, dapat terlihat jelas pada manusia. Para preman preman itu kalah telak oleh Jun. Orang yang ditolongnya pun berterimakasih karena telah menolongnya. Jun berbicara sebentar dengan orang itu dan menanyakan siapa namanya, dia pun menjawab bahwa dia bernama Rio,dan saat ini dia masih berada di bangku SMP. Jun mengatakan pada Rio bahwa dirinya harus belajar bela diri, agar tidak diganggu oleh orang orang seperti itu.
"Tapi...bukannya itu mustahil untuk menguasai bela diri hanya dalam 2 tahun. Dan aku juga tidak terlalu bisa hal seperti itu" tanya Rio
"Jelas mungkin, aku saja hanya beberapa bulan sudah bisa seperti ini dan kau tahu, tidak ada yang mustahil di dunia ini, apa sekarang kau paham?" jawab Jun
Rio mengangguk dan mengatakan...
"Terimakasih akan saran kakak,sekali lagi terimakasih. Kalau begitu, saat kita bertemu kembali, aku akan menjadi lebih kuat dari sekarang" ucap Rio sambil tersenyum
Jun hanya tersenyum mendengar kata kata itu
"Ya terserah dirimu saja, aku senang jika melihat kau bersemangat kembali seperti ini dan akan kupegang kata kata mu itu. Kau bersikap sangat ramah padaku, padahal kita baru pertama kali bertemu hari ini, ya semoga kita bertemu lagi lain waktu, sampai jumpa" ujar Jun tersenyum kembali
Jun pun pergi meninggalkannya, entah mengapa setiap kali Jun melihat bocah itu, dia seperti melihat dirinya sendiri. Ketika tadi dia melihat Rio saat dipalak oleh preman, Rio tidak sedikitpun merasa takut, dia melawan balik para preman walau dia tahu bahwa itu mustahil. Memikirkan hal itu, Jun tersenyum kembali, berharap dia memiliki teman seperti itu.
Keesokannya, Jun benar benar tidak memiliki misi sama sekali, ini seperti hari liburnya, jarang jarang Jun mendapat hari libur. Di hari liburnya itu dia pergi ke rumah Tuan Mec untuk sekedar berbincang bincang. Saat disana dia disambut oleh istri Mec dengan sangat ramah. Istri Mec sangat kenal dengan Jun karena hampir setiap hari suaminya selalu menyebut tentang Jun, ya wajar saja, karena Mec sendiri belum pernah mempunyai anak hingga umurnya sekarang. Mungkin karena itu dirinya selalu membicarakan tentang Jun yang sudah dia anggap keluarganya sendiri. Saat Mec keluar dari kamarnya, dirinya terkejut melihat Jun datang kerumahnya dan langsung mengajak Jun mengobrol sebentar. Lalu Mec membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan kasus Jun sebelumnya
"Jun, dirimu itu kuat, baik, pekerja keras, dan masih banyak hal lain dari dirimu. Aku hanya ingin bicara ini, setiap manusia berhak mendapatkan kebebasan di dunia ini, namun dunia ini tidak mengizinkannya, selalu ada kekangan pada setiap orang. Karena itu, yang menentukan nasib kita kedepannya adalah sikap kita dalam menanggapi kekangan itu. Seperti keadaanmu saat ini, dijauhi banyak pihak, tapi dengan ketekunanmu kau dapat terbebas dari hal itu bukan? Kau sudah tidak tertekan lagi kan?...maafkan aku, pak tua ini jadi banyak omong, hahaha" kata Mec sambil tertawa kecil
"Iya pak, saya mengerti maksud anda, terimakasih telah membantu saya di saat terburuk saya. Tapi saya ingin mengoreksi satu hal, bukan hanya manusia, tapi semua makhluk berhak mendapatkan kebebasan kan?" tanya Jun mengoreksi
Mec bingung dengan maksud dari perkataan Jun itu. Dirinya pun menanyakan apa maksudnya.
"Maksud saya, bukan hanya manusia. Hewan, tumbuhan, bahkan termasuk monster, mereka semua hanya ingin mendapatkan kebebasan bukan? Apakah mungkin selama ini, yang mereka lakukan semata mata hanya untuk mendapatkan kembali kebebasan milik mereka yang telah hilang, mengingat cerita 1000 tahun lalu, saat para monster ditindas" Jun menerangkan apa maksud dari perkataannya pada Mec
Mec tersenyum setelah mendengar langsung pemikiran Jun tentang arti kebebasan itu sendiri. Semua yang dikatakan Jun memang sesuai fakta yang ada.
"Mungkin saja mungkin saja, karena tidak ada hal yang mustahil bukan? hahaha" jawab Mec sembari tertawa
"Hei Jun, kapan kapan aku akan mengajak dirimu dan Zan jalan jalan, jika aku ada waktu, mungkin saat nanti libur panjang" ucap Mec
"Baik pak, saya sudah pasti akan menerima tawaran anda, hahaha" jawab Jun kegirangan
Lagi lagi hari kali ini, berakhir dengan bahagia. Kira kira kemana Jun akan liburan, tidak ada yang tau akan hal itu.