Sebelum mengenalkan seseorang pada keluarga, pastikan orang itu tetap akan setia. Sebab bukan tanpa alasan, jika nanti terpisahkan tapi keluarga masih saja selalu mempertanyakan bukankah itu menyakitkan?
••••••••••
"Kemana dia" Adalah pertanyaan yang sering aku dengar dari keluarga. Sepertinya, itu adalah pertanyaan boomerang yang dengan sengaja membunuhku.
Pertanyaan yang menurutku sangat menyakitkan, disaat kita sudah benar-benar saling melupakan tapi entah mengapa aku selalu saja di ingatkan kembali tentang dirimu.
Tentang kepergianmu.
Aku tidak tau harus berkata apa, saat mereka bertanya aku hanya diam tanpa suara. Seperti seolah tak mendengar, meskipun kata itu mendarat ditelinga dengan jelas.
Diam seribu bahasa, adalah caraku mengatasinya.
Sebab, memberi penjelas yang detail itu hanya akan membuatku gagal untuk melupakanmu.
Sepertinya, manusia hanya mampu memprediksi tanpa tau apa rencana Tuhan yang telah pasti.
Mungkin, keluarga bertanya tentang seseorang bukan hanya sudah menyukainya. Melainkan, karena merasa pantas untuk dijadikan kedalam bagiannya. Tapi sepertinya kecocokan keluarga tidak direstui oleh takdir, sebagaimana ia diperintahkan untuk memisahkan.
Meski begitu, aku tidak keberatan tentang keluargaku yang selalu membicarakanmu.
Bisa jadi, karena mereka telah menyukaimu.
Tapi hal lain yang membuatku sedikit risih adalah, mengapa ketika 'kita' sudah berpisah kamu yang selalu menjadi topik utama? Kamu yang selalu saja dipertanyakan, tidakkah ada hal lain yang mesti dibicarakan? Mengapa hanya tentang kamu?
Aku sedikit keberatan tentang hal itu, Mengingat 'kita' hanya sebatas 'pernah' tanpa ada niat sungguh untuk 'singgah'.
Aku merasa itu seperti usaha yang sia-sia, karena demikian aku gagal untuk tidak lagi mengingatmu.
Aku dipaksa untuk tidak melupakanmu begitu saja, harus merelakanmu dalam ketidakpuasanku.
Aku tidak menyalahkan, siapa diantara 'kita' yang paling salah.
Entah itu aku yang terlalu berharap, atau kamu yang dengan mudah berpindah tempat.
Jika boleh jujur, mengingatmu itu adalah hal yang menyesakan. Kenapa? Karena aku begitu benar-benar mencintaimu. Tapi kamu, seolah tak peduli dengan segenap rasa yang aku punya.
Cukup menyakitkan memang, mencintai seseorang tapi dengan mudahnya rasa yang kita miliki diabaikannya.
Namun sepertinya, pertanyaan tentangmu itu tidak akan pernah bisa untuk membuatmu kembali. Meskipun kamu selalu dipertanyakan, itu bukanlah sebuah jaminan bahwa 'kita' akan kembali bersama. Aku tidak apa-apa.
Aku tidak menuntut, aku tidak minta dan aku tidak memaksa. Jika kehendak mu pergi, maka silahkan aku tidak melarang. Tapi tolong beritahu keluargaku, bahwa kamu tidak lagi menjadi orang yang selalu menemaniku.
Agar pernyataan mu itu membuat mereka percaya, bahwa 'kita' tidak lagi mempunyai sebuah hubungan.
"Tidak salahnya melibatkan keluarga dalam sebuah hubungan, justru itu lebih baik. Tapi keluarga tidak boleh ikut campur tentang hubungan yang dijalani"