Tidak ada salahnya untuk memperkenalkan seseorang kepada keluarga, karena setelah itu kita akan mendapatkan dua jawaban. Entah orang itu disukai ataupun dibenci.
••••••••••
Kamu, yang pernah aku perkenalkan dulu.
Kesempatan, yang menurutku sangat istimewa.
Dimana pada saat itu, aku membawamu untuk aku perkenalkan kepada keluargaku.
Itu adalah tanda dan bukti, bahwa aku mempunyai seseorang yang sangat aku sayang. Yaitu kamu.
Tidak ada alasan lain mengapa dulu aku sempat memperkenalkanmu pada keluargaku, tak lain dan tak bukan itu adalah bentuk dari separuh kasihku.
Aku masih ingat, saat kedatangan pertamamu waktu itu.
Keluargaku dikejutkan, dengan seseorang yang mengikutiku pulang. Kamu berjalan dibelakangku, dengan raut wajah yang amat gugup.
Aku bisa memastikan beberapa prasa yang sempat kamu rasa dulu. Baik gugup, canggung serta bingung semuanya nampak kamu rasa.
Tapi tenanglah, buang resahmu. Ini hanya awal, semua akan terbiasa jika kamu sering menginjakan kaki dirumahku. Mungkin berbeda halnya dengan kedatanganmu yang singkat, itu akan memperlihatkan bahwa kita adalah benar-benar orang asing.
Sebuah tanya aku dapat tentang "Siapa Dia?" Jelas, sepertinya pertanyaan yang tidak bisa dihindari oleh keluarga siapapun sebelum kita memperjelasnya seseorang itu.
Mungkin itu pertanyaan yang berlaku juga untuk keluargaku, dimana kalimat itu dipertanyakan tepat dihadapan seseorang.
Sangat wajar, bila keluargaku bertanya demikian. Karena ini adalah cara untuk memastikan, bahwa orang itu aku bawa bukan orang yang dengan sengaja datang meminta sumbangan. Benar?
Bayangan wajahmu terasa melekat, dengan senyum indah kamu jawab pertanyaan pertama dari keluargaku. Seperti seolah iya, kamu yang menjadi jawaban dari setiap permintaan keluargaku.
Kamu tak sungkan untuk memperkenalkan diri kepada keluargaku, beberapa pertanyaan mampu kamu jawab dengan santai dan menimbulkan ketertarikan.
Sepertinya, pakaian yang kamu kenakan waktu itu cukup menarik perhatian saudaraku yang lain. Mereka, tak henti-henti memujimu.
Mungkin orang tuaku juga suka padamu, itu bisa dilihat dari bagaimana cara yang keluargaku tunjukan saat didatangi mu.
Tapi entah mengapa, rasa lega yang sempat diterima keluargaku sepertinya tidak bertahan lama. Kamu, yang sempat aku bawa sepertinya hanya untuk pertama dan terakhirmu.
Menyedihkan memang, orang yang sempat kita perkenalkan pada keluarga kini tidak pernah datang lagi. Bukan karena sudah beda dunia, melainkan karena sudah dimiliki oleh orang lain.
Aku tak tau, apa yang keluargaku lihat pada dirimu. Seandainya saja mereka tau bahwa kamu akan sekejam ini, mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk menyukaimu.
Aku yakin itu.
Tapi apalah daya, mereka hanya melihat sekilas tanpa merasakan. Sedangkan aku, adalah orang yang pernah merasakan bersama meskipun kecewa yang aku terima.
Sudahlah, ibarat pepatah "Nasi sudah jadi bubur" Kepergian tetaplah kepergian. Mustahil, nasi itu kembali jadi beras dan mustahil kepergianmu akan kembali.
"Ternyata cukup mudah untuk membuat seseorang sakit hati, selain diputuskan tanpa alasan cara lainnya adalah ditinggalkan setelah keluarganya dikenalkan"