Dulu, berjalan berdampingan adalah hal yang sangat istimewa. Tapi sekarang, mengapa yang aku kira berkesan harus berakhir dengan menyakitkan.
••••••••••
Hari itu, adalah hari dimana 'kita' pernah berjalan berdampingan.
Menaiki sebuah angkutan umum, yang juga digunakan banyak orang.
Menyenangkan? Tentu saja, karena aku berjalan dengan seseorang yang sangat aku sayang.
Pemandangan menghiasi perjalanan 'kita', ia menjadi teman untuk dua orang insan yang sedang merasakan jatuh cinta.
Tapi sayangnya, perjalanan itu adalah perjalanan terakhir untuk 'kita'.
Aku berharap, kamu tidak lupa tentang perjalanan yang pernah kita lakukan.
Meski hanya sekali, tapi sepertinya mampu mengurangi rinduku ketika mengingatnya.
Perjalanan itu adalah perjalanan paling berkesan dalam hidupku, bersama seseorang yang aku kira tidak akan meninggalkan.
Dulu aku mengira, 'kita' akan terus melakukan hal sama.
Namun sepertinya, harus berakhir dengan aku yang menelan kecewa.
Sebuah sapaan kepala stasiun, rupanya itu adalah tanda dari berakhirnya kisah 'kita'.
Ucapan masinis untuk berpindah kereta agar bisa melanjutkan perjalanan, sepertinya juga kamu lakukan.
Bedanya, orang lain hanya berpindah kereta. Tapi kamu, justru berpindah kepada orang lain. Menyakitkan.
Sepertinya, perjalanan yang kukira sangat indah adalah bentuk dari berakhirnya sebuah kisah.
Bukan maksudku untuk mengingatmu, tapi sepertinya melupakan perjalanan itu sulit aku lakukan.
Jika kamu ingin mengingat tentang perjalanan kita dulu, pergilah ke-stasiun itu dan gunakanlah bangku yang pernah kita duduki bersama.
Disana kamu akan menemukanku, meski hanya serpihan bayangan yang tersisa.
Kamu akan bertemu dengan raut wajah senyum bahagiaku, walau hanya sebatas bayangan semata.
Tapi percayalah, itu adalah bayangan rasa sakit yang aku tinggalkan untuk menemanimu.
Jika kamu sendiri saat duduk dibangku itu, ingatlah aku sebagaimana dulu pernah menemanimu ditempat itu.
Jika kamu berdua dengan seseorang yang baru, jangan pernah kamu samakan aku dengan orang itu.
Bukan hanya sekali, aku mengunakan kereta itu setelah tanpamu.
Ditempat itu, aku merasakan kamu seolah selalu menemani kemanapun aku pergi.
Aku selalu berusaha menepis pemikiranku terhadapmu, tapi mau sebanyak apapun usahaku sebanyak itu pula aku gagal.
Aku menatap lekat bangku yang pernah kamu duduki, berharap kamu yang memakainya bukan orang lain.
Aku melihat sekilas tanganku, berharap tanganmu yang aku genggam seperti dulu.
Tapi sepertinya, itu hayalah bagian sejarah yang kini sudah berakhir pisah.
Sangat menyakitkan memang, jika tempat yang pernah ditempati bersama harus kembali mengingatkan kepada seseorang karena ada sebuah kenangan.
"Apakah masih jauh?" Sebuah pertanyaan yang pernah aku dengar kala itu.
Sepertinya pertanyaan itu, harus kembali memaksaku untuk teringat lagi denganmu. Tidak beda, tepat dimana kamu duduk dan aku berdiri. Kamu bertanya demikian, dengan senyum indah.
Berada pada tempat 'kita' dulu, sepertinya membunuhku secara perlahan dengan kerinduan.
Bagaimana tidak, kamu sekarang sudah pergi jauh tapi tidak dengan kenangannya yang terasa masih sangat utuh.
Aku hanya bisa diam tanpa suara, menatap kearah jendela seperti 'kita' menatap pemandangan waktu itu.
Menyaksikan orang-orang yang bercengkrama dengan hangat, tapi tidak dengan aku yang masih terpaku oleh banyangmu yang terasa melekat.
Sulit bagiku untuk melupakan itu, bukan karena aku tak bisa. Tapi sepertinya, melupakanmu adalah usaha yang sia-sia.
Aku berharap, suatu saat aku mempunyai peluang. Dimana saat aku mengingatmu, aku tidak lagi merasakan sakit.
Jika pilihanmu pergi itu yang terbaik, maka ambilah.
Tapi ijinkan aku untuk melupakanmu, walau sulit.
"Sepertinya melupakan seseorang sangatlah mudah. Tapi hal tersulitnya adalah, diingatkan oleh kenangan yang tidak lagi bisa bersama dengan seseorang"