Chereads / LAYAKNYA WAKTU KITAPUN TAK KEMBALI / Chapter 12 - HARAPAN YANG TERTIMBUN

Chapter 12 - HARAPAN YANG TERTIMBUN

Berharap boleh-boleh saja, asal jangan terlalu tinggi.

Karena jika tidak terjadi, akan terasa sangat menyakitkan.

••••••••••

Aku dipaksa untuk memupus harapan besarku terhadapmu,

harapan besar yang begitu aku yakini akan terjadi seolah tidak ada penghalang.

Aku sudah merancang harapan itu, khusus untukmu.

Betapa senangnya aku nanti, jika kita 'mampu' untuk hidup bersama dalam satu atap.

Setiap pagi, kamu yang selalu aku inginkan untuk menghidangkan teh hangat untuk 'kita' nikmati bersama sang fajar.

Memandang hingar bingar embun yang tumbuh dihalaman depan rumah, sembari menikmati hangatnya fajar terbit.

Bertemakan nuansa harmonis yang penuh suka cita, sambil bercerita tentang angan dan harapan kita 'berdua' kedepannya.

Namun sepertinya, harapan itu terpaksa tak berjulang.

Akar yang sudah mulai tumbuh, sepertinya mati terkikis tanah yang kejam.

Pondasi yang kukira sudah kokoh, ternyata tidak menjamin bahwa bangunannya tak akan roboh.

Ia tumbang, tidak lagi hidup dan tidak lagi ada.

Ia hilang ditelan kenyataan yang menyakitkan.

Dulu aku mengira, menyusun harapan semudah yang di bayangkan. Tapi ternyata tidak.

Sepertinya sulit untuk membangun harapan itu, karena kenyataan adalah akhir dari harapan yang sudah dibuat.

Andai aku tau, bahwa yang aku tanam tak akan pernah tumbuh mungkin aku tidak akan menanamnya.

Andai aku tau, bahwa bersamamu hanya akan membuatku menelan pahit mungkin aku memilih untuk tidak dipertemukan denganmu dulu.

Andai saja aku diberi pilihan, mungkin pilihan terbaik adalah tidak kenal denganmu.

Namun sepertinya semua sudah terjadi, tidak bisa ditolak dan tidak bisa diganggu gugat.

Aku tak pernah berfikir, bahwa semua itu hanyalah benalu untukku.

Aku tidak menyangka, jika harapan yang aku buat hanya akan membuatku terlihat seperti orang bodoh.

Bagaimana tidak, merancang semuanya terlihat seperti aku melawan takdir.

Dikala semua itu berakhir, harus aku yang merasakan sakit sendirian.

Bukan kamu, bukan juga orang lain tapi aku.

Aku termakan harapan indah, yang tidak terjadi dengan mudah.

Rencana yang ada dikepala aku kira sangat matang, sepertinya harus segera aku lupakan.

Aku meluapkan harapan itu, hanya karena tidak ingin ada unek-unek yang aku pendam.

Aku tidak ingin, kepala terisi penuh oleh cita-cita yang aku dambakan.

Hanya saja mungkin, keinginanku yang terlalu besar.

Sehingga tidak memprediksi, bahwa takdir akan bermain dengan cara kasar.

Aku tidak memperhitungkan tentang patah hati yang aku terima kini.

Sepertinya aku lupa waktu itu, bahwa ekspektasi terkadang tidak sesuai kenyataan. Dan ternyata itu benar.

Meski terpaksa dan sangat sulit, melupakan adalah cara terbaik untuk membuang masa lalu.

Aku tau itu tidaklah mudah, perlu waktu yang cukup lama.

Tapi mau bagaimana lagi? Ada baiknya untuk pergi dan tidak mengingatnya lagi.

Meskipun melupakan tidaklah mudah, tapi percayalah waktu yang akan menemani untuk melewatinya.

"Berharap sepantasnya saja, jangan berlebihan. Karena sesungguhnya takdir tidak bisa ditebak"