Chereads / LAYAKNYA WAKTU KITAPUN TAK KEMBALI / Chapter 10 - EKSPEKTASI

Chapter 10 - EKSPEKTASI

Tidak ada salahnya untuk berharap, meskipun setinggi bintang di langit. Tapi harap diingat, banyak dari mereka yang harus menerima kenyataan dari harapan yang ia buat.

••••••••••

Angan ku yang terlalu tinggi, sehingga ia jatuh ke ketitik bumi yang paling dalam.

Harapanku yang terlalu besar, sehingga aku dipaksa harus menerima kenyataan dengan sabar.

Perihal harapan, semua manusia dapat melakukannya.

Tentang keinginan, semuanya bisa memikirkannya.

Tentang asa, semua berhak untuk memilikinya.

Tentang seseorang, tidak ada salahnya untuk berharap lebih.

Tapi jangan sampai semua itu hanya khayalan semata, karena kita tau, bahwa bintang jatuh adalah harapan.

Lantas bagaimana jadinya, jika nanti yang selalu dimimpikan hanyalah angan semata? Karena Tuhan mungkin belum mengijinkan kita untuk menggenggamnya.

Tekad, itulah yang aku punya.

Bermodal yakin dan tulus, itulah bentuk sebagaimana aku serius kepadamu.

Aku yakin, jika suatu saat aku mampu untuk mendapatkan mu.

Seutuhnya. Itulah harapanku.

Sebagaimana harapan itu aku buat hanya untuk dirimu seorang.

Aku dulu sempat memikirkan, bagaimana setelah aku menjadi bagian dalam hidupmu.

Tentang bagaimana setelah aku mampu untuk menjadi seseorang tujuanmu pulang kerumah.

Aku sempat digilai oleh akal sehat, pikiranku terus bergulat tentang bagaimana kita menjalani hari-hari yang menyenangkan.

Tidak ada keributan, tidak ada cekcok mulut ataupun hanya sekedar pertengkaran hal sepele.

Karena aku yakin, bahwa jika kita bersama nanti, itu semua mampu kita tepis lewat hangatnya bahtra rumah tangga.

Yang ada, hanya kasih dan sayang yang sepenuhnya.

Tak ayal, mungkin semua itu hanyalah ekspetasi semata.

Ekspetasi itu dipatahkan, oleh semangatku yang sudah tidak lagi tertarik dengan dirimu.

Jika kamu bertanya, tentang bagaimana aku mengundurkan diri secara perlahan?

Karena aku sadar, jika terus memaksakan maka aku akan jatuh pada sebuah khayalan belaka.

Jangan bertanya tentang apa yang mampu membuatku sadar, karena kesadaranku tercipta dari seseorang yang kamu sembunyikan.

Ekspetasi itu sepertinya tidak mampu kita buktikan, semua itu hanyalah keinginan yang tertunda.

Tidak ada salahnya untuk berharap lebih, karena terkadang yang membenarkan adalah kenyataan.

Tidak selamanya, kenyataan pahit untuk di telan.

Ia juga bisa manis, bahwa yang kita harapkan tidak selamanya yang terbaik.

Mungkin ini adalah cara terbaik dari Tuhan untukku, bahwa yang aku sangat inginkan memang bukan bagianku dari Tuhan.

"Tidak semua yang kita inginkan itu yang terbaik, tidak selamanya yang kita harapkan dapat terjadi"