Chapter 9 - KESALAHAN

Sebelum memutuskan untuk mencintai seseorang, pastikan bahwa orang itu layak diberi cinta. Bukan tanpa alasan, karena sakit hati selalu datang dari cinta yang salah.

••••••••••

Aku memberinya untukmu, sebagaimana aku berikan itu untuk orang dimasa lalu.

Tapi bedanya, ini sepenuhnya bukan separuh seperti orang itu.

Kamu beruntung.

Mengapa aku berkata demikian? Karena waktu itu aku percaya, bahwa kamu adalah orang yang aku cari selama ini.

Kamu alasan mengapa aku memberinya utuh, jangan tanya mengapa aku berikan orang sebelum kamu hanya separuh.

Sebab bagiku, tak lain dan tak bukan kamu adalah orang yang pantas untuk menerimanya.

Bukan orang lain, bukan pula masa laluku. Tapi kamu.

Entah apa yang terjadi waktu itu, aku tidak berpikir bagaimana kedepannya.

Dengan sengaja aku memberimu semua itu, tanpa kusangka itu adalah salah yang luar biasa salah.

Aku masih ingat tentang ucapan yang kamu katakan " Kamu adalah orang yang terbaik".

Sepertinya kalimat itu adalah kalimat busuk yang terlihat segar.

Kamu sengaja mengatakannya sembari kepalamu bersandar dipundakku, agar aku tidak curiga tentang kalimat yang kamu katakan jika itu sudah kamu lapisi dengan niat jahat.

Terkadang sebuah kalimat dapat membutakan seseorang, sebagaimana ia dibutakan oleh pujian yang akan membunuhnya secara perlahan.

Waktu itu pikiranku tidak seburuk itu padamu, aku membalas perkataanmu lewat jari-jemariku yang mengelus mesra rambut panjangmu.

Rambut yang kurasa lembut waktu itu, ternyata tidak selembut caramu memberi sakit.

Bisa jadi, orang yang kita anggap benar ternyata salah, sebagaimana ia pantas untuk diberikan cinta tapi terkadang cinta yang kita beri bukan pada orang yang benar.

Aku tidak punya alasan lain terkait semua itu yang aku beri, tanpa tau apa penyebabnya tanpa tau apa alasannya.

Aku hanya mengira bahwa kamu yang terbaik, kamu yang paling aku cinta dan paling aku sayang.

Aku tidak memikirkan tentang nanti dirimu yang paling membuatku sakit, karena aku rasa itu tidak mungkin.

Sepertinya memang tak mungkin, tak mungin tidak memberi sakit.

Rambut yang aku kira lembut waktu itu, sama seperti lembutnya cara kamu untuk membalasnya. Tapi ternyata aku salah, aku salah dalam memberinya terhadap seseorang.

Sepertinya malam cerah waktu itu, bukan jaminan bahwa hati seseorang juga sama cerahnya.

Mungkin dibalik indahnya penampilan seseorang, ada hati yang kejam tersembunyi dibalik menawanya paras seseorang.

Untuk itu, jangan cepat berasumsi bahwa yang baik akan tetap baik. Bisa jadi, itu hanya topeng dari kejamnya ia agar bisa melukai.

"Ada baiknya memilih orang untuk diberikan cinta, sebab kita tidak tau kapan seseorang akan membuat terluka"