Chereads / LAYAKNYA WAKTU KITAPUN TAK KEMBALI / Chapter 8 - TIDAK SEHARUSNYA PERCAYA MENITIPKAN HATI

Chapter 8 - TIDAK SEHARUSNYA PERCAYA MENITIPKAN HATI

Caranya yang lemah lembut, membuat kita yakin bahwa orang itu adalah yang terbaik. Tapi jangan sampai kita percaya dengan menitipkan hati. Karena kita tidak tau, kapan seseorang akan melukai.

••••••••••

Mungkin aku dibutakan oleh perlakuan mu kala itu.

Perlakuan yang membuatku yakin dan percaya, bahwa kamu adalah orang terbaik yang dikirimkan Tuhan untukku.

Aku mengira dulu, bahwa kamu adalah orang yang dihadirkan Tuhan sebagaimana ia menjawab dari setiap doa yang aku pinta.

Aku mengira, bahwa kamu tidak akan melukaiku setelah aku percaya dan menitipkan hatiku padamu.

Seutuhnya.

Aku percaya padamu waktu itu, tidak ada ragu dan juga tidak berpikir bahwa kamu akan memberiku rasa sakit.

Hati, itulah yang aku titipkan di atas kepercayaanku padamu.

Tidak ada dalam benakku untuk aku memikirkannya lagi, itu semua tertepis oleh cara kamu yang begitu meyakinkan.

Kamu begitu membuatku kagum, aku dibuat terkesima oleh angan dan harapan yang kamu beri.

Tidak ada sedikitpun celah untuk membuatku takut jika nanti disakiti.

Aku tidak mempunyai perasaan buruk terhadapmu, ketika kamu genggam tanganku dan kamu berkata "Aku janji, tidak akan membuat kecewa".

Kata itu, yang sepertinya mampu untuk aku tidak berpikir buruk terhadapmu.

Kata itu, yang mampu menepis ketidakyakinan ku terhadapmu.

Kiranya itu adalah cara jitu yang kamu lakukan, untukku dengan mudah memberimu kepercayaan.

Kata itu mungkin yang harus kamu ucapkan, untuk memastikan bahwasanya aku tidak ada pikiran buruk sekecil apapun terhadapmu.

Tidak ada salahnya untuk memberi kepercayaan.

Tapi hati-hati itu perlu, agar kepercayaan itu tidak dijadikan kesempatan oleh orang yang kita percaya untuk melukai ataupun memanfaatkan.

Tapi sepertinya aku yang salah, ketika aku memutuskan percaya terhadap seseorang tidak seharusnya aku mempercayainya dengan hati.

Kadang kala orang yang kita percayai, tidak selamanya berbaik hati.

Kadang kepercayaan dijadikan kesempatan, untuk mereka yang memiliki niat jahat.

Mungkin kepercayaan aku yang salah kali ini bisa diambil hikmahnya, bahwa tidak semua orang dapat dipercaya.

Aku mengambil kesimpulan itu saat aku dibuat kecewa oleh kamu, saat kamu berhasil menyingkirkan pikiran buruk itu seharusnya aku juga mampu untuk tidak memberimu kepercayaan.

Tidak seharusnya dulu aku percaya dengan menitipkan hati, mungkin aku perlu percaya hanya sebatas lewat mulut saja.

Mungkin perlu aku pertimbangkan lagi, jika nanti aku sudah bisa untuk kembali percaya kepada seseorang setelah kamu.

Agar kecewa itu, tidak lagi datang setelah aku memberinya kepercayaan.

"Meski banyak cara untuk membuat seseorang percaya, tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa orang itu akan percaya setelah kecewa yang ia terima"