Mungkin sebuah sikap adalah yang perlu ditunjukan, sebagaimana kita peduli terhadap seseorang.
••••••••••
Hangat, adalah sikapmu waktu itu.
Itu sebuah cara perlakuan yang kamu tunjukan seolah kamu sangat perhatian terhadapku.
Aku tidak meminta, hanya saja mungkin kita harus menunjukan sikap hangat kepada seseorang ketika menjalin sebuah hubungan.
Perhatian, tidak boleh luput agar orang itu tetap dalam pantauan. Meski banyak orang yang menganggap bahwa perhatian itu membuatnya risih, tapi tidak menutup kemungkinan karena diluar sana masih banyak orang yang membutuhkannya.
Sikapmu itu menunjukan, bahwa aku adalah orang yang berarti dalam hidupmu.
Sikap itu yang memberi tahu, bahwasanya aku sangat dicintai mu.
Mungkin kita harus menunjukan sebuah sikap, dimana sebuah sikap adalah kunci dari keseriusan seseorang.
Tapi jangan cepat menyimpulkan, bisa saja sikap itu berubah dikala orang itu sudah merasakan muak.
Aku sangat senang, ketika setiap hari mendapatkan sikap hangat yang lebih hangat dari sang fajar terbit.
Aku sangat bahagia, sebahagia saat aku diperlakukan selayaknya sebagaimana manusia.
Kamu waktu itu pernah berkata "Jangan pernah mencari perhatian dari orang lain. Jika dariku kurang, katakan. Maka aku siap memberikannya dengan lebih".
Sebuah pernyataan yang kamu ucapkan, sehingga mampu didengar telingaku.
Kata itu kamu katakan, ketika aku ajak kamu ketempat itu.
Sepertinya, jika saja semua benda ditempat itu dapat bicara mungkin mereka akan berkata "Jangan percaya, itu hanya omong kosong".
Kamu ucapkan kalimat itu tepat saat kita beradu tatap, kamu katakan kalimat itu seperti sebuah bukti, bahwa kamu sangat tidak ingin aku mencari orang lain.
Dibalik kalimat itu, rupanya hanya menjadi jembatan yang kamu gunakan.
Sebagaimana kamu gunakan jembatan itu, agar aku termakan oleh rayuan supaya kamu mampu dengan leluasa menyakitiku.
Diantara kata yang kamu katakan, sepertinya sudah kamu selipkan niat jahat dibalik sikap peduli mu.
Kamu sudah merancangnya, mungkin sebelum kamu katakan kalimat itu.
Seharusnya aku bisa dapat mendengar perkataan benda disekitar itu, tampaknya mereka benar bahwa semua yang aku dengar hanyalah omong kosong.
Semua kata yang keluar dari bibir indahmu dengan manis, rupanya hanya kata yang harus aku telan dengan pahit.
Rupanya dibalik sikap hangat yang kamu tunjukan, itu adalah ancaman yang mematikan.
Sepertinya kita perlu berhati-hati, bahwa kepedulian tidak selamanya kita butuhkan. Karena mungkin, peduli itu sebuah cara licik mereka memberi sakit hati.
Entah kamu yang terlalu pandai memainkan peran munafik, atau aku yang dengan mudah terlena oleh rayuan busuk.
Bukan aku mengintimidasi, hanya saja perlakuan manis yang kamu beri, terlalu sakit untuk goresan di ulu hati.
Tidak sepantasnya mungkin, aku percaya oleh mata yang berkaca-kaca ketika kamu lontarkan kalimat itu.
Tidak seharusnya aku dengan cepat memberi rasa iba, tanpa mempertimbangkannya.
Kiranya itu adalah sebuah bentuk pelajaran yang berharga, bahwa tidak selamanya percaya kepada manusia akan tetap membuat kita baik-baik saja.
Meski perhatian sangat kita perlukan, itu tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang tidak akan memberi sakit yang menyakitkan.
"Terkadang, orang sadis adalah orang yang memberikan perlakuan manis. Ia menjadikan itu sebagai tumbal, untuk sakit yang harus kita rasakan"