Keindahan itu tidak ada yang abadi, semua akan berakhir baik pergi ataupun mati.
••••••••••
Hari ini langit menampilkan awan cantiknya, tanpa mendung dan dihiasi binaran cahaya matahari yang cantik.
Aku menikmati langit yang indah ini, seperti aku menatap keindahan mu beberapa waktu yang lalu.
Sepertinya langit hari ini begitu mempesona, membuat mataku jengah tak berhenti menatapnya.
Tapi sepertinya mataku tak kuat terpaku lama, karena
matahari kali ini begitu terik dengan sinarnya.
Sama seperti pada dirimu, aku tidak lagi kagum akibat perlakuan mu kala itu.
Aku yang begitu menikmati dan terobsesi, harus merasakan sakit mata akibat cara yang kamu lakukan sama halnya dengan matahari.
Mengganggu? Ya itu jelas, karena caramu memperlakukanku yang begitu membuat sakit.
Sakit terasa begitu jelas, ketika ia menusuk ke ulu hati sehingga membuat sesak di dada.
Goresan yang kamu beri kala itu rupanya mampu merobek kertas kepercayaanku terhadapmu, sehingga ia tidak dapat lagi dibentuk ke semula.
Aku dihantam oleh angin kecewa yang kamu beri, aku dilukai oleh badai yang datang tanpa keinginanku.
Diriku benar-benar dibuat mati tak berdaya oleh sikap dan sifatmu.
Aku dulu mengira bahwa kamu orang baik, tapi ternyata lugu hanya kamu jadikan sampul untuk menutupi rasa kejam mu.
Mengapa dirimu memperi pedih setelah aku berikan cinta tanpa pamrih? Dirimu tega memberi kecewa yang tragis setelah aku beri perlakuan yang manis.
Perlu kamu tau, aku yang tidak pernah berpikir untuk mencari kebahagianku sendiri bersama orang lain.
Harus kamu tau, setelah hati ini aku berikan secara gratis, mengapa kamu bayar dengan tingkahmu yang menikam sadis?
Aku masih tak percaya oleh gerak-gerikmu yang membingungkan, seandainya aku tau bahwa ada hati lain yang sedang dirimu tapaki, harusnya aku yang mungundurkan diri perlahan sebelum kamu beri sakit dengan tindakan.
Aku berharap awan yang cantik hari ini, mampu bertahan lama tanpa ada mendung dan hujan yang menjadi pemisah.
Mungkin cukup dirimu saja yang menjadi penghianat hati, rasa sakit yang aku terima kini mungkin sudah cara tuhan untuk aku belajar dewasa.
Aku belajar kuat dari sakit yang dirimu beri, aku belajar sabar dari kecewa yang dirimu suguhkan.
Aku belajar ikhlas menerima kenyataan dari kepergianmu kala itu, keindahan yang tersajikan rupanya hanya bersifat sementara.
"Terkadang, luka datang dari seseorang yang kita anggap istimewa.
Ia memberi kecewa setelah kita berikan usaha untuk membuatnya bahagia."