Chapter 2 - RASA

Dibalik sikap seseorang, pasti ada sebab dan tujuan yang ingin disampaikan.

Tapi jangan cepat menyimpulkan, karena tindakan itu bisa jadi hanya sebuah jebakan.

••••••••••

Entah darimana datangnya. Entah dari mana asalnya.

Dan entah dimana letak keberadaannya.

Ketika ia menghampiri, aku kalang kabut. Tak bisa aku tolak, dan tidak bisa aku cegah.

Ia datang secara tiba-tiba tanpa aba-aba, menghampiri tanpa di duga dan kehadirannya siapa sangka.

Bukan tidak ingin cepat, apalagi jika nanti terlambat.

Hanya saja waktu yang kurang tepat, sehingga memaksa untuk kembali jadi bahan debat.

Isi kepala berdiskusi, itu yang jadi pembahasan topik kali ini.

Berhati-hati, sangatlah penting. Karena keputusan yang di ambil secara cepat, kadang menghadirkan hal yang tidak begitu tepat.

Tertancap di kepala, tentang apa yang di inginkan mu?

Itu pantas aku pertanyakan. karena aku takut.

Jika nanti sudah benar-benar aku berikan hati, lalu dengan teganya kamu menyakiti. Itu adalah hal yang jelas aku hindari.

Karena luka dari orang masa lalu, sudah bisa aku keringkan.

Takut, jika luka itu harus kembali basah dengan cara mu yang mudah atas keputusan ku yang salah.

Aku masih mempertimbangkannya, aku tidak ingin buru-buru karena perlakuan mu yang meyakinkan.

Aku tidak ingin cepat, karena aku baru saja berhasil naik ke permukaan.

Sepatutnya kamu memahami. Selain kita baru kenal, kita juga belum terlalu akrab.

Aku tidak ingin, setelah aku makan cokelat harus merasakan sakitnya gigi.

Aku tidak ingin, ada hal manis yang bersembunyi untuk melukai hati.

Jika bisa, tahan dulu. Jangan buru-buru.

Beri aku waktu, untuk mengenalmu lebih jauh.

Aku tidak ingin, setelah aku beri utuh kamu dengan gampangnya membuat rapuh.

Kata mu. "Lalu apa salahnya kembali terbuka? Bukankah memahami adalah awal untuk mencoba?

Sekilas, tidak ada yang salah untuk kembali terbuka.

Yang salah itu, justru harus terbuka hanya untuk orang yang salah.

Memahami adalah awal untuk mencoba, tapi ketika kita belum paham betul akan hal itu, lantas apakah kita pantas untuk mencoba? Bukankah berdiam diri ada baiknya, daripada harus memaksakan hal yang belum kita kuasai?

Maaf jika bahasa Sarkas ku mampu membuat mu diam.

Aku hanya ingin kamu tau, bahwa tidak ada yang salah dengan 'rasa' yang dimiliki manusia.

Tapi salahnya adalah, ketika kita tidak mengerti dengan perasaan orang itu.

Memberi jeda pada orang yang pernah trauma kadang perlu, karena kita tidak pernah tau, sedalam apa luka yang ia alami dimasa lalu.

"Ada baiknya berpikir sebelum bertindak, karena rasa sakit yang kita terima kadang kehadirannya tidak bisa di tebak"